Kanal

Ceruk untuk Berguru Jurnalisik

Filsuf Umberto Echo pernah berujar, teori terbaik ialah yang dipungut dari pengalaman di lapangan, kemudian dirumuskan dan dituliskan dengan bahasa sendiri. Nah, buku ini, sejalan dengan pendapat Echo itu

Oleh     :  Dodi Ahmad Fauji

Mungkin anda suka

Pengalaman liputan di lapangan, pengalaman mewawancarai narasumber, pengalaman membaca dan berguru, tampak dituturkan dengan teknik bercerita yang menawan dalam bentuk tulisan, oleh jurnalis senior Darmawan Sepriyossa dalam bukunya yang teranyar: “Scripta Manent: Belajar Mudah Praktik Jurnalistik”.

Karena dianggit dari hal-hal yang dirinci di atas, maka buku setebal 228 halaman ini kaya dengan teks referensial, quote jurnalis kawakan, serta lika-liku terjun di lapangan yang dijalani penulisnya. Karena itu pula buku ini benar-benar dapat menjadi ceruk, sekaligus kompas bagi mereka yang hendak berguru ilmu jurnalistik dan teori kepenulisan. Darmawan memaparkannya dengan mudah dipahami, tidak mesti berkerut kening karena ‘lieur’, bahkan untuk pemula dalam memasuki belantara jurnalistik.

Filsuf Umberto Echo pernah berujar, teori terbaik ialah yang dipungut dari pengalaman di lapangan, kemudian dirumuskan dan dituliskan dengan bahasa sendiri. Nah, buku ini, sejalan dengan pendapat Echo itu, karena seperti disampaikan [ada larik pertama paragraf awal, dasar dari penulisan buku ini adalah apa yang dialami langsung oleh penulis. 

Belajar jurnalistik yang linier dan lurus tentu saja seseorang belajar ilmu jurnalistik dari perguruan tinggi, dan belajar praktik jurnslistik langsung dari lapangan. Dengan demikian, seseorang menjadi jurnalis yang lengkap, ilmu dan teori. Namun di negeri kita, belajar menjadi jurnalis dan mempelajari ilmu jusrnalistik ternyata menjadi dua hal yang kadang tidak ditempuh seiring dan sejalan dua-duanya. Darmawan sendiri misalnya, tidak menimba ilmu teoretik jurnalistik di kampus, namun ia menyiduk ilmu praktik jurnalistik di lapangan, dan berguru kepada banyak seior di beberapa instansi jurnalistik yang pernah ia masuki.

Ia belajar ilmu praktis jurnalistik dimulai dari koran Republika (1996), Majalah Panji (1997), Majalah TEMPO (1998-2005), Suara Karya (2005-2006), kembali lagi ke Republika (2006), Alif TV (2013), Inilah.com (2014), Sportourism.id dan Gardanasional.id (2015-2018), Jernih.co (2019-2022), sebelum kembali bergabung dengan Inilah.com saat situs berita tersebut reborn. Guru yang pernah ia timba ilmunya antara lain Farid Gaban (Republika dan Majalah TEMPO), alm. Syu'bah Asa (Majalah Panji), alm. Yusril Jalinus, Goenawan Muhammad, dan alm. Amarzan Loebis (TEMPO).

Buku yang terdiri dari 20 bab ini masuk ke dalam kategori buku ‘how to do’: bagaimana mengerjakan sesuatu. Pembelajar jurnalistik yang berguru pada buku ini, selanjutnya tinggal mempraktikannya dalam aksi menjadi jurnalis. Buku teori memang tidak akan bisa memandu secara detail praktik di lapangan, namun dengan adanya panduan awal, ia tidak akan tersesat arah yang terlalu jauh. Seperti kata Leonardo da Vinci, “Mereka yang menyukai praktik tanpa teori bagaikan pelaut yang menjalankan kapal tanpa kompas dan kemudi. Dia tidak pernah tahu di mana akan terdampar.” [  ]

*Mantan wartawan Media Indonesia, kini editor sebuah penerbitan

 

Judul           : Scripta Manent, Belajar Mudah Praktik Jurnalistik

Penulis         : Darmawan Sepriyossa

Penerbit       : SituSeni

Tebal           : 228 halaman

ISBN           : ISBN 978-623-7837-73-2

Cetakan       : Kedua, Juni 2024

Harga          : Rp 80.000

Back to top button