News

Gangster Obrak-abrik Haiti: Ibu Kota Diserang, Crazy Rich Dijarah


Kekerasan yang disebabkan oleh gangster makin mengacak-acak Haiti. Ibu kota Port-au-Prince dilaporkan kembali diserang pada awal pekan ini.

Disebutkan bagaimana geng-geng mengamuk di lingkungan kelas atas, tempat para orang kaya tinggal di negara itu. Orang-orang bersenjata menjarah rumah-rumah di kawasan Laboule dan Thomassin di iIbu kota Port-au-Prince.

Hal itu membuat para warga di kawasan elite itu melarikan diri. Beberapa orang dilaporkan menelepon stasiun radio untuk meminta bantuan polisi.

Padahal kawasan ‘crazy rich’ tersebut relatif damai meski kekerasan terjadi di ibu kota sejak 29 Februari, yang membuat Perdana Menteri Ariel Henry mengundurkan diri. Disebutkan pula bagaimana 12 mayat pria berserakan di Jalan Petionville, di antara kedua kawasan elite tersebut.

“Kami bangun pagi ini dan menemukan mayat di jalan di komunitas kami di Pétionville,” kata Douce Titi, yang bekerja di kantor wali kota seperti dikutip Associated Press, Selasa (19/3/2024).

“Komunitas kami bukanlah komunitas seperti itu. Kami akan mulai berupaya mengevakuasi jenazah-jenazah itu sebelum anak-anak mulai berjalan ke sekolah dan para pedagang mulai berdatangan,” tambahnya.

Serangan terbaru ini menimbulkan kekhawatiran bahwa kekerasan gangster tidak akan berhenti meskipun PM telah mengundurkan diri. Sebelumnya gangster telah meminta Henry mundur sebagai salah satu cara meredam kekerasan.

Geng-geng telah lama menentang Henry, dengan mengatakan bahwa dia tidak pernah dipilih oleh rakyat. Mereka menyalahkan Henry karena kemiskinan yang makin naik meski pengkritik menuduh para bos gangster mencoba merebut kekuasaan untuk diri mereka sendiri atau untuk politisi Haiti lain yang tidak dikenal.

“Melecehkan! Ini adalah pelecehan!” teriak seorang pria Haiti yang tidak mau disebutkan namanya.

“Rakyat Haiti! Bangun!” teriaknya lagi marah pada kekerasan yang ada.

Pada Senin (18/3/2024), perusahaan listrik Haiti juga mengumumkan bahwa empat gardu induk di ibu kota dan di tempat lain hancur dan tidak berfungsi sama sekali. Akibatnya, sebagian besar wilayah di Port-au-Prince tidak mendapat aliran listrik, termasuk daerah kumuh Cite Soleil, komunitas Croix-des-Bouquets, dan sejumlah rumah sakit.

Perusahaan mengatakan para penjahat juga menyita dokumen penting, kabel, inverter, baterai dan barang-barang lainnya. Ketika kekerasan geng terus berlanjut, para pemimpin Karibia telah membantu pembentukan dewan transisi, namun hal itu masih belum mampu menenangkan situasi.

.

 

Back to top button