News

Dokumen Pentagon Bocor: AS tak Hanya Mata-matai Musuh, Juga Kawan

Dokumen-dokumen rahasia Pentagon yang bocor dalam beberapa pekan terakhir telah memberikan jendela langka tentang bagaimana AS memata-matai tak hanya musuh, melainkan pula sekutu mereka. Dokumen bocor itu sangat mengguncang para pejabat AS, yang khawatir pengungkapan itu dapat membahayakan sumber-sumber sensitif dan membahayakan kepentingan hubungan luar negeri mereka.

Beberapa dokumen, yang menurut pejabat AS asli, mengungkap sejauh mana AS menguping sekutu utama, termasuk Korea Selatan, Israel, dan Ukraina.

Yang lain mengungkapkan sejauh mana AS telah menembus Kementerian Pertahanan Rusia dan organisasi tentara bayaran Rusia Grup Wagner, sebagian besar melalui komunikasi yang dicegat serta dari sumber manusia, yang sekarang mungkin saja telah terputus atau berada dalam kondisi bahaya.

Yang lain lagi membocorkan kelemahan utama dalam persenjataan Ukraina, pertahanan udara, ukuran batalion serta kesiapan pada titik kritis dalam perang. Terungkap pula bahwa pasukan Ukraina tengah bersiap untuk melancarkan serangan balasan terhadap Rusia. Kedua negara juga telah mulai mengembangkan hubungan yang lebih pada saling percaya daripada berbagi intelijen.

Ukraina telah mengubah beberapa rencana militernya karena kebocoran tersebut, kata seorang sumber yang dekat dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky kepada CNN.

Pentagon, menurut Wakil Sekretaris Pers Pentagon, Sabrina Singh, Ahad (9/4) telah melakukan “upaya antarlembaga” untuk menilai dampak kebocoran itu,  “Departemen Pertahanan terus meninjau dan menilai validitas dokumen berfoto yang beredar di situs media sosial dan tampaknya berisi materi sensitif dan sangat rahasia,” kata Singh dalam sebuah pernyataan. “Upaya antarlembaga telah dilakukan, berfokus pada penilaian dampak dokumen-dokumen yang ada dalam foto, terhadap keamanan nasional AS dan sekutu serta mitra kami.”

Singh menambahkan bahwa pejabat AS berbicara dengan sekutu dan mitra selama akhir pekan mengenai kebocoran tersebut, dan memberi tahu “komite kongres terkait”.

Kebocoran itu juga menyebabkan Pentagon mengambil langkah-langkah untuk memperketat aliran dokumen yang sangat sensitif tersebut, kata para pejabat, yang biasanya tersedia pada hari tertentu untuk ratusan orang di seluruh pemerintahan.

Staf Gabungan, yang terdiri dari pimpinan paling senior Departemen Pertahanan yang memberi nasihat kepada presiden, sedang memeriksa daftar distribusinya untuk melihat siapa yang mendapatkan laporan ini, kata seorang pejabat Pertahanan. Banyak dokumen memiliki tanda yang menunjukkan bahwa dokumen tersebut dibuat oleh unit intelijen Staf Gabungan, yang dikenal sebagai J2, dan tampaknya merupakan dokumen pengarahan.

Jumat lalu Singh mengatakan bahwa Dephan terus meninjau masalah tersebut dan telah membuat rujukan ke Departemen Kehakiman. Kedua departemen itu secara terpisah mengkonfirmasi kepada CNN bahwa pihaknya telah meluncurkan penyelidikan terhadap sumber kebocoran tersebut.

Para diplomat frustrasi

Dokumen tersebut muncul online akhir bulan lalu di platform media sosial Discord, menurut tangkapan layar dari postingan yang ditinjau CNN. Posting itu  adalah foto dokumen kusut yang diletakkan di atas majalah, dikelilingi oleh objek acak lainnya, seperti tas zip-close dan Gorilla Glue. Seolah-olah mereka telah dengan tergesa-gesa dilipat dan dimasukkan ke dalam saku sebelum dipindahkan dari lokasi yang aman, kata seorang sumber yang mengetahui jenis dokumen itu kepada CNN.

