Market

Bapanas Naikkan HET Beras SPHP, YLKI: Untungkan Siapa?


Keputusan Badan Pangan Nasional (Bapanas) menaikkan harga eceran tertinggi (HET) beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) atau beras Bulog, bisa menjadi bumerang bagi perekonomian naional. Daya beli semakin kendor yang menekan pertumbuhan ekonomi.

Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mempertanyakan, kenaikan HET beras SPHP itu untuk siapa? Alasannya, dampak dari penaikan HET beras SPHP ternyata tidak memberikan kenaikan penghasilan dari petani. hal itu terbukti dari Nilai Tukar Petani (NTP) pada April 2024 anjlok ketimbang bulan sebelumnya.

Di sisi lain, kata Tulus, daya beli konsumen semakin terkulai dengan adanya kenaikan HET beras SPHP. Semakin sulit bagi masyarakat untuk mendapatkan beras berkualitas dengan harga terjangkau. “Jadi siapa yang diuntungkan dengan kenaikan HET? Di satu sisi merugikan konsumen, di sisi lain tidak menguntungkan petani,” kata Tulus, Jakarta, dikutip Senin (6/5/2024).

Akar masalah yang harus dibenahi, kata Tulus, adalah memperbaiki rantai distribusi dari hulu ke hilir. Kalau itu berhasil dilakukan maha harga beras di tingkat konsumen bisa stabil. Sehingga pemerintah tidak perlu menaikkan HET.

Pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) resmi menaikkan HET beras Bulog per 1 Mei 2024. Keputusan tersebut tertuang dalam surat No. 142/TS/02.02/K/4/2024 tanggal 29 April 2024 tentang Penugasan SPHP Beras tahun 2024.

Melalui keputusan tersebut, Bapanas mengerek HET sesuai zonasi sebesar Rp1.600 hingga Rp1.700 per kilogram (kg). Untuk Pulau Jawa, Lampung, Sumatra Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi, HET beras SPHP ditetapkan Rp12.500/Kg. Sebelumnya, HET beras SPHP dipatok Rp10.900 per kilogram.

Sedangkan wilayah Sumatra kecuali Lampung dan Sumatra Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan, HET dibanderol Rp13.100 dari sebelumnya Rp11.500/kg. Terakhir, untuk wilayah Maluku dan Papua, pemerintah mematok HET beras SPHP di level Rp13.500/kg. 
Sebelumnya, HET beras sebesar Rp11.800/kg.

Klaim hanya sebatas ucapan manis di bibir, fakta di lapangan berbeda. Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan Nilai Tukar Petani (NTP) April 2024 justru turun 2,18 persen ketimbang Maret 2024. Dari 119,39 menjadi 116,79, karena turunnya indeks harga terima petani yang dipengaruhi harga gabah.

“Komoditas yang dominan mempengaruhi penurunan It (indeks harga terima petani) nasional adalah gabah, jagung, cabai rawit, dan cabai merah,” ujar Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti di Jakarta, Kamis (2/5/2024).
    

Back to top button