Calon wakil presiden nomor urut dua Gibran Rakabuming Raka menanyakan soal greenflation kepada Mahfud MD, cawapres nomor urut 3. Akhirnya, suasana debat pun menjadi memanas karena tidak menjelaskan istilah tersebut.
Apalagi Gibran menunjukkan gimik dengan mencari-cari jawaban di podium. Saya tanya masalah inflasi hijau kok malah menjelaskan ekonomi hijau,” ujar Gibran karena Mahfud mencontohkan masyarakat Madura mendaur ulang sampah.
Lantas Gibran mencontohkan greenflation adalah demonstrasi rompi kuning di Perancis yang sudah hampir memakan korban. Oleh sebab itu, menurut Gibran ini harus diantisipasi.
Akhirnya Mahfud menggambarkan pertanyaan Gibran itu receh bagi akademisi. “Oleh sebab itu, tidak layak dijawab menurut saya.” katanya menegaskan.
Apa sebenarnya green inflation itu?
Istilah tersebut adalah fenomena kenaikan harga barang dan jasa yang terkait dengan transisi kebijakan dan teknologi untuk mencapai tujuan lingkungan yang lebih berkelanjutan.
Dengan kenaikan harga tersebut maka akan meningkatkan pengeluaran untuk teknologi bebas karbon, sehingga menyebabkan kenaikan harga bahan-bahan yang strategis untuk infrastruktur tersebut.
Dengan peraturan lingkungan hidup yang membatasi investasi pada proyek pertambangan yang berpolusi tinggi, juga akan membatasi pasokan bahan baku. Pada akhirnya mengakibatkan kenaikan harga.
Oleh karena itu, transisi hijau menjadi lebih mahal karena penerapannya lebih luas. Harga litium yang digunakan untuk membuat baterai mobil listrik meningkat sebesar 400 persen pada tahun 2021.
Hal yang sama juga terjadi pada aluminium untuk mendukung energi surya dan angin. Harganya terus naik hingga dua kali lipat di tahun 2021 dan 2022.
Persepsi masyarakat tentang ekonomi hijau menyebabkan harga bahan bakar lebih mahal. Kondisi inilah yang memicu gerakan protes Rompi Kuning di Prancis pada tahun 2018. Bahkan pemerintah China akhirnya membatasi pabrik baru yang menimbulkan polusi tinggi.
