Hangout

Penanganan Cedera dari Olahraga Bulu Tangkis dengan Teknologi Medis

Penanganan cedera bisa dengan teknologi medis terkini. Cedera olahraga akibat bermain bulu tangkis dapat ditangani dengan tindakan non-operatif maupun operatif.

Non-operatif

Untuk menangani cedera yang tidak memerlukan operasi, serta upaya proses pemulihan pasca operasi, dokter spesialis kedokteran olahraga akan melakukan evaluasi untuk kemudian merancang program recovery yang sesuai dengan kondisi pasien.

Mungkin anda suka

dr. Antonius Andi Kurniawan, Sp.KO, Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga, Sport Medicine, Injury, Recovery Center (SMIRC), RS Pondok Indah – Bintaro Jaya,  menjelaskan biasanya diperlukan sesi menggunakan teknologi medis dalam periode cedera akut dan sesi exercise.

Hal itu untuk membantu memulihkan otot dan sendi yang cedera dan agar pasien dapat kembali berolahraga dan beraktivitas kembali pasca cedera.

Beberapa teknologi medis untuk penanganan cedera antara lain:

1. Cyrotheraphy (terapi dingin)

Prosedur terapi dingin yang dapat digunakan untuk menangani cedera olahraga akut ataupun rehabilitasi cedera. Metode ini biasa dilakukan setelah operasi atau rekonstruksi sendi, karena dapat membantu mengurangi cedera secara efektif, misalnya pada penanganan pergeseran tulang, patah tulang, memar, keseleo, dan lainnya.

“Sesi perawatan rata-rata per pasien berlangsung hanya 1-2 menit, tergantung klinis dan target terapi serta instruksi dokter yang merawat,” papar Antonius Andi Kurniawan, Jakarta, Selasa, (28/6/2022). 

2. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)

Metode penanganan non-invasif yang melibatkan arus listrik bertegangan rendah. Anggota tubuh yang terasa nyeri akan dialiri impuls listrik yang menjalar pada serabut saraf, sehingga membantu mengurangi kepekaan terhadap rasa nyeri atau sakit. Durasi pengobatan TENS yang optimal adalah 40 menit.

Ultrasound Therapy

Metode pengobatan dengan gelombang suara untuk merangsang jaringan di sekitar area cedera. Getaran gelombang suara dapat merangsang produksi kolagen dan menciptakan panas dalam jaringan, sehingga mampu mendorong penyembuhan pada jaringan lunak dengan meningkatkan metabolisme pada tingkat sel.

Metode ini berguna untuk membantu proses penyembuhan tulang, penanganan cedera ligamen, dan lainnya. Jenis terapi ultrasound tergantung pada kondisi cedera. Untuk nyeri myofascial, strain, atau keseleo dapat digunakan ultrasound termal.

Untuk jaringan parut, pembengkakan, dan carpal tunnel syndrome, ultrasound mekanis dapat bekerja lebih baik. Waktu perawatan tergantung pada ukuran area yang dirawat, frekuensi dan intensitas yang digunakan (5-15 menit).

Exercise dan rehabilitasi pasca cedera

Tujuan dari program rehabilitasi adalah untuk mengembalikan semua aspek kesehatan seperti sebelum cedera dengan cara yang terkontrol dan terpantau. Rehabilitasi harus dimulai sesegera mungkin (setelah fase peradangan awal – 72 jam). Dalam tahapan ini, dilakukan latihan fleksibilitas untuk meminimalisasi penurunan kisaran gerak sendi, latihan memperkuat otot, hingga latihan keseimbangan.

Tindakan operatif

Pada penanganan cedera olahraga yang membutuhkan tindakan operasi, dokter spesialis bedah ortopedi konsultan sports injury dan arthroskopi yang ahli dan berpengalaman dalam teknik minimal invasive akan menggunakan arthroskopi dengan sayatan minimal, sehingga pasien dapat pulih lebih cepat dibandingkan dengan operasi konvensional.

Teknologi medis penanganan cedera ini sudah tersedia di Sport Medicine, Injury, Recovery Center (SMIRC) RS Pondok Indah, Bintaro Jaya.

Sebagai center of excellence terbaru di RS Pondok Indah, Bintaro Jaya, klinik ini dilengkapi dengan berbagai alat exercise dan rehabilitasi cedera yang canggih dan terbaru dari Techno Gym demi menghadirkan layanan komprehensif dan terintegrasi bagi para sport enthusiast dan atlet olahraga.

Mulai dari penanganan dan pemulihan cedera, peningkatan performa olahraga, hingga pendampingan olahraga khusus bagi pasien dengan kondisi medis tertentu.

SMIRC RS Pondok Indah, Bintaro Jaya memiliki tim medis kompeten yang terdiri dari dokter spesialis kedokteran olahraga yang sudah sangat berpengalaman menangani atlet untuk berkompetisi baik di skala nasional maupun internasional, dokter spesialis bedah ortopedi konsultan sports injury dan arthroskopi, dokter spesialis gizi klinik, serta sport physiotherapist. 

Tidak hanya itu saja, dukungan dokter spesialis bedah ortopedi dengan berbagai subspesialisasi juga melengkapi kompetensi tim medis klinik ini. Dengan adanya kolaborasi dari berbagai dokter, seluruh penanganan cedera olahraga akan disesuaikan dengan kebutuhan setiap pasien.

Back to top button