Market

Di Era Jokowi, Ekspor Nikel Resmi Capai US$4 Miliar, yang Ilegal Capai Rp14,5 Triliun

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor nikel di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) melonjak naik lima kali lipat dibandingkan tahun 2015.

Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, nilai ekspor nikel dengan kode HS 75 mengalami peningkatan signifikan. Kinerja ini didorong program hilirisasi yang dilakukan pada era Pemerintahan Jokowi.

Jadi, ekspor nikel dengan program hilirisasi yang dilakukan dan difasilitasi pemerintah telah mendorong ekspor nikel dengan kode HS 75 naik lebih dari U$4 miliar atau sekitar lima kali lipat dibandingkan 2015,” kata Amalia seperti mengutip dalam keterangan resmi BPS, Selasa (15/8/2023).

Namun, di era Presiden Jokowi juga terjadi ekspor nikel ilegal mencapai 5,3 juta ton senilai Rp14,5 triliun. Aksi curang eksportir nikel ini terjadi untuk kurun waktu 2021 hingga 2022 lalu. Namun sayang, meski nilainya cukup besar, sampai saat ini aktor dibalik ekspor ilegal tersebut tidak diungkap pemerintah.

Sementara soal hilirisasi nikel ini,  ekonom senior Faisal Basri memberikan kritikan tajam. Bagi Faisal, hilirisasi nikel pemerintahan Jokowi justru menguntungkan dan mendukung industrialisasi di China.

Presiden Jokowi sempat menyebut bahwa Indonesia mendapat keuntungan yang besar karena kebijakan hilirisasi nikel, akibat kenaikan nilai ekspor dari Rp 17 triliun menjadi Rp 510 triliun

Namun Faisal menegaskan, angka-angka yang disampaikan oleh Kepala Negara tersebut tidak jelas sumber dan cara perhitungannya. Karena menurutnya, Jokowi hanya ingin meyakinkan bahwa kebijakan hilirisasi itu benar-benar menguntungkan Indonesia.

“Bapak Presiden, maaf kalau saya katakan bahwa bapak berulang kali menyampaikan fakta yang menyesatkan,” kata Faisal sebagaimana diunggah dalam blog pribadinya seperti dikutip Minggu (13/8/2023).

Faisal menyebut, data BPS pada 2022 menunjukkan bahwa nilai ekspor besi dan baja yang diklaim sebagai hasil dari hilirisasi hanya sebesar US$27,8 miliar, atau Rp 413,9 triliun (asumsi kurs Rp14.876 per US$ pada 2022 lalu). Meskipun, Faisal juga mengakui adanya lonjakan ekspor dari hasil hilirisasi nikel, hingga mencapai 414 kali.

Back to top button