News

Ito Sumardi Sorot Tragedi Kanjuruhan, Sebut Tanggung Jawab Bersama

Kamis, 06 Okt 2022 – 13:53 WIB

Ito - inilah.com

Ito Sumardi (Foto: Inilah.com/Facebook)

Eks Kabareskrim Komjen (Purn) Ito Sumardi menyoroti tragedi Kanjuruhan yang merenggut 131 korban jiwa dan menjadi salah satu sejarah terburuk pelaksanaan ajang sepak bola dunia. Menurutnya tragedi tersebut tidak elok hanya dibebankan menjadi tanggung jawab salah satu pihak saja, karena melibatkan banyak unsur di dalamnya.

“Iya sekarang kalau kita lihat pertanggungjawaban kan tentunya secara proporsional. Nanti ada permintaan Kapolda Jatim (dicopot), permintaan Kapolri juga dicopot, begitu kan? Jadi saya kira itu enggak benar lah, kalau kita melihat perspektifnya secara proporsional,” kata Ito kepada Inilah.com, ketika dihubungi, Kamis (6/10/2022).

Ito yang mengaku pecinta sepak bola mengajak masyarakat untuk melihat tragedi kemanusiaan itu secara proporsional. Dia menilai dalam pengamanan wilayah ada pendelegasian wewenang. Ada kepala satuan wilayah. Dari pembagian wewenang ini nantinya bisa dilihat siapa yang bertanggung jawab dan rantai komando pada level apa yang melakukan kesalahan.

“Saya dulu juga pernah jadi Kapolrestabes Suryabaya tahun 2000-2002. Di sana saya pernah mengamankan juga beberapa kali untuk pengamanan sepak bola,” kata dia.

Berkaca pada situasi tersebut, kata Ito, desakan pencopotan Kapolda Jatim menjadi tidak urgen. “Kalau saya melihat begini, kapolres sudah benar memberikan arahan tidak boleh ada tindakan yang berlebihan. Kemudian kenyataannya ada. Nah ini harus diusut siapa anggota yang inisiatif melepaskan gas air mata,” tutur eks Dubes RI untuk Myanmar.

Dia melanjutkan penembakan gas air mata dibenarkan pada level menghalau atau membubarkan aksi demonstrasi dalam ruang terbuka. Ito mencurigai anggota yang menembakan gas air mata ke arah tribun tidak memahami pola penanganan pengamanan dalam stadion atau ruang terbuka.

Ito mengakui penembakan gas air mata bukan hanya dilarang dalam pengamanan pertandingan sepak bola profesional tetapi terbukti tidak efektif karena menelan korban jiwa termasuk dari polisi. Dia juga menyinggung pemegang senjata pelontar gas air mata merupakan anggota khusus, bukan sembarangan.

“Orang kan dilempar gas air mata tidak bisa lari kemana-mana (di ruang tertutup). Nah ini yang tidak dipikirkan oleh yang bersangkutan, jadi harus betul-betul diusut tuntas siapa yang melakukan itu? Atas dasar perintah atau atas dasar inisiatif? Di situ saja melihatnya,” ujarnya.

Berdasarkan pengamatannya, Ito menilai ada dua pihak yang patut dimintai pertanggungjawaban buntut tragedi kelam dalam pelaksanaan ajang olah raga di Indonesia, yakni pihak panitia penyelenggara (panpel) dan pengamanan. Namun Ito juga menyinggung terbuka kemungkinan adanya oknum suporter yang turut memprovokasi hingga kericuhan meluas dan petugas menembakkan gas air mata.

“Saya tidak mengatakan suporter, tetapi oknum suporter. Ini kan banyak yang datang ke sana dengan segala macam kondisi,” bebernya.

Di lapangan, lanjut Ito, aparat memiliki kewenangan bahkan diskresi untuk menyusun kalkulasi adanya tindakan yang harus dicegah apabila membahayakan termasuk suporter, pemain atau anggota itu sendiri. Terlepas dari pertimbangan tersebut, Ito menyebutkan penembakan gas air mata yang dilakukan aparat ke arah tribun penonton stadion, tidak profesional.

“Saya kira kalau sampai ditembakkan ke tribun penonton itu sesuatu yang menurut penilaian saya sangat, sangat tidak profesional,” tuturnya.

Back to top button