Market

Ini Alasan Luhut Sedih dengan Ulah Tom Lembong


Menko Marves, Luhut Binsar Pandjaitan menjadi yang paling keras membela kebijakan Presiden Jokowi tentang hilirisasi nikel yang diserang cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar. Apalagi merupakan masukan dari mantan sesama menteri, Tom Lembong.

Menurut Luhut, kinerja co-captain Timnas AMIN tersebut gagal saat memimpin Badan Koordinasi Penanaman Modal atau BKPM periode 2016-2019. Di lembaga tersebut, Tom Lembong mendapat tugas untuk menerapkan Online Single Submission (OSS). Tugas tersebut adalah sistem perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik.

“Anda kan ditugasin untuk OSS. Saya ingat betul itu, bagaimana anda curhat ke saya. Tetapi itu kan sampai anda meninggalkan kabinet, anda tidak pernah selesai,” katanya dalam unggahan di intragram, dikutip Kamis (25/1/2024).

Tugas tersebut akhirnya diselesaikan Luhut yang juga menangani masalah investasi. Sistem tersebut baru terealisasi tahun 2020 setelah Tom Lembong tidak lagi berada di BKPM. “Sekarang kami yang menyelesaikan itu,” katanya.

Isu lain yang dibantah Luhut adalah tentang harga nikel yang rendah meski ada hilirisasi. Luhut menjelaskan karakter harga komoditi lazin bila tidak stabil. Fluktuasi harga komoditi terjadi pada jenis lain seperti batu bara, timah maupun emas.

“Bahkan pada periode 2014-2019, ketika awal-awal periode hilirisasi mulai kita lakukan, harga rata-rata nikel dunia hanya sebesar USD12 ribuan,” kata Luhut menjelaskan.

Kondisi itulah yang membuat Luhut heran karena menanggap Tom Lembong memberikan masukan yang salah kepada salah satu paslon dalam pilpres. Apalagi menggunakan isu hilirisasi nikel untuk menjelekan pemerintahan saat ini.

“Bagaimana bisa Anda memberikan advice bohong kepada calon pemimpin yang Anda dukung. Saya sedih melihat Anda. Anda kan intelektual, menurut saya, jadi saya ragukan. Mungkin Anda betul seorang intelektual, tapi karakter Anda itu, menurut saya tidak bagus,” ucap Luhut memaparkan.

 

post-cover

 

Dalam tayangan itu, Luhut juga menceritakan telah mendapat laporan dari salah satu cucunya yang sedang belajar di Georgetown University, AS. Sang cucu menceritakan ada mantan menteri yang menjelekkan pemerintahan Jokowi.

“Bagaimana opung, ada seorang mantan menteri berbicara menjelekkan pemerintahannya sendiri. Karena pada waktu yang lalu dia bekerja di situ,” kata Luhut.

Masalah lain yang dibantah Luhut adalah harga nikel yang rendah. Menurut Luhut dengan harga yang rendah maka harga jual baterai untuk mobil listrik menjadi terjangkau. Bila harganya mahal maka orang akan mencari alternatif lain yang lebih murah. Ini terjadi pada kasus di China untuk baterai berbasis Nickel Manganese Cobalt (NMC) melainkan Lithium Ferro Phosphate (LFP).

“Tom harus mengerti, kalau harga nikel terlalu tinggi sangat berbahaya bagi perekonomian. Jadi kalau kita bikin harga ketinggian, orang akan cari alternatif lain.  Oleh karena itu kita mencari keseimbangan supaya betul-betul barang kita masih tetap dibutuhkan sampai beberapa belas tahun yang akan datang,” katanya menegaskan.

 

Back to top button