News

Injak Usia Seperempat Abad, PAN Jadi Partai Milik Semua Golongan

Tak terasa sudah 25 tahun Partai Amanat Nasional (PAN) meramaikan kancah politik Indonesia. Sudah jadi rahasia umum bahwa partai matahari putih lahir dari rahim Muhammadiyah, seakan memberi kesan bahwa PAN partai yang tertutup. Namun di tangan Ketum Zulkifli Hasan (Zulhas), PAN sukses bertransformasi menjadi partai terbuka untuk semua golongan.

Zulhas memandang partai politik (parpol) punya peran sebagai pemersatu bangsa. Karenanya, dia berusaha keras untuk memperkuat persatuan dengan merangkul semua golongan, termasuk Nahdlatul Ulama (NU).

“Jadi begini, memang parpol itu fungsinya memajukan peradaban. Oleh karena itu PAN berusaha keras agar umat Islam memperkuat persatuan, bersatu walaupun berbeda,” ujar Zulhas dalam acara puncak HUT ke-25 PAN di Hotel Sultan Jakarta, Senin (28/8/2023).

Perayaan ini dihadiri sejumlah tokoh politik, di antaranya, Ketum PBB Yusril Ihza Mahendra, Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Sekjen Partai Golkar Lodewijk F. Paulus. Ada juga Ketua Harian DPP Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad, Menpora sekaligus Ketua DPP Partai Golkar Dito Ariotedjo, dan Ketum PKB Muhaimin Iskandar. Selain itu, turut hadir juga Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti, Menko PMK Muhadjir Effendy

Di atas podium, Zulhas pun mengenang bagaimana upaya kerasnya agar bisa merubah PAN menjadi partai yang bisa merangkul semua golongan. Ia pun bercerita kesuksesannya saat menggelar acara peringatan satu abad NU dengan tajuk ‘Simposium Nasional’ di Hotel Sheraton Surabaya, Jawa Timur, beberapa waktu lalu.

Langkah Zulhas ini pun menorehkan hasil memuaskan, dengan hadirnya Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), Sekjen PBNU Saifullah Yusuf dan jajaran pengurus PBNU Jatim. Bahkan dalam acara itu, Gus Yahya menyebut bahwa PAN rasional, dan ia pun menegaskan tidak ada larangan bagi warga NU untuk mencoblos PAN di pemilu nanti.

Respons positif ini ditanggapi Zulhas dengan rasa syukur, karena ia sudah dua tahun berusaha mendudukan bersama NU dan Muhammadiyah. Menteri Perdagangan (Mendag) RI ini mengatakan perbedaan pilihan soal ormas Islam dan parpol adalah hal yang biasa dan wajar.

“Beda partai, tapi harmoni persatuan itu penting. Itu terus saya lakukan selama hampir 2 tahun, terutama mempersatukan, duduk bareng. Mempersatukan artinya bukan sama ya, mendudukkan bareng NU dan Muhammadiyah sudah 2 tahun. Alhamdulilah ini Ketum PBNU Gus Yahya datang,” jelasnya.

“(Saya berusaha mendudukkan NU dan Muhammadiyah) mulai dari Kabupaten Lampung, tempat lain terus menerus. Dulu di Surabaya juga pernah dipimpin Muhammadiyah dalam satu forum duduk bareng (dengan NU),” lanjutnya.

Zulhas menyebut dengan bertransformasinya PAN menjadi partai yang terbuka, diharapkan bisa membuat suasana di masyarakat semakin sejuk, khususnya antara NU dan Muhammadiyah. “Dengan itu masyarakat adem, tenang. Kalau masyarakat tenang, kita bisa membangun gitu. Bahwa soal pilihan-pilihan, terserah masing-masing,” ujar dia.

Back to top button