News

Dapat Peringatan Dini Cuaca Ekstrem, Jakarta bakal Dilanda Hujan Lebat hingga Awal Februari


Hujan sedang hingga lebat diperkirakan terus melanda Jakarta setidaknya hingga awal Februari imbas beberapa fenomena atmosfer.

Pada prakiraan cuaca Jakarta, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberi tanda Peringatan Dini bagi wilayah ibu kota untuk Senin (29/1/2024) dan Selasa (30/1/2024).

“Waspada potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang disertai kilat/petir,” demikian peringatan BMKG.

Sementara itu, dalam Prospek Cuaca Seminggu ke Depan periode 26 Januari-1 Februari 2024, BMKG memasukkan Jakarta sebagai salah satu wilayah peringatan dini potensi cuaca ekstrem.

Cuaca ekstrem ini bisa berbentuk puting beliung, hujan lebat disertai kilat/petir, hujan es, dan lainnya, dengan dampak seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin.

BMKG pun mengungkap sejumlah fenomena atmosfer jadi pemicu cuaca ekstrem ini.

Pertama, fenomena atmosfer Madden Julian Oscillation (MJO) yang aktif pada kuadran 5 (benua maritim/daratan RI). Kondisi cukup signifikan terhadap peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia tengah dan timur.

Kedua, aktivitas gelombang atmosfer Rossby Ekuatorial yang diprediksi aktif di Aceh, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Gorontalo, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.

Ketiga, gelombang atmosfer Kelvin. Fenomena ini aktif di Kalimantan bagian selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Papua bagian selatan.

“Faktor-faktor tersebut mendukung potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut,” menurut BMKG.

Keempat, Siklon Tropis Anggrek yang saat ini masih terpantau di Samudra Hindia barat daya Bengkulu.

Walau menjauhi wilayah Indonesia, siklon tropis ini membentuk daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) di sekitar siklon tropis, serta menginduksi peningkatan kecepatan angin di atas 25 knot (low level jet) di sekitar siklon tropis.

Kelima, Siklon Tropis Kirrily di daratan Australia bagian timur. Fenomena ini membentuk daerah pertemuan angin (konfluensi) dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) memanjang dari Jawa Tengah hingga Nusa Tenggara.

Daerah konvergensi lain terpantau memanjang di Kalimantan Barat hingga Tengah, KalimantanSelatan, Sulawesi Selatan hingga Tenggara, Papua Barat, hingga Papua.

“Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar siklon tropis, dan di sepanjang daerah low level jet/konvergensi/konfluensi,” kata BMKG.
 

Back to top button