Hangout

Aksi Boikot Israel: Bisnis Starbucks, McDonald’s, H&M, dan KFC Babak Belur!


Aksi boikot yang dilakukan oleh Gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) terhadap berbagai perusahaan dan merek internasional telah memperlihatkan dampak signifikan terhadap kinerja finansial mereka. Contohnya, Starbucks Corp mengalami penurunan nilai pasar yang signifikan, mencapai 10,98 miliar dolar AS atau sekitar Rp155,02 triliun. 

Situasi serupa juga terjadi pada merek-merek terkenal lainnya seperti McDonald’s dan H&M, terutama di negara-negara seperti Mesir dan Maroko, dimana terjadi penutupan permanen beberapa gerai karena penjualan yang rendah akibat boikot.

Bulan lalu, Media lokal Maroc Hebdo melaporkan, Starbucks dan H&M akan menutup gerainya secara permanen di Maroko karena rendahnya penjualan akibat boikot. 

Dampak ini juga merambat ke tingkat operasional, seperti pengurangan shift kerja dan pemotongan gaji, yang berujung pada pemutusan hubungan kerja dengan banyak karyawan tanpa kompensasi, sebagaimana diungkapkan oleh seorang kasir Starbucks di Mesir. 

“Awalnya, perusahaan mengurangi jumlah shift harian dari tiga menjadi dua, kemudian menjadi satu shift, yang menghemat uang mereka tapi menyebabkan puluhan pekerja kehilangan pekerjaan mereka, memberhentikan banyak karyawan dan memberikan cuti terbuka yang tidak dibayar,” kata kasir tersebut seperti dikutip dari The New Arab, Jumat (8/12/2023).

Hal serupa terjadi di cabang lokal Kentucky Fried Chicken (KFC), dimana staf setempat mengalami pemotongan gaji. Upaya meluncurkan kampanye tandingan online gagal mengatasi dampak boikot yang lebih luas.

Di Indonesia, PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), pemegang waralaba KFC, mengakui pengaruh boikot terhadap penurunan penjualan dan transaksi bisnis. Untuk mengatasi dampak ini, perusahaan telah mengambil langkah-langkah seperti meluncurkan produk baru dan promosi intensif.

“Seruan boikot terhadap perusahaan mana pun yang mendukung Israel terbukti lebih berpengaruh dibandingkan upaya kami,” kata Staf lokal KFC kepada wartawan.

Selanjutnya, dampak boikot juga terasa pada pergerakan saham perusahaan besar seperti PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), yang mengalami penurunan harga saham lebih dari 25 persen sejak awal tahun. Meskipun demikian, perubahan dalam struktur kepemimpinan dan model bisnis diharapkan akan membawa dampak positif bagi Unilever dalam jangka panjang.

Secara keseluruhan, fenomena ini menunjukkan bahwa aksi boikot yang dilakukan oleh BDS tidak hanya memiliki implikasi politis tetapi juga berdampak signifikan pada aspek finansial dan operasional perusahaan-perusahaan yang menjadi sasarannya.

Back to top button