Market

Gara-gara Kenaikan BBM, Ekonomi 2022 Tidak Tumbuh Maksimal

Sepanjang tahun lalu, pertumbuhan ekonomi bergerak flutuatif dalam skala triwulanan. Sempat anjlok karena inflasi tinggi yang dipicu kenaikan harga BBM subsidi pada 3 September 2022.

Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia, Teuku Riefky mengatakan, pertumbuhan ekonomi sepanjang 2022, diperkirakan berada di kisaran 5,18 persen hingga 5,20 persen, secara tahunan.

Sementara pertumbuhan pada kuartal IV-2022, diprediksi mencapai 4,56 persen secara year on year.

“Dengan mempertimbangkan semua hal, Indonesia mungkin tidak akan tumbuh di atas 5 persen pada kuartal IV 2022. Karena, pemerintah menghilangkan low base effect dan harga komoditas yang lebih rendah pada akhir 2022 dibandingkan kuartal kedua dan ketiga tahun 2022,” kata Riefky di Jakarta, Jumat (3/2/2023).

Riefky mengatakan, pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2022 melemah dibandingkan kuartal III-2022 yang mencapai 5,72 persen.

Pelemahan pertumbuhan tersebut disebabkan peningkatan inflasi yang berada di atas target Bank Indonesia (BI) yang sebesar 3 persen plus-minus 1 persen, akibat lonjakan harga komoditas yang menyebabkan perlunya penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM).

Meskipun demikian, tekanan inflasi pada tahun 2022 masih lebih rendah dari perkiraan awal dan relatif masih terjaga. Hal ini berkat penundaan kenaikan harga BBM dan kebijakan normalisasi inflasi yang terkoordinasi dengan baik oleh BI dan pemerintah Indonesia.

“Indonesia berhasil menyalurkan windfall profit komoditas untuk meningkatkan pemasukan pada anggaran dan menunda kenaikan harga BBM,” katanya.

Hanya saja pelemahan ekonomi pada kuartal IV-2022 juga terjadi karena periode surplus perdagangan yang berkepanjangan diperkirakan akan segera berakhir mengingat harga komoditas mulai menurun secara bertahap. “Kalau tahun ini, kita perkirakan pertumbuhan ekonomi akan berada di kisaran 4,9 sampai 5,0 persen,” pungkasnya.

Back to top button