Seorang juru bicara Discord mengkonfirmasi dalam sebuah pernyataan hari Minggu bahwa mereka bekerja sama dengan penegak hukum dalam penyelidikan tersebut.

Sementara memata-matai adalah bagian tak terelakkan dari bagaimana komunitas intelijen AS mengumpulkan informasi secara global, para diplomat dari beberapa negara yang disebutkan mengatakan kepada CNN bahwa hal itu membuat frustrasi, dan merusak reputasi AS, manakala  melihat informasi itu diekspos secara publik.

Sekutu AS sedang melakukan penilaian kerusakan, dan tergesa untuk menentukan apakah ada sumber dan metode mereka sendiri yang telah disusupi oleh kebocoran tersebut. “Kami mengharapkan AS berbagi penilaian kerusakan dengan kami dalam beberapa hari mendatang, tetapi kami tidak dapat menunggu penilaian mereka. Saat ini kami melakukan sendiri,” kata seorang pejabat dari negara yang merupakan bagian dari pengaturan pembagian intelijen Five Eyes dengan AS, yang meliputi Australia, Kanada, Selandia Baru, dan Inggris.

“Kami sedang meneliti dokumen-dokumen ini untuk mencari tahu apakah ada intelijen yang berasal dari koleksi kami,” kata pejabat itu.

Seorang pejabat di negara Five Eyes menyatakan keprihatinan tentang informasi perang Ukraina yang bocor yang bisa melumpuhkan negara itu di medan perang. Pejabat tersebut juga menunjukkan dirinya sangat mengkhawatirkan melihat salah satu dokumen dari bulan Februari berjudul “Rusia-Ukraina: Pertempuran untuk Wilayah Donbas Kemungkinan Menuju Kebuntuan Sepanjang 2023.” Dokumen tersebut mencatat tantangan dalam menilai “ketahanan operasi Ukraina.”

“Keuntungan untuk Ukraina akan sulit untuk dicapai, tetapi tidak membantu jika penilaian swasta AS menunjukkan kemungkinan kebuntuan selama setahun yang diungkapkan kepada publik,” kata pejabat itu.

Memata-matai teman

CNN telah meninjau 53 dokumen yang bocor, yang semuanya tampaknya dibuat antara pertengahan Februari dan awal Maret. Satu dokumen mengungkapkan bahwa AS telah memata-matai Zelensky. Itu tidak mengherankan, kata sumber yang dekat dengan Zelensky, tetapi pejabat Ukraina sangat kecewa dengan kebocoran tersebut.

Laporan intelijen AS, yang bersumber dari sinyal intelijen, mengatakan bahwa Zelensky pada akhir Februari “menyarankan untuk menyerang lokasi penyebaran Rusia di Oblast Rostov Rusia” menggunakan kendaraan udara tak berawak, karena Ukraina tidak memiliki senjata jarak jauh yang mampu menjangkau sejauh itu.

Sinyal intelijen mencakup komunikasi yang dicegat dan secara luas didefinisikan oleh National Security Agency sebagai “intelijen yang berasal dari sinyal dan sistem elektronik yang digunakan oleh target asing, seperti sistem komunikasi, radar, dan sistem senjata.”

Intelijen dapat menjelaskan komentar publik AS tentang tidak ingin memberikan sistem rudal jarak jauh kepada Ukraina karena kekhawatiran bahwa Kyiv akan menggunakannya untuk menyerang dalam negeri Rusia. Tetapi Ukraina telah berjanji untuk tidak menggunakan senjata yang disediakan AS untuk melakukannya.

