Hangout

Boba Tea Semakin Digemari, Padahal ada Risiko Kesehatan Serius Mengintai

Ditulis oleh: Diyyah Nur

Boba Tea masih digemari, bahkan semakin meningkat peminatnya. Hal ini bisa dilihat dari semakin menjamurnya penjaja minuman boba di berbagai lokasi, mulai dari yang skala besar dan menyediakan franchise, hingga pedagang kecil yang hanya bermodalkan meja sederhana untuk menampilkan dagangannya.

Cukup masuk akal memang, rasanya yang manis, memanjakan lidah dan menyegarkan tenggorokan kerap kali jadi alasan melejitnya kepopuleran minuman yang satu ini.  

Boba terbuat dari pati tapioka yang direbus di dalam sirup gula merah. Berbentuk bulat-bulat hitam kecil dan bertekstur kenyal.  

Melansir dari allrecipes, boba pertama kali dibuat di Taiwan pada tahun 1980-an. Bertahun-tahun kemudian, makanan tradisional Taiwan ini merebak ke berbagai penjuru dunia, termasuk salah satunya Indonesia.  

Boba kerap digunakan sebagai varian toping tambahan di berbagai jenis minuman, terutama seduhan teh dengan campuran susu. 

Minuman manis inilah yang menjadi sumber kenikmatan sebagian besar anak muda. Bahkan, segelintir dari mereka membelinya hampir tiap hari.

Nyatanya, meski enak dan menyegarkan terdapat beberapa efek kesehatan jika terlalu sering mengonsumsi boba tea

Bahaya Sering Minum Boba Tea bagi Kesehatan

Berikut beberapa dampak kesehatan akibat terlalu sering mengonsumsi boba tea

1. Obesitas dan Diabetes 

Ilustrasi: iStock Photo

Terlalu sering mengonsumsi minuman boba dapat meningkatkan risiko diabetes dan obesitas. Hal ini disebabkan karena tingginya kadar gula dan kalori yang terkandung dalam jajanan satu ini.  

Menurut penelitian, varian boba brown sugar mengandung 18, 5 sendok teh gula. Hal ini tentulah melebihi kapasitas wajar kebutuhan harian gula yang harus dikonsumsi oleh seorang individu. 

Mengutip dari laman p2ptm Kementerian Kesehatan RI, anjuran konsumsi gula per orang /hari adalah 10 persen dari total energi (200 kkal) atau setara dengan Gula 4 sendok makan /orang /hari (50 gram/orang/hari)

Untuk kebutuhan kalori, setiap individu memiliki tingkat yang berbeda-beda tergantung pada tinggi dan berat badannya.  

Aswin Pramono, seorang dokter penyakit dalam di RS Atma Jaya, mencontohkan jika seorang individu kebutuhan kalori hariannya sebesar 1900 kalori, maka ketika ia mengonsumsi satu gelas boba, jatah kalori yang meningkat pada tubuhnya bisa mencapai 400-500 kalori.  

Dapat disimpulkan bahwa satu gelas minuman boba sudah mencakup seperempat kebutuhan kalori harian orang tersebut. 

Bila dipadukan dengan makan besar sebanyak tiga kali sehari, camilan, dan kudapan, dalam sehari bisa mencapai kisaran angka 2500 kalori. Kalori yang berlebihan ini dapat menyebabkan seseorang terkena obesitas.  

Jika seseorang sudah terkena obesitas, akan mudah bagi orang tersebut terserang penyakit diabetes. Selain itu, kelebihan lemak yang berada di pankreas dan hati dapat menganggu kinerja insulin, hormon yang berfungsi membantu tubuh untuk mengontrol kadar gula dalam darah sekaligus mengelola glukosa sebagai sumber energi.

Memang terdapat beberapa faktor lain yang turut mendatangkan obesitas dan diabetes, kedua hal ini pun tak akan muncul secara langsung begitu kita mengonsumsi segelas boba. 

Namun, terlalu banyak mengonsumsi boba tea dapat mengundang kedua masalah ini hinggap di tubuh kita. 

Maka, ada baiknya untuk mengurangi konsumsi minuman manis dan memperbanyak minum air mineral.

2. Gangguan Jantung 

Bahaya sering minum boba
Ilustrasi: iStock Photo

Terlalu sering mengonsumsi makanan dan minuman manis, disinyalir juga dapat memicu gangguan pada jantung.  

Hal ini tentulah berkaitan erat pada bahan-bahan yang digunakan dalam penyajian boba tea, berupa pemanis dan bahan-bahan berkalori tinggi. 

Ditambah lagi, sebagian besar boba tea menggunakan pemanis buatan seperti gula sintetis ataupun sukrosa untuk menambahkan rasa manis pada minuman. Hal ini tentu tak baik untuk tubuh.  

Sebuah studi juga mengungkapkan, perempuan yang sering mengonsumsi minuman manis berisiko lebih besar terkena penyakit jantung. Meminumnya lebih dari satu gelas per hari memiliki risiko 20 persen lebih tinggi dibanding yang tidak meminumnya. 

Kandungan gula dan kalori berlebihan pada tubuh dapat menghambat kerja katup jantung. Alhasil, fungsi organ vital ini menjadi bermasalah. 

Melemahnya proses pemompaan darah ke seluruh tubuh, hingga nyeri di dada ‘pemuja boba’ yang sering timbul secara tiba-tiba merupakan gejala yang kerap muncul.  

3. Kerusakan Gigi

Bahaya sering minum boba
Ilustrasi: iStock Photo

Bukan hanya obesitas dan penyakit jantung, mengonsumsi boba secara berlebihan dapat berefek pada senyum manismu. Ya! Pada kesehatan gigimu.  

Nyatanya kesehatan gigi kerap kali dianggap remeh oleh banyak orang, namun disesali ketika sudah berada di tahap serius. 

Selain rasa sakitnya yang cukup menyiksa, bahaya sering minum boba satu ini juga bisa menurunkan rasa percaya diri.  Mengingat kesehatan gigi yang buruk dapat menyebabkan sariawan dan bau mulut. Sulit bagimu untuk tersenyum jika sudah begini.  

Amat masuk akal jika minuman manis seperti boba dapat mengakibatkan kerusakan pada gigi. Menurut Dr. Keith Leong, seorang dokter gigi dari United Dental Surgery mengatakan bahwa terlalu banyak mengonsumsi minuman manis, perlahan-lahan dapat merusak kesehatan gigi dan penampilan putih gigimu.  

Dr. Leong menambahkan, bahwa menghabiskan segelas boba dalam jangka waktu yang lama, dapat membuat gigi kita terus-menerus dimandikan oleh gula. 

Masalah-masalah seperti gigi berlubang, erosi gigi, hingga gigi sesitif berisiko tinggi muncul pada penikmat kudapan manis.

Beliau mengingatkan bahwa seseorang harus menghabiskan minuman manis maksimal selama tiga puluh menit dari tegukan pertama. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir kerusakan pada gigi.

Itulah bahaya sering minum boba tea pada kesehatan. Sebelum menyesal di kemudian hari, ada baiknya untuk mengurangi konsumsi minuman populer yang satu ini, dan menggantinya dengan memperbanyak minum air mineral.

Disclaimer: Kanal Penulis Lepas disediakan untuk tujuan informasi umum dan hiburan. Isi dari blog ini hanya mencerminkan pandangan pribadi penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Inilah.com.

Back to top button