Hangout

Jangan Menyimpan Makanan di Suhu Ruang, Ini Alasannya


Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ingatkan masyarakat tentang bahaya menyimpan makan di suhu ruangan. IDAI menilai, suhu ruang dapat mempercepat laju kuman untuk berkembang biak. 

Hal ini disampaikan oleh anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nutrisi dan Penyakit Metabolik, dr. Yoga Devaera, Sp.A(K) dalam temu media virtual bertajuk “Food Safety: Safe Food Now For Better Tomorrow”. 

“Suhu yang berbahaya adalah suhu yang bisa menyebabkan kuman mereplikasi , meningkat jumlahnya dalam waktu yang sangat cepat adalah dalam range antara 5-50 derajat,” ungkap Yoga, Jakarta, Jumat (26/1/2024). 

Untuk itu, ia menganjurkan menyimpan makanan di lemari pendingin untuk jangka waktu yang lama. Adapun suhu yang dianjurkan adalah di bawah 5 derajat celcius. Hal ini bertujuan untuk memperlambat pertumbuhan bakteri dan memperkecil risiko keracunan pangan.

“Jadi kalau kita ingin menyimpan dalam waktu yang lama, pilihannya ada dua, dinginkan di bawah 5 derajat atau panaskan di atas 60 derajat. Di antara itu adalah suhu yang berbahaya,” tambah Yoga.

Yoga menjelaskan, suhu berbahaya yang dimaksud adalah suhu ruang atau suhu yang dekat dengan suhu tubuh manusia. 

“Kita lihat dalam beberapa jam mulai dari suhu 25 derajat hingga sekitar 48 derajat. Ini adalah suhu ruang dimana bakteri bisa berkembang dengan sangat cepat dalam hitungan jam,” sebutnya.

Lebih rinci, Ketua Staf Medis Fungsional IKA RSUI ini juga menyarankan untuk selalu menerapkan lima langkah pangan aman. Ia optimis lima langkah ini dapat membantu mencegah Kejadian Luar Biasa (KLB) Keracunan Pangan di Indonesia.

“Dari 20 tahun yang lalu mungkin, WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) sudah mengeluarkan yang namanya 5 kunci ketahanan pangan. Ada lima pilar atau lima kunci untuk keamanan pangan,” ungkap Yoga.

Lima kunci keamanan pangan tersebut meliputi menjaga kebersihan tangan dan permukaan, memisahkan pangan mentah dari pangan matang, masak makanan hingga matang, menyimpang pangan pada suhu yang aman, serta memastikan air dan bahan baku yang akan digunakan aman. 

Yoga menjelaskan, terkait pemisahan pangan mentah dengan pangan matang secara spesifik dilakukan untuk makanan yang tergolong hewani. 

Menurutnya, bakteri pada pangan hewani yang masih mentah dapat dengan mudah berpindah tempat, menyebabkan kontaminasi pada makanan yang sudah matang.

“Makanan yang dimaksud adalah makanan yang datang dari hewani seperti daging, ikan, ayam karena mereka merupakan sumber kontaminan utama. Mereka akan menjadi tempat bakteri berkembangbiak. Apabila kita mendekatkannya dengan makanan yang matang, maka bakterinya bisa berpindah dan menyebabkan kontaminasi,” kata Yoga menjelaskan.

Selain itu, ia juga ingatkan pentingnya mengolah masakan hingga benar-benar matang, khususnya telur. Menurutnya, masih banyak telur di Indonesia yang beresiko mengandung bakteri salmonella. Pasalnya, bakteri ini masih dapat hidup pada telur yang tidak dimasak dengan baik.

“Bahwa telur di Indonesia masih memiliki resiko mengandung salmonella. Salmonella adalah kuman yang bisa menyebabkan penyakit saluran cerna salah satunya adalah penyakit thypus. Kalau kita tidak memasaknya hingga matang, bakteri ini belum terbunuh dan bisa masuk ke saluran cerna,” tandasnya.

 

Back to top button