Market

Inilah Saham-saham Pilihan Selasa 11 Januari 2022

Analis memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Selasa (11/1/2022) melaju sideways alias mendatar dalam kisaran support 6.650 dan resistance 6.749. Inilah saham-saham pilihannya.

Pada perdagangan Senin (10/1/2022), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah 10,192 poin (0,15%) ke posisi 6.691,124. Sepanjang perdagangan, indeks mencapai posisi tertingginya di 6.725,024 atau menguat 23,708 dan mencapai terendahnya di angka 6.689,282 atau melemah 12,034 poin dari posisi pembukaan di angka merah 6.697,376.

Kepala riset Samuel Sekuritas Suria Dharma mengatakan, IHSG sebenarnya masih berada dalam tekanan negatif karena faktor eksternal akibat pelemahan bursa saham AS. “Hanya saja, bursa regional Asia mengalami penguatan sehingga bursa saham Indonesia juga terbawa positif,” katanya kepada Inilah.com, Senin (10/1/2022).

Dia menegaskan, faktor aksi beli bersih (net buy) asing yang terbilang cukup tinggi membuat IHSG melaju positif dalam dua hari sebelumnya. Di awal pekan ini pun, investor asing masih mencatatkan net buy sebesar Rp249,4 miliar.

“Saat IHSG turun pun, aksi beli asing masih tinggi. Itulah yang membuat IHSG bertahan di zona positif sebelum masuk ke zona merah saat penutupan Senin,” tuturnya.

Penguatan yang tipis sepanjang perdagangan, karena pergerakan saham-saham berkapitalisasi besar alias big cap yang tidak ke mana-mana, seperti saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI). “Akhirnya, IHSG datar-datar saja Senin,” ucapnya.

Adapun isu yang menyelimuti pasar saat ini masih dari imbal hasil US Treasury AS yang mengalami kenaikan 1,77%. Di lain sisi, Indeks Dolar AS sebenarnya mengalami penurunan. Meski begitu, nilai tukar rupiah tetap harus dimonitor terus dalam kisaran 14.300-an per dolar AS.

“Selama rupiah cenderung stabil, IHSG belum akan bergerak jauh. Level IHSG 6.700 ditembus, kemudian kembali turun ke bawahnya,” papar dia.

Sementara itu, sentimen dari Tapering Off dari AS sudah difaktorkan atau diantisipasi oleh pasar. “Isunya yang lagi santer adalah selain tapering-nya dipercepat, sekitar US$30 miliar akan selesai bulan Maret 2022. Kabar terakhir, ada indikasi suku bunga AS juga akan dinaikkan lebih cepat. Jadi, begitu tapering off-nya selesai langsung diikuti dengan kenaikan suku bunga,” ungkap Suria.

Padahal, kata dia, sebelumnya pasar memperkirakan kenaikan suku bunga tersebut 2-3 bulan setelahnya. “Kenaikan suku bunga di AS biasanya diikuti dengan kenaikan suku bunga di negara-negara lain, termasuk di Indonesia. Sebab, kalau kita tidak melakukannya, ada kemungkinan rupiah akan mengalami tekanan negatif,” papar Suria.

Jika inflasi terjadi dalam level yang cukup tinggi dan rupiah mengalami tekanan negatif, suku bunga otomatis mau tidak mau harus dinaikkan. “Sebaliknya, jika rupiah dan inflasi adem ayem, kenaikan suku bunga bisa ditunda jika otoritas moneter cuku percaya diri,” ujarnya.

Kenaikan suku bunga akan memicu kenaikan cost of fund. Akan tetapi, sekarang kredit sudah mulai mengalami pertumbuhan di mana pada awal Desember 2021 sudah hampir 4% (year to date). “Cost of fund naik, tapi kredit juga naik dan kemungkinan yield-nya bisa naik karena permintaan sudah mulai ada,” ucapnya.

Pelaku pasar perlu memperhatikan inflasi karena faktor kenaikan harga-harga komoditas. Dari sisi Bahan Bakan Minyak (BBM) belum terdeteksi. Sebab, jika dilihat dari harga Pertamax di Pertamina dan Shell, selisihnya Rp3.000 per liter. Harga Pertamax di Rp9.000 dibandingkan harga bensin dengan RON sama di Shell Rp12.040.

“Ada intervensi walaupun yang menanggung adalah Pertamina, bukan APBN,” ujar dia.

Lebih jauh Suria memperkirakan IHSG Selasa ini bergerak mendatar di kisaran 6.700. Angka ini memang ditembus ke atas, tapi turun lagi ke bawahnya. “Selama level 6.700 belum kuat, IHSG masih berpeluang sideways. Bergeraknya di sini-sini saja. Support yang dapat menjadi patokan di 6.650 hingga resistance 6.749,” papar dia.

Inilah saham-saham yang menarik untuk menjadi pilihan menurut Suria, yakni saham-saham yang sebelumnya mengalami penurunan tajam. Salah satunya adalah saham PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO). Di sektor perbankan, ada saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN).

Sementara itu, di sektor batu bara, jika larangan ekspornya tidak diperpanjang, dipastikan jadi sentimen positif untuk sektor ini. Sebab, sejauh ini pasar khawatir larangan tersebut berkepanjangan.

“Emiten-emiten batu bara yang kewajiban pasokan untuk kepentingan dalam negeri (DMO)-nya terpenuhi, mereka tidak jadi dilarang untuk ekspornya. Saham-saham pilihan di sektor batu bara, ADRO (PT Adaro Energy Tbk), ITMG (PT Indo Tambangraya Megah Tbk) dan HRUM (PT Harum Energy Tbk),” ungkap Suria.

Selain itu, kata dia, sekarang pasar masih mengharapkan terjadinya January Effect. Kalau misalnya ini terjadi, saham-saham big cap yang mestinya mengalami kenaikan terlebih dahulu. “Apalagi, beberapa saham big cap masih tertinggal. Saham-saham dalam kategori ini juga menarik,” imbuhnya.

Disclaimer: Pelajari dengan teliti sebelum membeli atau menjual saham. Inilah.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor.

Back to top button