Laporan intelijen lain mengatakan bahwa Cina dapat menggunakan serangan Ukraina pada sasaran jauh di dalam negeri Rusia itu “sebagai peluang untuk menjadikan NATO sebagai agresor, dan dapat meningkatkan bantuannya ke Rusia jika menganggap serangan itu signifikan.”

Mykhailo Podolyak, penasihat kepala pada Kantor Presiden Ukraina, mengatakan di saluran Telegramnya Jumat lalu bahwa dia percaya dokumen yang telah disebarluaskan itu tidak asli, tidak ada hubungannya dengan rencana nyata Ukraina ”dan didasarkan pada sejumlah besar informasi fiktif” yang disebarluaskan Rusia.

Namun dokumen lain menggambarkan, dengan sangat rinci, percakapan antara dua pejabat senior keamanan nasional Korea Selatan tentang kekhawatiran Dewan Keamanan Nasional negara itu atas permintaan amunisi dari AS. Korea Selatan khawatir bahwa memasok amunisi, yang kemudian akan dikirim AS ke Ukraina, akan melanggar kebijakan Korea Selatan untuk tidak memasok bantuan mematikan ke negara-negara yang sedang berperang. Menurut dokumen tersebut, salah satu pejabat kemudian menyarankan cara untuk menghindari kebijakan tersebut tanpa benar-benar mengubahnya -–dengan menjual amunisi ke Polandia.

Dokumen tersebut telah memicu kontroversi di Seoul. Pejabat Korea Selatan mengatakan kepada wartawan, mereka berencana untuk mengangkat masalah tersebut ke Washington, menurut The New York Times.

Pejabat dari negara lain juga berencana untuk mengangkat masalah ini dengan Washington, tetapi mereka belum melakukan pembicaraan itu karena menunggu untuk melihat apa yang dikatakan pemerintahan Biden tentang dokumen yang bocor itu dalam beberapa hari mendatang.

Sebuah laporan intelijen tentang Israel juga telah memicu kemarahan di Yerusalem. Laporan tersebut, diproduksi oleh CIA dan bersumber dari sinyal intelijen, mengatakan bahwa badan intelijen utama Israel, Mossad, telah mendorong protes terhadap pemerintah baru negara itu -–“termasuk beberapa seruan eksplisit untuk bertindak,” tuduh laporan tersebut.

Kantor Perdana Menteri Israel menanggapi atas nama Mossad pada Minggu pagi, menyebut laporan itu “bohong dan tanpa dasar.” “Mossad dan pejabat seniornya tidak– dan tidak pernah— mendorong personel agensi untuk bergabung dalam demonstrasi menentang pemerintah, demonstrasi politik, atau aktivitas politik apa pun,” kata pernyataan itu. “Mossad dan personel senior yang bertugas sama sekali tidak terlibat dalam masalah demonstrasi dan berdedikasi pada nilai pelayanan kepada negara yang telah membimbing Mossad sejak didirikan.”

Dokumen rahasia lainnya, juga bersumber dari sinyal intelijen, memperlihatkan bagaimana AS menilai kebijakan sekutunya—dan bagaimana AS dapat menggunakan pengaruhnya untuk mengubahnya.

Dokumen berjudul “Israel: Jalan untuk Memberikan Bantuan Mematikan ke Ukraina,” mengatakan Yerusalem “kemungkinan besar akan mempertimbangkan untuk memberikan bantuan mematikan di bawah tekanan AS yang meningkat atau degradasi yang dirasakan” dalam hubungannya dengan Rusia.

Dokumen lain mengungkapkan pendapat AS tentang niat beberapa negara Eropa untuk menyumbangkan jet tempur ke Ukraina, yang telah meminta pesawat selama lebih dari setahun.

Pada tanggal 23 Februari, laporan itu mengatakan, Bulgaria menyatakan kesediaan untuk menyumbangkan armada jet MiG-29 ke Ukraina. Laporan menilai itu sebuah “tantangan” karena akan meninggalkan Bulgaria tanpa pesawat tempur untuk memenuhi misi polisi udara sampai pesawat buatan AS, F-16, dikirim “setidaknya satu tahun lagi.”

