Market

Buya Anwar: Masalah Pupuk Menghambat Petani Jadi Sejahtera

Data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah petani di Indonesia hingga Februari 2023, mencapai 40,69 juta orang. Melebihi penduduk Malaysia sebanyak 33,4 juta jiwa.

Ketua bidang Ekonomi Pengurus Pusat Muhammadiyah, Buya Anwar Abbas mengatakan, meski jumlah petani di Indonesia, cukup besar namun kesejahteraannya masih memprihatinkan.

“Salah satu masalah yang mereka hadapi adalah pupuk. Sering-sering pupuk bersubsidi yang mereka butuhkan, tidak ada. Padahal tanamannya sudah saatnya dipupuk,” kata Buya Anwar, Jakarta, Selasa (21/11/2023).

Akibatnya, kata Waketum MUI itu, petani harus membeli kepada pedagang pupuk yang sudah punya hubungan dengan distributor. Tentu saja, harganya lebih  mahal.

Karena mahal, petani terpaksa berhubungan dengan tengkulak. Di mana, tengkulak meminjami pupuk dengan syarat. “Saat panan, petani yang pinjam pupuk itu harus jual hasil panennya ke tengkulak itu. Dengan harga lebih murah,” imbuhnya.

Nasib lebih malang, kata Buya Anwar, dihadapi petani yang menggarap lahan di pegunungan atau eks hutan. Karena sulitnya distribusi, mereka pun tak mendapatkan haknya, pupuk bersubsidi.

“Di sinilah peluang bagi aparat yang tidak bertanggung jawab dan para  tengkulak untuk mengeruk keuntungan. Mereka akan tetap menguasai pasar pupuk dan hasil panen dari para petani, terutama jagung,” kata Buya Anwar.

Lebih mengenaskan lagi, lanjutnya, ketika panen tiba, harga komoditas jatuh secara tiba-tiba. Karena permainan tengkulak bermodal besar. Tiap musim panen petani harus melunasi utangnya. Saat musim tanam, mereka ngutang lagi untuk menggarap lahannya. 
 

Back to top button