News

8 Dampak Asap Kebakaran Hutan terhadap Pernapasan, Iritasi Mata Hingga Penyakit Jantung

Kebakaran hebat di lembah Gunung Bromo atau biasa disebut Bukit Teletubbies akibat foto prewedding dengan flare, belum juga padam.

Bahkan kebakaran semakin meluas. Minggu (10/9/2023) muncul “tornado” api. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang mengatakan, “tornado” api lumlah terjadi kawasan sabana ketika musim kering dan panas.  

“Tornado” api disebut juga dust devil. Fenomena ini terjadi ketika udara kering dan sangat panas. Udara kering  membentuk aliran berupa pusaran yang membawa debu, serpihan, atau puing-puing di sekitarnya, termasuk api seperti yang terjadi di Bromo.

Namun, “tornado” api disertai kebakaran menyebabkan penyebaran api makin meluas.

Kebakaran di bukit Teletubbies Bromo tidak hanya membuat lokasi wisata Bromo rusak parah, tetapi juga berdampak pada kesehatan masyarakat sekitar kawasan Bromo.

Secara umum, masalah kesehatan yang paling sering terjadi akibat kebakaran hutan adalah keluhan pernapasan. Pasalnya, asap dari api kebakaran hutan mengandung karbon monoksida dan sulfur oksida yang berbahaya bagi tubuh manusia.

Namun  asap kebakaran hutan juga ternyata dapat menyebabkan gangguan kehamilan dan janin serta memicu penyakit jantung.

Berikut dampak asap kebakaran pada kesehatan yang dikutip dari laman Halodoc dan Hello Sehat.

1. Asma

Asma merupakan salah satu gangguan pernapasan yang paling umum saat terjadi kebakaran hutan. Sebab, asap kebakaran mengandung partikel-partikel yang memicu batuk dan sesak napas.

2. Iritasi Tenggorokan

Asap kebakaran hutan juga dapat mengakibatkan iritasi tenggorokan. Partikel-partikel yang terkandung dalam asap  menimbulkan batuk dan peradangan pada area faring.

Jika asap terhirup hanya untuk beberapa saat, iritasi tenggorokan dapat sembuh dengan mudah. Namun, apabila paparan dalam waktu yang panjang, iritasi tenggorokan bisa semakin parah.

Apabila mengalaminya, diimbau memperbanyak konsumsi cairan dan meminimalisasi paparan terhadap asap untuk mengurangi iritasi.

3. ISPA

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu gangguan pernapasan yang menular. Kondisi ini dapat menyerang salah satu instrumen pernapasan seperti hidung, faring, dan laring.

Meskipun gangguan ini berasal dari virus dan bakteri, korban kebakaran hutan tetap harus waspada. ISPA dapat menular melalui droplet atau percikan air liur yang dikeluarkan pengidap ketika batuk. Seseorang dapat tertular jika sering kontak dengan penderita atau berada di area pengidap rentan batuk.

Jenis ISPA yang lebih ringan adalah batuk pilek. Gejala lain yang dapat muncul termasuk demam, nyeri tenggorokan, dan hidung tersumbat. 

4. Bronkitis

Bronkitis merupakan salah satu jenis infeksi saluran pernapasan yang lebih serius. Bronkitis terjadi ketika ada iritasi di area bronkus disebabkan zat berbahaya di udara. 

Penyakit dapat berlangsung dalam waktu yang singkat maupun panjang. Di tahap akut, bronkitis berlangsung sekitar dua minggu. Namun, bronkitis kronis dapat bertahan selama berbulan-bulan. 

Umumnya, gejala yang dialami pengidap adalah batuk yang berat, kemudian lendir dan dahak. Sering pula pengidap merasakan sesak napas atau nyeri dada.

Penyakit ini perlu ditangani dengan pengobatan rutin sesegera mungkin. Apabila tidak segera diobati, bronkitis bisa mengarah ke penyakit pernapasan lainnya yang lebih serius seperti pneumonia. 

5. Penurunan Kerja Paru

Asap kebakaran hutan mengandung partikel yang berbahaya bagi pengidap masalah paru-paru. Meskipun paparan terhadap asap tidak pasti menyebabkan kerusakan pada saluran pernapasan secara permanen, risikonya cukup tinggi. Terlebih untuk seseorang yang mempunyai riwayat penyakit paru-paru atau mengonsumsi zat yang mengurangi kualitas kesehatan paru-paru. 

Contohnya, asap mengandung zat karsinogen yang bisa menimbulkan kanker. Namun, berdasarkan penelitian, tidak ada korelasi langsung antara asap kebakaran hutan dan kanker paru-paru. 

Kasus yang mungkin terjadi adalah meningkatnya risiko kanker paru-paru pada perokok aktif yang juga menghirup asap dalam jumlah berlebih akibat kebakaran hutan.

6. Iritasi Mata

Asap kebakaran hutan yakni menyebabkan berbagai gejala penyakit mata, meliputi iritasi mata ringan hingga membuat rasa tidak nyaman.

Hal tersebut diperkuat dengan studi dari Hopkins Vision Sheila West. Menurut studi ini, polusi udara termasuk asap kebakaran hutan memiliki efek yang buruk pada mata hingga gangguan kesehatan mata secara umum.

7. Memengaruhi Kehamilan dan Janin

Sejumlah studi menunjukkan kabut asap kebakaran hutan dapat memengaruhi kehamilan dan perkembangan janin.

Berdasarkan data yang dipublikasi oleh eLife, wanita yang terpapar asap kebakaran hutan selama kehamilan lebih mungkin melahirkan bayi dengan berat lahir rendah atau sangat rendah.

Hasil analisis tersebut menemukan peningkatan paparan 1 mikrogram per meter kubik materi partikulat yang bersumber dari api dikaitkan dengan penurunan berat lahir 2,17 gram.

8. Memicu Penyakit Jantung

Sebuah studi terbaru menemukan risiko serangan jantung meningkat secara signifikan terkait dengan asap tebal akibat peristiwa kebakaran hutan di California antara tahun 2015 hingga 2017.

Di Indonesia sendiri juga tercatat asap kebakaran lahan gambut berkontribusi dan dikaitkan dengan kematian lebih tinggi karena penyakit jantung atau kardiovaskular.

Selain disebabkan partikulat asap, kondisi meteorologi lainnya seperti suhu yang tinggi berperan terhadap peningkatan angka kematian akibat kardiovaskular dan kebakaran hutan.

Baca berita dan artikel menarik lain Inilah.com di Google News.

Back to top button