Hangout

Ini Sejarah Malioboro dan Sederet Fakta Uniknya

Saat mendengar Kota Yogyakarta, anda pasti langsung teringat dengan Jalan Malioboro, bukan? Malioboro adalah tempat wisata yang sangat populer di Yogya. Sayang, meski banyak pelancong yang berkunjung ke lokasi ini, hanya sedikit yang tahu tentang sejarah Malioboro.

Berikut adalah sedikit penjelasan mengenai sejarah nama Jalan Malioboro yang harus anda ketahui.

Sejarah Jalan dan Nama Malioboro

Ini Sejarah Malioboro dan Sederet Fakta Uniknya - Inilah.com
Istockphoto

Malioboro adalah salah satu nama jalan di pusat Kota Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakarta sampai ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta.

Nama Malioboro berasal dari bahasa sansekerta malyabhara, yang berarti karangan bunga. Namun, beberapa sejarawan lain berpendapat bahwa nama Malioboro berasal dari nama Kolonial Inggris yang bernama Marlborough yang pernah tinggal di Yogyakarta pada tahun 1811-1816 m.

Jalan Malioboro pertama kali dibangun oleh Pemerintah Belanda untuk sebagai pusat perekonomian yang cukup populer di tahun (1790-1945). Pertumbuhan transaksi juga semakin tinggi, sejak hadirnya pedagang dari Tionghoa.

Fakta Menarik Seputar Malioboro

Malioboro memang terkenal sebagai pusat wisata kuliner, belanja, dan sejarah. Dibalik keramaian Jalan Malioboro, terdapat fakta-fakta menarik yang jarang diketahui oleh banyak orang.

1. Kawasan “Nol Kilometer” Berada di Kawasan Malioboro

Kawasan “Nol Kilometer” Berada di Kawasan Malioboro- inilah.com
Photo: iStockPhoto

Kawasan “Nol Kilometer” adalah titik yang menjadi patokan kawasan Yogyakarta dengan kota-kota lain. Letak keberadaan titik nol ini berada di lintasan antara Alun-Alun Utara sampai Ngejaman.

Selain sebagai patokan daerah, titik nol juga menjadi tempat wisata bersejarah, sebab di sekitar jalanan ini memiliki bangunan-bangunan kuno yang disebut “Loji” (bangunan tua peninggalan Belanda).

2. Pusat Pemerintahan Yogyakarta

Sebagai Pusat Pemerintahan Kota Yogakarta - inilah.com
Photo: Istockphoto

Selain menjadi pusat wisata kuliner dan belanja, Jalan Malioboro juga berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Yogyakarta. Di sekitar Malioboro terdapat Kantor Gubernur dan Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Berada di pusat kota yang sangat strategis, banyak masyarakat yang datang ke tempat ini untuk mengurus berbagai macam hal, mulai dari status kependudukan, legalitas, dan masih banyak lainnya. Selain Kantor Gubernur, Istana Negara juga dibangun di kawasan wisata ini juga.

3. Pusat Perdagangan

Malioboro Sebagai Pusat Perdagangan - inilah.com
Photo: iStockPhoto

Awal sejarah Jalan Malioboro menjadi pusat perdagangan bermula di tahun 1758. Pada saat itu telah dibangun Pasar Gedhe yang menjadi pusat perekonomian masyarakat sekitar. 

Pasar Gedhe kemudian ditetapkan sebagai tempat jual beli oleh Sri Sultan HB I. Saking banyaknya pedagang yang berjualan disini, mereka mulai mendirikan payon-payon sebagai tempat peneduh mereka dari panas dan hujan.

Sampai akhirnya, di tahun 1923-1926, payon-payon tersebut dirobohkan dan diganti oleh bangunan beton yang lebih kokoh atas perintah Sri Sultan HB VII. Sejak masa ini, Pasar Gedhe berubah nama menjadi Pasar Beringharjo.

Begitu juga dengan warung-warung yang berjualan di pinggiran Jalan Malioboro. Warung-warung tersebut mulai dibangun ulang menjadi gedung pertokoan permanen yang dibangun rapi di tepi jalan.

