Market

Beda dengan Jokowi, Gibran Pilih Konsultan Asing Agar Solo Jadi CCN

Demi menjadikan Solo sebagai Creative City Network (CCN), Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka memilih untuk menyewa konsultan asing. Beda dengan bapaknya, Presiden Jokowi yang selalu mengedepankan produk lokal.

“Kemarin, lihat enggak saya dan Pak Sandi (Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) salaman dengan bule (orang asing). Dia yang menyusun proposal Creative City Network, Pak Gaura. Kami sewa sebagai konsultannya,” kata Gibran di Solo, Kamis (4/5/2023).

Dalih putra sulung Jokowi menggunakan konsultan asing ketimbang lokal, karena Pemkot Solo dua kali ditolak mengajukan proposal CCN ke Paris. “Untuk proposalnya akan kami ajukan ke Paris bulan ini,” kata Gibran.

Diakui Gibran, proposal CCN sudah disusun sejak sebelum Lebaran. Diharapkan, tahun ini bisa gol. Sehingga Solo bisa dengan mudah menggelar acara-acara tingkat internasional.
“Nanti kalau Solo sudah masuk Creative City Network, mau menggelar event-event internasional gampang,” katanya.

Terkait penyelenggaraan ajang kreatif ini, menurut Gibran, Solo memiliki banyak agenda yang berkelas dunia. Misalnya, Solo Menari yang belum lama ini masuk sebagai bagian dari Kharisma Event Nusantara oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). “Jadi kemarin semangat ada event-event seperti Solo Menari. Kalau tahun kemarin enggak ada. Tahun ini, harapannya (Solo) berhasil masuk,” ujar Gibran.

Siapakah konsultan asing yang disewa? Gibran tak mau buka mulut. Yang jelas, Menteri Sandi mendukung penggunaan konsultan asing. “Yang dorong Pak Sandi juga. (Asal mana) Tanya saja, punya portofolio,” ungkapnya.

Dalam berbagai kesempatan, Presiden Jokowi rajin mengingatkan jajaran kementerian dan lembaga untuk menekan penggunaan produk impor. Bahkan, Jokowi pernah membentuk Tim Nasional Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (Tmnas P3DN).

Bahkan, menurut cerita Menko Maritim dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan, Presiden Jokowi pernah memecat petinggi Pertamina gara-gara penggunaan pipa impor. Alhasil, Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di Pertamina jeblok.

Back to top button