News

Catatan Debat Keempat: Cak Imin Provokatif, Gibran Gimik dan Mahfud Vulgar Bak Oposisi


Cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka jadi bulan-bulanan usai debat keempat Pilpres 2024, tadi malam, Minggu (21/1/2024). Narasi yang dibangun adalah soal songong, tidak beretika dan lain sebagainya.

Pandangan berbeda disampaikan Direktur Eksekutif Institute for Democracy & Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam menilai pola serangan di antara Gibran, dengan cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) dan cawapres nomor urut 3, Mahfud Md justru imbang.

Ketiganya, menurut dia, sama-sama saling serang. Misalnya saja Mahfud, yang dia nilai tampil memainkan sikap dan narasi oposisi, mengkritik sejumlah kebijakan, di antaranya lumbung pangan, impor, serta cara pendekatan pemerintah dalam mengurus petani dan peternak.

“Selaku Menko Polhukam, Mahfud Md justru secara vulgar memainkan sikap dan narasi oposisi, dengan mengkritik keras sejumlah kebijakan dan pendekatan pemerintahan Jokowi. Sikap kritis Mahfud ini menjadi cermin dari kian mengerasnya sikap politik PDIP kepada pemerintahan Jokowi saat ini,” kata dia dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin (22/1/2024).

Sementara Cak Imin, lanjut dia, juga tampak beberapa kali berusaha memprovokasi dan memantik emosi kubu nomor 2, bahkan sejak awal debat dimulai, dengan menyebut adanya ketimpangan kepemilikan lahan 500 ribu hektar dibanding kepemilikan tanah rakyat yang rendah. “Cak Imin kembali mencoba memprovokasi Gibran dengan menyampaikan istilah catatan Mahkamah Konstitusi,” ujarnya.

Terkait narasi etika dan tengil yang sedang dialamatkan kepada Gibran, menurutnya hanya bagian dari risiko atas strategi defensif Gibran yang dengan sesekali melakukan serangan, saat debat semalam. Hal ini dilakukan Gibran karena sengitnya serangan dari kubu nomor 1 dan 3, Gibran terpaksa harus menjawab sekaligus mempertanggungjawabkan kinerja pemerintahan Jokowi selama ini.

Menurut dia, pilihan strategi debat Gibran yang mengulang lagi singkatan atau istilah konseptual, kembali berhasil menjebak Mahfud dan Cak Imin. Hal itu terefleksi dalam jawaban mereka yang terkesan mengambang.

Hanya saja, sikap dan gimik Gibran dalam menyampaikan pertanyaan dan merespons jawaban justru terkesan kurang simpatik. Seharusnya Gibran tampil tenang dan menghindari sejumlah gimik yang tidak perlu dan tidak produktif, karena sebenarnya materi serangannya sudah kena sasaran.

“Namun karena Gibran lebih memilih melanjutkan gimik yang kurang simpatik, akhirnya kubu 1 dan 3 kompak menghantam strategi itu dengan judgment pertanyaan receh dan tidak layak untuk dijawab,” ucap dia.

Secara keseluruhan, dia menilai, pada debat semalam publik kembali dipertontonkan kekompakan kubu nomor 1 dan 3 untuk menghantam kubu nomor 2. “Strategi dilakukan kubu 1 dan 3 bersama-sama untuk mendegradasi basis elektoral paslon nomor 2,” kata dosen ilmu politik dan internasional dari Universitas Paramadina itu.

Back to top button