Market

Dugaan Skandal Bank Mayapada dan Gurita Bisnis Dato Sri Tahir

Bisnis Dato Sri Tahir dengan bendera Mayapada Group, menggarap banyak sektor. Mulai perbankan, rumah sakit hingga properti. Namun, bisnis bank anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) itu, sempat tercoreng audit BPK.

Audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap pengawasan perbankan 2017-2019, menemukan adanya pemberian kredit berkali-kali oleh Bank Mayapada kepada belasan debitur macet. Jumlahnya hingga Rp4,3 triliun. Selain itu, BPK menemukan adanya pelanggaran Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) Bank Mayapada kepada 4 korporasi, senilai Rp23,56 triliun.

Hingga kini, kerajaan bisnis Mayapada Group yang dirintis Tahir sejak 1986, terus beranak. Pada 2018, Tahir melirik industri media elektronik di tanah air, membangun MyTV (Mayadapa TV), holding membawahi INTV (dulu Banten TV). Selain itu, Tahir adalah pemilik Rajawali Televisi (RTV) dan Topas TV. Asal tahu saja, INTV merupakan jaringan televisi berbayar yang diakuisisi Mayapada Group, setelah mendirikan Topas TV (hingga 2020). Dan, Tahir adalah pemilik 20 persen saham RTV, berkolaborasi dengan Peter Sondakh. Dia juga pemilik My Mentor hingga 2020.

Coba-coba mengelola media cetak, Tahir mendirikan PT Intermedia Promosindo (Guo Ji Ri Bao), PT Wahana Mediatama (Forbes) dan PT Elia Mediatama Indonesia (Elle). Mayapada Group sempat memiliki Guo Ji Ri Bao, koran berbahasa Mandarin.

Menariknya, koran Guo Ji Ri Bao ini, sempat dikelola Ted Sioeng yang belakangan menjadi musuhnya dalam perkara kredit macet Bank Mayapada senilai Rp1,3 triliun. Di mana, Ted Sioeng tak bisa mengembalikan kredit yang mengucur sejak 2014-2021. Asetnya disita dan dipolisikan. Alhasil, Ted dan putrinya telah ditetapkan sebagai tersangka.

Ted pun melawan. Dia bersurat ke Menkopolhukam Mahfud MD, mengaku telah memberikan dana Rp525 miliar kepada Dato Sri Tahir. Dengan perjanjian utang yang menurut Ted belum dikembalikan Tahir.

Kembali gurita bisnis Tahir, dia mendirikan  PT Sona Topas Tourism Industry Tbk (SONA) pada 1978. Beroperasi 1980, namanya diganti PT Sona Topas Group. Setahun kemudian ganti nama lagi PT Sona Topas. Pada 13 Oktober 1990, dirubah lagi manjadi PT Sona Topas Tourism Industry. Kantor pusatnya di Mayapada Tower 2 Lantai 2, Jl Jenderal Sudirman Kav.27, Jakarta.

Di sektor perbankan dan asuransi, Tahir mendirikan Bank Mayapada (1980). Dia pun membangun bisnis pembiayaan dan asuransi melalui PT Topas Multifinance, PT Sompo Insurance Indonesia (Sompo), PT Zurich Insurance Indonesia (Zurich Insurance), PT Zurich Topas Life (Zurich Life).

Jeli melihat peluang bisnis, Tahir melirik bisnis kesehatan. Didirikan PT Mayapada Healthcare Group, PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (pengelola RS Mayapada), PT Mayapada Clinic Pratama (Mayapada Clinic), PT Agave Biomedi Investama (Biomedilab)

Untuk properti, Tahir punya PT Mayapada Properti Indonesia Tbk dan PT Precise Pacific Realty (Mayapada Tower) yang mengelola Mayapada Tower 1, Mayapada Tower 2.

Belum puas juga, Tahir membangun Menara Topas, Sona Topas Tower, Menara Gracia, Menara Mayapada Bandung, Mayapada Complex, The Khayangan, Taman Beverly. Selain itu, dia membangun Mayapada Banua Center yang namanya diganti William Tandiono Complex di Kalimantan Selatan (Kalsel).

Penggantian nama dilakukan Tahir untuk menggenang William Tandiono, menantunya yang meninggal pada 23 Juli 2023. Karya-karya properti Tahir bertebaran, mulai The Grand Banua, Sky Pavilion, Mayapada Office Tower, Regent Bali Hotel and Residence. Termasuk Fairmont Sanur Beach Bali, Mall Bali Galleria, Pusat Niaga Puri Agung, Simprung Signature.

Mengutip unhcr.org, Tahir dinobatkan sebagai Eminent Advocate for UNHCR oleh Komisaris Tinggi. Selanjutnya dianugerahi sebagai Champion of the Global Shelter Coalition di Abu Dhabi. Berkat kontribusinya, ia mendapatkan gelar kenegaraan tertinggi ‘Dato’ Sri berasal dari pemberian Sultan Pahang Malaysia.

Dia pun dikenal sebagai pengusaha paling tajir di Indonesia. Majalan Forbes pernah menempatkannya di posisi 7 terbesar di Indonesia pada 2022. Kekayaannya mencapai US$4,3 miliar. Atau setara Rp64,5 triliun (kurs Rp15.000/US$). Nama Tahir juga harum karena jiwa sosialnya.

Melalui Tahir Foundation, bantuan Mayapada Group mengalir deras setiap terjadi musibah. Saat pandemi COVID-19, misalnya, Tahir sumbang Rp52 miliar. Demikian pula saat tanah air berduka, karena banjir bandang atau gempa, Tahir selalu ada.

Back to top button