Kanal

Baduy Tak Mau Tercemar Internet, Medsos atau Joget TikTok

Suku Baduy, komunitas adat di Banten meminta daerahnya terbebas dari jaringan internet. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan dampak negatif dari dunia online. Sebuah permintaan yang harus dihargai untuk menjaga keaslian adat istiadat leluhur dan kearifan lokal.

Permintaan itu disampaikan Tetua adat Baduy melalui surat yang ditandatangani oleh Tangtu Tilu Jaro Tujuh, Wakil Jaro Tangtu, Tanggungan Jaro 12, Wakil Jaro Warega, serta diketahui oleh Jaro Pamarentah atau Kepala Desa Kanekes.

Pemerintah Indonesia telah menyatakan kawasan Baduy sebagai situs cagar budaya pada tahun 1990. Suku Baduy, dengan komunitas berpenduduk 26.000 orang di Provinsi Banten telah membagi diri menjadi dua kelompok. Kelompok pertama disebut sebagai Baduy Luar dan kelompok kedua yakni Baduy Dalam. Kawasan Baduy Dalam terletak di Desa Kanekes di Leuwidamar, Lebak.

Suku Baduy Dalam merupakan suku yang masih sangat primordial dan menghindari penetrasi dengan kebudayaan modern dengan ciri khas berupa pakaian dan ikat kepala berwarna putih. Orang Baduy Dalam yang tertutup dijuluki Amish Asia oleh media Barat – telah memilih untuk tinggal di hutan dan menolak teknologi, uang, dan sekolah tradisional. Mereka tinggal di tiga desa di area seluas 4.000 hektare yang berjarak beberapa jam perjalanan dari Ibu Kota Jakarta.

Sementara itu, masyarakat Suku Baduy Luar sudah mengenal kehidupan modern dengan ciri khas pakaian berwarna hitam dan ikat kepala berwarna biru. Namun secara general, masyarakat keduanya tetap berpegang teguh untuk tidak menggunakan alas kaki, teknologi yang terlalu modern, serta transportasi.

Masyarakat Suku Baduy ini hidup dengan filosofinya sendiri sehingga orang yang mengunjungi Suku Baduy ini perlu menghormati dan menghargai peraturan adat di dalamnya dengan memasuki wilayah cagar budaya ini tanpa membawa peralatan modern. Hal ini disebabkan masyarakat Suku Baduy yang menganggap bahwa intervensi negara dan berbagai hal yang modern hanya akan mengganggu kelangsungan hidup alam yang ada di Baduy.

Kelompok Baduy Dalam meminta pihak berwenang untuk menutup penerimaan sinyal internet atau mengalihkan menara telekomunikasi terdekat sehingga jaringannya tidak sampai ke daerah mereka. “Permintaan ini merupakan bagian dari upaya kami untuk meminimalisir dampak negatif smartphone terhadap masyarakat kami,” tulis perwakilan Baduy, mengutip surat yang dilihat oleh AFP.

Surat itu berisi dua permintaan. Pertama, menghapus sinyal atau mengalihkan sinyal internet di wilayah tanah Ulayat Baduy. Kedua, permintaan membatasi atau menutup aplikasi yang berisi konten negatif yang bisa mempengaruhi moral dan akhlak generasi muda Baduy. Mereka berpendapat menara telekomunikasi yang dibangun di dekat wilayah mereka dapat mengancam kehidupan mereka dan moral anak muda yang mungkin tergoda untuk menggunakan internet.

Pejabat di Kabupaten Lebak mengatakan kepada AFP bahwa mereka menerima surat itu pada hari Senin, dan telah setuju untuk berbicara dengan Kementerian Penerangan Indonesia untuk mencoba dan memenuhi permintaan tersebut. “Intinya kami ingin selalu mengakomodir apa yang diinginkan masyarakat Baduy, menjaga tradisi dan kearifan lokal mereka,” kata Budi Santoso, Sekda Pemkab Lebak, Jumat (9/6/2023).

Dia mengatakan internet dibutuhkan oleh orang Baduy luar, yang telah memulai bisnis online, tetapi juga para pejabat khawatir pengunjung atau turis dapat mengakses web dan menampilkan konten yang mereka anggap tidak pantas untuk orang Baduy.

Pengaruh luas medsos

Saat ini penggunaan internet sudah sangat luas. Apalagi tersedia sarana media sosial yang menjadi pilihan lebih mudah untuk menjalin komunikasi dan berbagi informasi. Siapapun bisa lebih mudah menggunakannya terutama jejaring sosial seperti aplikasi berbagi pesan pendek WhatsApp, aplikasi video pendek TikTok dan Instagram, Facebook, YouTube, Twitter dan banyak lagi.