Sayang, masa keemasan Jalan Malioboro meredup di tahun 1920-1930 akibat Depresi Ekonomi Global atau Krisis Malaise yang mengakibatkan lonjakan harga jual barang di Malioboro menjadi tidak stabil. Akibat krisis ekonomi ini, banyak perusahaan dan pedagang yang gulung tikar.

4. Usia Malioboro Lebih Tua Dari Keraton Yogyakarta

Berdasarkan informasi dari ugm.ac.id, keberadaan Jalan Malioboro sudah ada jauh sebelum berdirinya Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Pada masa itu, Jalan Malioboro digunakan sebagai penghubung Pesanggrahan Gerjitawati atau Ayogya, yang kini menjadi lokasi berdirinya Keraton Yogyakarta.

Jalanan ini sering dilalui oleh rombongan Kerajaan Mataram Islam dari Keraton Kartasura yang membawa jenazah raja atau keluarga kerjaan yang akan dikebumikan di Imogiri.

Selain itu, di masa Kolonial Belanda, Jalan Malioboro dijadikan sebagai jalan seremonial yang menjadi saksi bisu prosesi kedatangan para gubernur jenderal dan pejabat Eropa menuju keraton.

Seremonial merupakan kegiatan yang penting bagi orang Jawa, sebab seremonial ini berarti memberikan penghormatan dan untuk menjinakkan kekuasaan yang lebih besar.

5. Pusat Komunitas Seniman

Jalan Malioboro sebagai pusat komunitas seniman - inilah.com
Photo: Istockphoto

Di tahun 1960-an, Malioboro dikenal sebagai pusat kegiatan komunitas sastra. Salah satu sastrawan yang masuk ke dalam komunitas ini adalah A. Bastari Asnin, Nasjah Djamin, Motinggo Busye, dan Idrus Ismail.

Dari perkumpulan ini, mereka berhasil menulis banyak karya sastra yang terdiri dari kumpulan cerita pendek, puisi, dan masih banyak lainnya. Salah satu judul cerita pendek yang paling terkenal adalah “Di Bawah Kaki Pak Dirman” dan “Lengganglah Hati di Malioboro”.

Setelah adanya relokasi dan penataan di Jalan Malioboro pada Februari 2022, banyak kelompok seniman yang ingin menghidupkan kembali Jalan Malioboro sebagai “Pusat Seniman” di Taman Budaya  Yogyakarta

Taman Budaya Yogyakarta juga memberikan ruang kepada para seniman melalui acara yang bernama Gumaton Art Street.

Tidak hanya di depan TBY, acara Gumaton Art Street digelar di 6 titik sepanjang Jalan Malioboro yang menampilkan beragam seni tradisional, mulai dari tari, musik, dan masih banyak lainnya.

6. Baru Ramai Pada Tahun 1970-an

Ini Sejarah Malioboro dan Sederet Fakta Uniknya - Inilah.com
Photo: Istockphoto

Jika anda berpikir bahwa Malioboro sudah ramai sejak dahulu, anda salah. Faktanya, Jalan Malioboro mulai populer dan menjadi destinasi nongkrong anak-anak muda pada tahun 1970-an. 

Di tahun itu, Malioboro terkenal memiliki suasana yang sangat vintage dengan bagunan tua bekas jajahan Belanda.

Alasan lainnya, di sekitar Malioboro ini terdapat sebuah pasar yang bernama Beringharjo. Para keturunan etnis Tionghoa yang menetap di Yogyakarta mulai berdagang di pasar ini. Etnis Tionghoa ini juga yang mengawali Jalan Malioboro sebagai Pusat Perbelanjaan.

7. Teras Malioboro Lokasi Wisata Belanja Baru

Teras Malioboro - inilah.com
Photo: Istockphoto

Dahulu, Jalan Malioboro terkenal dengan banyaknya para pedagang yang menawarkan barang dagangannya di sepanjang Jalan Malioboro. Sekarang, anda sudah tidak bisa melihat pemandangan itu lagi, sebab Pemkot Yogyakarta sudah merelokasikan para pedagang kaki lima ke Teras Malioboro pada Februari 2022 silam.

Pada awalnya, mungkin anda akan merasa aneh melihat kondisi Jalan Malioboro yang sepi. Di lain sisi, dengan adanya penertiban seperti ini, turis lokal maupun asing bisa berwisata dengan nyaman dan menikmati pemandangan Malioboro tanpa gangguan.

Back to top button