Market

Cadangan Semakin Menipis, Hilirisasi Nikel Tinggal 15 Tahun Lagi

Mungkin tak banyak yang tahu, cadangan nikel yang tersimpan di perut bumi Indonesia, tersisa untuk puluhan tahun. Paling lama 15 tahun-lah. Semakin cepat habis kalau ditambang secara ugal-ugalan.

Atas kenyataan ini, Menteri Energi dan Sumber Daya Mieral (ESDM), Arifin Tasrif ancang-ancang membatasi izin pendirikan industri pemurnian dan pengolahan nikel mentah (ore). Masalah ini akan dibahas bersama Kementerian Perindustrian.

“Kita harus membahasnya dengan perindustrian. Itu kan kebanyakan yang berdiri sendiri kan izinnya di sana,” ujar Menteri Arifin, Jakarta, dikutip Senin (13/11/2023).

Dia menuturkan, untuk pembangunan smelter yang izinnya berada di bawah Kementerian ESDM, melalui Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) sejatinya sudah mulai dijalankan kebijakan moratorium ini.  

“Kalau (moratorium) smelter minerba kan sudah jalan. Ini beda lagi, yang low value (bernilai rendah) kita sudah setop,” kata mantan Dubes RI untuk Jepang itu

Sebelumnya, Menteri Arifin telah mengungkapkan bahwa moratorium semlter nikel penting untuk menjaga cadangan nikel Indonesia yang terancam habis.

Khususnya jenis bijih nikel kadar tinggi (saprolite), terus-menerus digunakan dengan masif. Pihaknya mulai mengevaluasi pembangunan smelter nikel baru.

Ia pun menilai, Indonesia harus menghasilkan produk nikel bernilai tambah lebih besar, salah satunya dengan memproses bijih nikel hingga produk prekursor katoda sebagai salah satu komponen baterai.

“Sementara juga industri hilir dalam negeri untuk menampung processing yang punya nilai tambah itu harus banyak ditarik. Kan sudah mulai ada, mudah-mudahan untuk bikin prekursor,” kata Menteri Arifin.

Staf Khusus Menteri ESDM bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara, Irwandy Arif mengatakan, saat ini, permintaan bijih nikel di dalam negeri, khususnya kadar tinggi atau saprolit, terus meningkat.

Sedangkan, kata dia, cadangan nikel di dalam negeri terus menipis, khususnya saprolit. Berdasarkan estimasi Kementerian ESDM, paling lama 15 tahun habis.

“Ya kita tetap itu, bahwa harus tetap dibatasi. Jadi baru imbauan. Kira-kira kalau kita hitung-hitung secara kasar (cadangan nikel) 10-15 tahun. Tapi yang saya bilang tadi, ini sangat dinamis tergantung kegiatan eksplorasi kita, penemuan cadangan baru, kemudian pemanfaatan limonit selain saprolit,” tuturnya.

Back to top button