Hangout

Ini 7 Fakta Menarik di Balik Tema Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2023

Diperingati setiap 31 Maret atau tepat hari ini, Hari Tembakau Sedunia dirayakan untuk membuat masyarakat sadar tentang bahaya dan risiko kesehatan yang diakibatkan oleh tembakau termasuk hubungannya dengan sejumlah penyakit seperti kanker, penyakit jantung, dan masalah pernapasan.

Peringatan yang dirayakan di seluruh dunia setiap tahunnya ini, ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 1987.

Dibalik perayaan ini, mengutip dari laman bpom.go.id, pada tahun 2021, WHO menyatakan jika epidemik tembakau telah membunuh sekitar delapan juta orang setiap tahunnya.

Bahkan, lebih dari tujuh juta kematian diakibatkan oleh paparan asap rokok orang lain (secondhand smoke) yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskular dan gangguan pernapasan.

Sementara itu, di Indonesia konsumsi rokok juga menjadi masalah kesehatan masyarakat. Bahkan dari waktu ke waktu perokok di Indonesia semakin meningkat terutama di kalangan usia anak dan remaja.

Para perokok dapat menghasilkan lima ton CO2 seumur hidup mereka dan menghasilkan lebih dari 4,5 triliun puntung rokok yang mencemari lingkungan setiap tahunnya.

Data ini juga menunjukkan bahwa perokok berkontribusi terhadap pencemaran udara dan lingkungan serta membahayakan kesehatan orang lain serta ekosistem. Melihat hal tersebut pada akhirnya membuat WHO menetapkan satu hari tanpa tembakau.

Menurut WHO, perayaan tahunan ini adalah cara untuk memberi tahu masyarakat umum tentang bahaya penggunaan tembakau, pendekatan strategis organisasi tembakau, bagaimana WHO memerangi pandemi tembakau, dan bagaimana orang-orang di seluruh dunia hidup sehat untuk melindungi orang di masa depan.

Ini menekankan pentingnya upaya terkoordinasi untuk mengurangi penggunaan tembakau dan mempromosikan dunia bebas tembakau.

Diperingati setiap 31 Maret pada setiap tahunnya, Hari Tanpa Tembakau Sedunia memiliki tujuan untuk mendorong para perokok agar tidak merokok selama 24 jam. Bahkan kampanye ini bertujuan untuk mendorong agar mereka berhenti merokok.

Setiap tahun WHO meluncurkan tema yang berbeda. Pada tahun ini, WHO mengangkat tema We need food, not tobacco; artinya, Kita butuh makanan, bukan tembakau.

Kampanye global 2023 ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang peluang produksi dan pemasaran tanaman alternatif bagi petani tembakau dan mendorong mereka untuk menanam tanaman yang berkelanjutan dan bergizi.

Hal ini juga memiliki tujuan untuk mengganti penanaman tembakau dengan tanaman yang berkelanjutan, sehingga berkontribusi terhadap krisis pangan global.

WHO tak asal memilih tema dalam peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia, karena ada beberapa fakta menarik di balik penetapan tema tahun ini, seperti:

1. Penanaman Tembakau Berkontribusi Terhadap Deforestasi Hutan

Fakta Menarik Dibalik Hari Tanpa Tembakau Sedunia
Foto: Gettyimages

Di seluruh dunia, sekitar 3,5 juta hektar lahan dikonversi untuk penanaman tembakau setiap tahunnya. Namun faktanya penanaman tembakau juga berkontribusi terhadap deforestasi seluas 200.000 hektar per tahun.

Selain itu, penanaman tembakau juga bersifat intensif sumber daya dan membutuhkan penggunaan pestisida dan pupuk dalam jumlah besar yang berkontribusi terhadap degradasi tanah.

2. Mengurangi Kesuburan Tanah

Gettyimages Sb10066930f 001 612x612 - inilah.com
Foto: Gettyimages

Lahan yang digunakan untuk menanam tembakau akan mengurangi lahan untuk tanaman lainnya seperti tanaman pangan. Ini dikarenakan tanaman tembakau dapat mengurangi kesuburan tanah dan menghambat penanaman tanaman pangan.

3. Penanaman Tembakau Merusak Tanah

Farmer, Tobacco Plantation - inilah.com
Foto: Gettyimages

Dibandingkan dengan kegiatan pertanian lainnya, seperti penanaman jagung atau penggembalaan ternak, pertanian tembakau memiliki dampak yang jauh lebih merusak ekosistem. Ini karena lahan pertanian tembakau lebih rentan terhadap penggurunan (lebih kering dan gersang).

4. Keuntungan Tidak Bisa Mengimbangi Kerusakan yang Terjadi

Gettyimages 561230609 612x612 - inilah.com
Foto: Gettyimages

Meskipun penanaman tembakau memiliki keuntungan komersial, namun setiap keuntungan yang diperoleh dari tembakau mungkin tidak dapat mengimbangi kerusakan yang terjadi pada produksi pangan berkelanjutan di negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Dengan melihat hal ini, ada kebutuhan mendesak untuk mengambil langkah hukum guna mengurangi penanaman tembakau dan membantu petani beralih ke produksi tanaman pangan alternatif.

5. Penanaman Tanaman Tembakau Membuat Para Petani dan Keluarga Rentan Terkena Penyakit

Gettyimages 1448444199 612x612 - inilah.com
Foto: Gettyimages

Industri tembakau sering kali menyebut dirinya sebagai penyokong mata pencaharian petanian tembakau. Namun, ini jauh dari fakta yang ada di lapangan.

Sebab, penanganan intensif insektisida dan bahan kimia beracun selama penanaman tembakau dapat memicu sejumlah penyakit.

Dilansir dari Alodokter, tubuh dapat terpapar insektisida tidak hanya melalui mulut, tapi juga kulit. Paparan insektisida, terlebih dalam jangka panjang, berpotensi menimbulkan banyak penyakit, mulai dari gangguan reproduksi, parkinson, hingga kanker.

6. Pembudidaya Tembakau Terbesar di Dunia Merupakan Negara Berpenghasilan Rendah dan Menengah

Worker Picking And Carrying Tobacco Leaves In Farmland - inilah.com
Foto: Gettyimages

Sembilan dari 10 negara pembudidaya tembakau terbesar adalah negara berpenghasilan rendah dan menengah. Serta empat di antaranya didefinisikan sebagai negara dengan defisit pangan.

Padahal, lahan yang digunakan untuk menanam tembakau dapat digunakan secara lebih efisien untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

7. Kampanye Untuk Mengembangkan Kebijakan

Hari Tanpa Tembakau Sedunia
Foto: Gettyimages

Pemilihan tema pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2023 ini juga sebagai seruan kepada Pemerintah dan pembuat kebijakan untuk meningkatkan undang-undang, mengembangkan kebijakan dan strategi yang sesuai dan memungkinkan kondisi pasar bagi petani tembakau untuk beralih ke tanaman pangan.

Dengan penanaman tanaman pangan, diharapkan dapat membantu untuk menghindari krisis pangan yang bisa terjadi di masa depan.

Back to top button