Market

Faisal Basri: Food Estate dan Kereta Cepat, Program Jokowi yang Salah

Ekonom senior Faisal Basri membeberkan banyak sekali program Presiden Jokowi yang keliru. Alih-alih mendorong perekonomian Indonesia menjadi maju. Yang ada negara lain untung. Apa saja proyeknya?

Dalam sebuah diskusi di sebuah stasiun televisi nasional di Jakarta, Jumat (5/5/2023), Faisal tegas-tegas memaparkan proyek atau program di era Jokowi yang salah arah. “Ya, mulai dari infrastruktur, food estate itu kan ngaco semua. Kereta cepat, jalan tol Sumatra, industrialisasi tak dikenal yang ada hilirisasi. Yang terjadi, bijih nikel diolah menjadi pig iron, jadi ferro nikel, kemudian diekspor,” papar Faisal.

Kata Faisal, program hilirisasi nikel yang diharap menjadikan Indonesia sebagai pelopor industri kendaraan listrik, justru menguntungkan industrialisasi di China. Karena, nikel setengah jadi asal Indonesia banyak dikirim ke China. “Seharusnya, bahan lanjutannya (nikel) dijadikan bahan baku untuk industri di Indonesia. Nah sekarang, hilirisasi di Indonesia untuk menopang industrialisasi di China. Harusnya bukan begitu konsepnya,” tuturnya.

Sehingga, lanjut Faisal, jangan heran bila ketergantungan industri terhadap bahan baku impor cukup tinggi. “Ketergantungan impor kita kepada bahan baku, atau intermediate input sebesar 75 persen. Artinya, sebagian besar impor kita adalah bahan baku. impor barang paling-paling 8-10 persen, barang modal 15 persen. Nah, kejadian ini 20 tahun tidak berubah. Karena, kita tidak berusaha memperkuat struktur,” tandasnya.

Celakanya, kata Faisal, para calon pemimpin pengganti Jokowi, malah ingin melanjutkan program yang salah. “Yang membuat kita gundah, semua calon presiden (capres) ingin melanjutkan seluruh program yang salah itu,” tandas Faisal.

Seharusnya, Indonesia meniru China, bukan hanya sekedar menjadi pembantunya. Negeri Bambu itu, berhasil melakukan industrialisasi, lantaran 94 persen impor adalah produk manufaktur. Sedangkan Indonesia hanya 40 persen. “Sisanya yang 60 persen hanya tebang-jual, atau petik-jual. Enggak perlu pakai otak,” tegas Faisal.

Back to top button