News

Jaga Pemilu Temukan Potensi Sengketa Pemilu Selama Proses Perhitungan Suara


Ketua Tim Pemantauan Jaga Pemilu Luky Djani menyebut relawannya telah melakukan pemantauan di 1.208 TPS.

Pemantauan ini meliputi, terkait prosedur pemungutan suara, hasil penghitungan suara di TPS, termasuk mencatat temuan dugaan kecurangan, diantaranya seperti politik uang, dan intimidasi kepada pemilih.

“Berdasarkan pantauan relawan Penjaga Pemilu, secara prosedural proses penghitungan suara 97 persen telah sesuai ketentuan. Hal ini terlihat dari proses 
penghitungan yang disaksikan oleh saksi dari partai politik/paslon Pilpres, pemantau, dan masyarakat (98,3 persen), pencatatan penghitungan suara Pilpres di papan tulis dan di Berita Acara sesuai dengan yang dibacakan (99 persen),” ujar Luky secara virtual dalam Konferensi Pers Laporan Pemantauan Kedua Jaga Pemilu.

Kemudian Salinan Berita Acara dan Sertifikat Hasil Penghitungan Suara diberikan kepada saksi paslon Pilpres yang hadir (93,9 persen), Hasil penghitungan suara dipasang di lokasi TPS dan dapat diketahui oleh pemilih (97,3 persen).

“Namun demikian dari proses penghitungan suara ini terindikasi, adanya potensi terjadinya sengketa pemilu. Indikasi sengketa pemilu terlihat dari hampir 1.600 TPS
yang dipantau, 24 persen (411 TPS) diantaranya terdapat saksi dari paslon dan/atau parpol yang mengajukan keberatan saat penghitungan suara Pilpres,” ucap dia.

“Selain itu 22,4 persen (385 TPS) terdapat saksi dari paslon dan/atau parpol yang tidak bersedia menandatangani Berita Acara Pilpres,” sambungnya.

Dari beberapa hal ini, Luky menyimpulkan ada empat temuan malpraktik pemilu terkait perhitungan suara, pertama hasil proses perhitungan yang tidak transparan. Kedua, keterlambatan laporan sirekap, kemudian sulitnya mengakses sirekap, dan terakhir kendala teknis ketika ingin melakukan entri.

“Tentu hal ini akan berdampak terhadap transparansi dalam proses penyelenggaraan perhitungan suara, dan membatasi partisipasi publik terhadap data-data yang ada di TPS,” tegas Luky.

Tak hanya itu, dirinya juga melakukan perbandingan data Jaga Pemilu, yang dilakukan oleh pejuang pemilu, penjaga KPU, dan TPS Jaga Pemilu.

“Terjadi fluktuasi perolehan suara antar paslon, pembanding yang dilakukan relawan penjaga KPU, paslon 03 mengalami suara berkurang 17.388 di 16.881 TPS, sementara paslon 01 mendapat penambahan suara 862.637 di 17.980 TPS, sedangkan paslon 02 kelebihan suara 1.032.993 suara di 19.109 TPS,” kata dia.

Pada hasil pejuang pemilu, Paslon 01 mengalami kekurangan 574 suara di 138 TPS, Paslon 02 kelebihan 296 suara di 174 TPS, dan Paslon 03 kekurangan 1.089 suara di 141 TPS.

Sementara itu pada hasil pemantauan TPS Jaga Pemilu, Paslon 01 kekurangan 57 suara  di 95 TPS, Paslon 02 kekurangan 213 suara di 92 TPS, dan Paslon 03 mengalami kekurangan 574 suara di 83 TPS.

“Perbedaan ini kemudian kami juga coba telusuri, ada di daerah mana saja terjadi perbedaan suara tersebut. Jabar, Jateng dan Jatim paling tinggi terjadi fluktuasi sehingga berdampak pada perolehan suara masing-masing paslon,” tuturnya.

Back to top button