Market

Bos Pertamina Klaim Untung Rp29,3 Triliun, Sri Mulyani Sebut Kas Jeblok Rp34,87 Triliun

Kamis, 09 Jun 2022 – 20:07 WIB

Pertamina Klaim Laba Rp29,3 T, Sri Mulyani Sebut Kas Jeblok Rp34,87 T

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati.

Sepanjang 2021, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengklaim laba bersih US$2,05 miliar, setara Rp29,3 triliun. Beda jauh dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang menyebut adanya defisit Rp34,87 triliun.

Dalam pertemuan dengan Forum Pimred di Jakarta, Rabu (8/6/2022), Nicke menyampaikan, capaian laba bersih 2021 sebesar Rp29,3 triliun naik 95 persen ketimbang 2020 sebesar US$1,05 miliar. Atau setara Rp15 triliun.

“Alhamdulillah di RUPS tadi pagi kita membukukan peningkatan net profit yang hampir dua kali lipat dari tahun lalu. Kita mencatat Rp29 triliun, keuntungan bersih kita tahun lalu Rp15 triliun, ini Rp29,3 triliun,” kata Nicke.

Saat rapat kerja (raker) dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR, Jakarta, Kamis (19/5/2022), Menkeu Sri Mulyani membeberkan keuangan Pertamina yang boleh dibilang sempoyongan. Per Maret 2022, arus kas perusahaan migas pelat merah ini, tekor hingga US$ 2,44 miliar, atau setara Rp34,87 triliun.

Pemantiknya, harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) melonjak hingga di atas US$100 per barel.

Masih kata Sri Mulyani, defisit ini diproyeksi membengkak menjadi US$12,98 miliar atau setara Rp191,21 triliun hingga Desember 2022. Dengan catatan, Pertamina tidak mendapat tambahan penerimaan dari pemerintah. .

“Pertamina harus menanggung selisih antara HJE (harga jual eceran) dan harga keekonomian BBM (bahan bakar minyak) dan untuk itu membutuhkan dukungan dari pemerintah. Seluruh rasio keuangan Pertamina mengalami pemburukan yang signifikan sejak awal 2022. Ini dapat menurunkan credit rating Pertamina dan akan berdampak pada credit rating pemerintah,” beber Sri Mulyani.

Sri Mulyani memaparkan, dengan ICP di level US$100 per barel, harga keekonomian beberapa jenis BBM dan gas telah melonjak jauh di atas HJE-nya. Minyak tanah misalnya, dengan HJE yang hanya sebesar Rp 2.500 per liter, harga keekonomiannya telah mencapai Rp 10.198 per liter. Harga keekonomian solar naik menjadi Rp 12.119 per liter, sementara HJE-nya hanya Rp 5.150 per liter

Harga keekonomian Pertalite naik menjadi Rp12.556 per liter, sementara HJE-nya hanya Rp 7.650 per liter. Sedangkan harga keekonomian LPG membubung menjadi Rp 19.579 per kilogram, sedangkan HJE untuk LPG subsidi hanya Rp4.250 per kilogram. Sementara bila mengacu pada ICP dalam APBN 2022 yang ditetapkan US$ 63 per barel harga minyak tanah adalah Rp 6.776 per liter, solar Rp 8.270 per liter, Pertalite Rp 8.678 per liter, dan LPG bersubsidi Rp 12.624 per kilogram.

Dari pemaparan Sri Mulyani itu, klaim Pertamina berhasil mengoleksi laba bersih Rp29,3 triliun sepanjang 2021, menjadi pertanyaan besar. “Kita tungu saja laporan keuangan resmi dari Pertamina. Memang ada perbedaan antara pernyataan Erik Thohir, Sri Mulyani dan Pertamina,” ungkap Salamuddin Daeng, analis Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI). [ikh]

Back to top button