Market

Inilah Profil Investor Smelter Nikel Matte di Kalimantan Timur

Inilah Profil Investor Smelter Nikel Matte di Kalimantan Timur

Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita bersama Founder MMS Group Indonesia Andrew Hidayat (tiga dari kanan) saat groundbreaking smelter nikel PT Mitra Murni Perkasa (MMP) di Balikpapan, Senin (11/9/2023). (Foto: Kemenperin)

Pemprov Kalimantan Timur senang bukan kepalang menerima investasi proyek smelter nikel dari PT Mitra Murni Perkasa atau MPP senilai Rp6,5 triliun di daerah Kariangau. Sebenarnya ada satu lokasi lagi di daerah Pendingin, Kutai Kartanegara yang dilakukan PT Kalimantan Ferro Industry atau PT KRI, bahkan nilai investasinya mencapai Rp30 triliun sehingga total investasi mencapai Rp36,5 triliun.

Provinsi yang terdapat proyek IKN ini lebih senang lagi bila proses tahapan pembangunan proyek tersebut tanpa menimbulkan kerusuhan dengan masyarakat lokal seperti di Rempang, Batam. Apalagi kalau dapat menyerap tenaga lokal. Lengkap sudah bila lancar, aman dan damai.

Lantas, bagaimana profil kedua investor tersebut? Berikut profilnya.

PT Mitra Murni Perkasa atau MPP, merupakan anak usaha MMS Group Indonesia atau MMSGI. Pendiri grup bisnis ini adalah Andrew Hidayat pada tahun 2005 dengan nama PT Mitra Maju Sukses. Awalnya bergerak di bidang perdagangan batu bara yang menjadi pemasok batu bara domestik kepada PLN dan industri lainnya.

Grup bisnis ini melebarkan sayap dengan tiga pilar bisnis utama yaitu MMS Resources, MMS Land dan MMS Solution dengan lokasi yang tersebar di Indonesia. Salah satu portofolio MMS Group adalah PT. Multi Harapan Utama, sebuah perusahaan pemegang lisensi PKP2B di Kalimantan Timur yang berada di bawah MMS Resources.
 

Gandeng Investor Asal China

Untuk investasi pembangunan smelter nikel matte di Kaltim ini PT MMP membentuk kongsi dengan investor China yaitu China ENFI yang kesepakatannya terjadi pada 24 Juli 2023. Dalam usaha patungan ini keduanya menggandeng Bank BNI.

Kerja sama dengan China ENFI yang dimulai sejak 15 bulan lalu itu telah melalui proses studi kelayakan. Pembangunan proyek ini ditargetkan selesai pada kuartal 4 tahun 2024 dan mulai beroperasi pada kuartal 2 tahun 2025.

Smelter nikel matte MMP direncanakan memiliki kapasitas produksi 27.000 ton per tahun dengan kandungan nikel lebih dari 70 persen. Pembangunan smelter nikel matte ini ditujukan untuk mendukung meningkatnya kebutuhan nikel sebagai bahan baku pembuatan baterai EV yang digunakan dalam kendaraan bertenaga listrik (BEV). Hal ini sejalan dengan upaya global dalam mengurangi emisi karbon.

Adhi Dharma Mustopo selaku Presiden Direktur MMP mengatakan membangun smelter nikel matte yang memiliki jejak karbon rendah dan sepenuhnya merupakan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

“Pembangunan smelter nikel matte ini merupakan awal kerja sama MMSGI dengan China ENFI, yang selaras dengan keahlian teknis China ENFI,” jelas Adhi Dharma, dikutip dari siaran resmi PT MMP, Senin (24/7/2023).

PT Kalimantan Ferro Industry (KFI)  

PT Kalimantan Ferro Industry merupakan perusahaan patungan antara PT Nityasa Prima dengan Sanya Taihuitong New Material Co, Ltd. PT Nityasa Prima merupakan anak usaha PT SLJ Global Tbk  (SULI) yang sebelumnya bernama PT Sumalindo Lestari Jaya.

PT SLJ Global Tbk melalui anak usaha PT Nityasa Prima telah melakukan penandatanganan joint corporation dengan investor asal China, Santa Taihuitong New Material Co, Ltd, untuk pembangunan industri peleburan nikel di Kelurahan Pendingin.

Di dalam kepemilikan saham PT Kalimantan Ferro Industry (KFI), perusahaan asal China, Santa Taihuitong New Material Co, Ltd ini memiliki saham senilai Rp1,12 triliun dan PT PT Nityasa Prima, hanya memiliki saham senilai Rp125 miliar.

Kesepakatan membentuk perusahaan patungan ini terjadi pada Januari 2022.  PT Nityasa Prima (NP) berbasis di Kalimantan Timur dengan aset US$ 3,54 juta per Desember 2021. PT Nityasa Prima mendapat pinjaman US$ 3 juta dari Max Wisdom International Industrial Limited guna menunjang kinerja perusahaan pada 11 Januari 2022.

Namun pada April 2022, Pancoran Limited (PL), perusahaan investasi berbadan hukum British Virgin Islands, resmi memiliki 99,9% saham PT Nityasa Prima.  

PT Kalimantan Ferro Industry sudah melakukan Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL) dengan PLN untuk memasok listrik dengan daya 800 MVA. Pasokan ini dilakukan secara bertahap yang berlokasi di Sanga-Sanga, Kutai Kartanegara (Kukar).

Kemudian, PLN menggelontorkan investasi sebesar Rp 139 Miliar untuk melayani listrik smelter PT KFI dengan memulai proyek konstruksi penyaluran tenaga listrik secara bertahap mulai 100 Mega Volt Ampere (MVA) dalam waktu 12 bulan, dengan total daya tersambung adalah 800 MVA hingga tahun 2026. 

Namun PT Kalimantan Ferro Industry ternyata sudah mendirikan bangunan area pabrik di Kelurahan Pendingin, Sangasanga, Kutai Kartanegara.

Topik
Komentar

BERITA TERKAIT

Back to top button