Memata-matai musuh

Kebocoran besar-besaran juga mengungkapkan bahwa penetrasi AS ke Kementerian Pertahanan Rusia dan organisasi tentara bayaran Grup Wagner lebih dalam dari yang dipahami sebelumnya. Sebagian besar informasi tentang Rusia dikumpulkan melalui komunikasi yang dicegat, menimbulkan kekhawatiran bahwa Rusia sekarang mungkin mengubah metode komunikasi mereka untuk menyembunyikan rencana mereka dengan lebih baik.

Sumber daya manusia juga bisa berisiko. Peta pergerakan dan kemampuan pasukan Rusia yang termasuk dalam kumpulan dokumen sebagian bersumber dari sumber rahasia manusia, memicu ketakutan di kalangan pejabat AS bahwa aset tersebut sekarang bisa dalam bahaya.

Dokumen-dokumen tersebut menunjukkan bahwa AS telah mampu mencegat rencana penargetan Rusia, sampai ke pembangkit listrik termoelektrik yang tepat, gardu listrik, jembatan kereta api, hingga kendaraan yang direncanakan pasukan Rusia untuk menyerang dalam negeri Ukraina. Waktu kapan rencana dilakukan pun tertera jelas.

AS juga mampu mengetahui strategi Rusia untuk memerangi tank NATO yang memasuki Ukraina mulai bulan April. Rencana tersebut “menyerukan untuk menetapkan tiga zona api berdasarkan jangkauan  panjang, menengah, dan pendek, dengan masing-masing zona dicakup oleh persenjataan dan tipe unit tertentu,” kata laporan intelijen AS.

Menyoroti kekhawatiran AS tentang Grup Wagner, yang memiliki ribuan personel yang beroperasi di Ukraina, dokumen tersebut membahas perekrutan baru Wagner atas tahanan Rusia untuk berperang di Ukraina. Dokumen itu juga membahas “pengaruh berkelanjutan pemimpinnya dengan Putin”, selain mengurai  rencana grup itu untuk memperkuat kehadirannya di seluruh Afrika dan di Haiti.

Dokumen-dokumen itu juga memberikan estimasi angka korban di kedua sisi, angka yang terkenal sulit untuk diperkirakan secara akurat dan AS enggan untuk membagikannya secara rinci kepada publik.

Menurut salah satu dokumen, pasukan Rusia telah menderita 189.500 hingga 223.000 korban pada Februari, termasuk sebanyak 43.000 tentara tewas dalam aksi. Ukraina, sementara itu, telah menderita 124.500 hingga 131.000 korban, dengan 17.500 tewas dalam aksi, kata laporan itu.

Aktor jahat sudah menggunakan dokumen yang bocor untuk menyebarkan disinformasi, kata para analis. Dokumen dengan jumlah korban, misalnya, diubah dalam beberapa minggu terakhir menjadi lebih dari separuh jumlah kematian Rusia, sebelum disebarkan di saluran Telegram pro-Rusia.

Ditanya tentang gambar yang beredar di Twitter dan Telegram, Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, Jumat lalu mengatakan kepada CNN. “Kami tidak memiliki keraguan sedikit pun tentang keterlibatan langsung atau tidak langsung dari Amerika Serikat dan NATO dalam konflik antara Rusia dan Ukraina.”

“Tingkat keterlibatan ini meningkat, terus meningkat secara bertahap,”ujar Peskov. “Kami terus mengawasi proses ini. Yah, tentu saja, itu membuat keseluruhan cerita menjadi lebih rumit, tetapi tidak dapat mempengaruhi hasil akhir dari operasi khusus tersebut.”

[Tim CNN: Natasha Bertrand/Kylie Atwood, dibantu Sean Lyngaas, Alex Marquardt, dan Haley Britzky]

Back to top button