News

Gus Yahya PBNU Ungkap Sedimentasi Sungai Penyebab Runtuhnya Peradaban

Ketua PBNU, Gus Yahya menjelaskan kunci dari peradaban kerajaan di Indonesia berpusat pada kekuatan maritim. Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan yang mengandalkan kekuatan maritim yang hegemoni di Nusantara.

Kedudukan Kerajaan Sriwijaya sendiri bertepatan dengan lokasi Sungai Musi di Palembang dan menjadi kunci kemajuan Sriwijaya karena letaknya yang strategis.

“Kedudukannya di tepian Sungai Musi Palembang, sangat strategis dan sangat menentukan. Mengapa? Karena Sungai Musi saat itu sangat luas dan dalam sehingga bisa menjadi pusat deployment besar-besaran. Letaknya sungai itu membuat kerajaan ini tak mudah diserang musuh,” ujar Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf dalam acarasosialisasi ASEAN Intercultural and Interreligious Dialogue Conference ASEAN (IIDC), tahun 2023 di Surabaya, Kamis (15/6/2023).

Namun setelah berjaya selama tujuh tahun kerajaan tersebut runtuh dikarenakan melemahnya pasukan maritim mereka. Sehingga membuat Sriwijaya gagal dalam mempertahankan kekuatan serta konsolidasinya dalam kawasan tersebut. Kegagalan itu dikarenakan adanya sedimentasi di muara Sungai Musi yang menyebabkan kapal besar tidak dapat berlalu lalang dalam kawasan Sriwijaya.

Gus Yahya menambahkan bahwa Sriwijaya dapat bertahan selama tujuh abad yaitu dengan mempersatukan seluruh Nusantara dalam jaringan perdagangan dan mentoleransi adanya perbedaan politik. Tidak hanya menyatukan perdagangan di dalam kawasannya, Sriwijaya juga memperluas jaringan perdagangan internasional dengan tetap mempertahankan format politik di pulau Nusantara. “Jelas inland politik dibiarkan independen tapi jaringan perdagangan internasionalnya yang dikonsolidasikan sehingga menjadi kekuatan ekonomi politik yang sangat signifikan pada waktu itu,” jelasnya.

Selain Sriwijaya, Kerajaan Majapahit juga memiliki pasukan maritime yang kuat di Nusantara. Dengan mengandalkan kekuatan Sungai Brantas, Majapahit sukses menjadi kerajaan yang cukup disegani kala itu. Namun lagi-lagi dikarenakan sedimentasi Sungai Brantas menyebabkan kerajaan tersebut runtuh. “Semua itu runtuh gara-gara sedimentasi sungai,” ujar Ketum PB NU itu.

Selanjutnya Gus Yahya mengaku tertarik akan gagasan pengerukan sedimentasi yang terjadi di beberapa sungai besar di Indonesia. Pengerukan itu menjadi penting dikarenakan sebelumnya sungai-sungai besar di Indonesia pernah menjadi kekuatan maritim di kerajaan Indonesia.

Gus Yahya juga menceritakan hal tersebut kepada ahli lingkungan, yang membuat sang environmentalis tersebut khawatir jika dilakukan pengerukan sungai akan menyebabkan biota di dalamnya mati. “Lahh rusak kalau sungainya dipaculi (dicangkul). Kalau pakai teknologi modernkan enggak rusak,” ungkapnya. (Ditya Nabila Afrisa)

Back to top button