Media sosial ini sedang banyak digandrungi orang karena lebih praktis, ekonomis dan murah penggunaannya. Cukup memiliki smartphone kita sudah dapat mengakses informasi kapan dan dimana saja melalui media social, dan yang paling menarik karena kita dapat menyampaikan informasi terkait dengan kegiatan-kegiatan kita, baik yang sifatnya pribadi maupun kelompok.

Selain itu, penggunaannya juga mudah, tak perlu pendidikan khusus, siapapun dapat dengan mudah bisa berinternet atau berchating ria dengan saudara, teman atau siapa saja. Tak heran penggunaan media sosial telah merambah hampir semua lapisan dan golongan, baik pejabat pemerintahan, pengusaha, pedagang, mahasiswa, pelajar, hingga anak-anak.

Hingga Januari 2023, tercatat jumlah pengguna media sosial di Indonesia mencapai 167 juta orang. Jumlah tersebut setara 78 persen dari total pengguna internet di Indonesia yang mencapai 212,9 juta.

Banyak kemudahan yang ditawarkan oleh media sosial. Terutama dalam melakukan interaksi baik secara sosial, politik maupun ekonomi. Penggunaan media sosial memberikan kemudahan dalam berkomunikasi, baik teman, keluarga yang tidak memungkinkan dilakukan melalui face to face karena faktor jarak.

Dengan media sosial penggunanya dapat mengirimkan informasi-informasi yang dibutuhkan dengan mudah dan cepat, begitu pula dalam mengakses informasi yang kita butuhkan. Kita banyak dipertemukan teman atau keluarga yang sudah lama tidak pernah bertemu melalui media sosial facebook. Media sosial dapat dijadikan sarana untuk saling berbagi, saling bertukar foto, data dan dokumen lainnya.

Media sosial juga dapat digunakan sebagai sarana promosi dengan berbagai produk/jasa yang dapat ditawarkan kepada pengguna media sosial tanpa banyak biaya namun dengan keuntungan yang berlipat ganda. Maka jangan heran jika belanja online melalui media sosial semakin meningkat, meskipun di kota-kota besar menggunakan komunikasi politik melalui media sosial merupakan alat yang ampuh untuk mempengaruhi pasangan calon.

Dampak negatif

Selain memiliki dampak positif, media sosial juga bisa memiliki dampak yang dahsyat. Lihat saja bagaimana medsos menjadi alat untuk menebar kebencian kepada orang lain dan mencaci maki pihak lain. Juga mempengaruhi dan meracuni pengguna dengan hoaks atau berita bohong, gambar atau video tidak etis hingga menyindir atau mengkritik pemerintahan di luar batas. Muncul kekhawatiran bahwa medsos akan mengganggu kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.

Dan yang paling memprihatinkan adalah dampak medsos terhadap anak-anak dan remaja. Mereka menjadi malas belajar karena lebih banyak menghabiskan waktunya dengan bermain medsos dan gadget. Juga menjadi apatis dan cuek dengan lingkungannya. Orang tua juga semakin sulit berkomunikasi dengan anak-anaknya, apalagi diharapkan membantu menyelesaikan pekerjaan rumah.

Parahnya lagi, konten medsos sudah sangat bebas, bahkan sering tanpa sensor, dari mulai kekerasan hingga pornografi, sehingga lambat laun mempengaruhi sifat dan karakter anak-anak. Seperti kita ketahui bahwa penggunaan medsos juga berefek pada kecanduan yang sulit ditinggalkan.

Hingga saat ini masyarakat Baduy sangat menjaga tradisi dan adat istiadat leluhurnya. Misalnya saja tidak mempergunakan transportasi apapun dan hanya berjalan kaki untuk berpergian, mereka juga memilih tidak menggunakan alas kaki, serta tidak bepergian lebih dari tujuh hari ke luar Baduy. Mereka juga membangun segala kebutuhan seperti rumah, jembatan, dan sebagainya, dengan bantuan alam, memanfaatkan alam, dan untuk alam, serta memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papannya sendiri dengan menenun atau bercocok tanam.

Ada istiadat leluhur ini harus terus diwariskan kepada anak cucunya sebagai sebuah kearifan lokal yang luhur. Karena itu, kekhawatiran tetua suku Baduy terhadap pengaruh buruk dari internet dan penggunaan media patut mendapat apresiasi dan menjadi perhatian bersama. Tak boleh generasinya terpengaruh dengan joget-joget TikTok, saling serang opini dan para buzzer di Twitter, atau pengaburan fakta di berbagai media sosial dan internet.

Suku Baduy bukan hanya sekadar memberi contoh dan wawasan penting mengenai budaya murni yang masih hidup di nusantara, tapi juga mengajarkan makna kehidupan soal keselarasan hidup melalui nilai budaya yang diterapkan masyarakatnya. Jauh dari peradaban luar yang tidak memperhatikan keteraturan dan keserasian hidup dengan sang maha pencipta, sesama manusia dan lingkungan alamnya.

Back to top button