News

23 Tahun Berlalu, Megawati Tetap Yakin Tragedi Kudatuli Bukan Pelanggaran HAM Biasa

Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengingatkan soal sikap Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri selalu mengingatkan kerusuhan 27 Juli 1996 atau kerap disebut Kudatuli bukan peristiwa pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) biasa.

Hal tersebut disampaikan Hasto saat diskusi PDIP yang bertajuk ‘Refleksi Peristiwa 27 Juli 1996 Gerbang Demokratisasi Indonesia’ di kantor DPP PDIP, Jakarta Pusat, Kamis (27/7/2023).

“Ini adalah spirit gerakan arus bawah berhadapan dengan rezim yang sangat, sangat, sangat otoriter dan menggunakan berbagai cara demi kekuasaan itu,” kata Hasto.

Lebih lanjut, Hasto mengemukakan soal hal lain yang disampaikan Megawati kepada dirinya. Megawati tak bosan menyuarakan bahwa sumber inspirasi perjuangan partai adalah rakyat.

“Termasuk saat itu ketika suara-suara rakyat tidak bisa disampaikan tidak bisa didengarkan mulai tahun 1986, Ibu Mega bergerak memenuhi panggilannya sebagai kader bangsa sekaligus sebagai sosok yang telah digembleng oleh Bung Karno untuk turun ke bawah,” ujar Hasto.

Megawati, kata dia melanjutkan, selalu dihadapkan oleh benteng-benteng kekuasaan yang menindas. Menurut Hasto, benteng-benteng kekuasaan saat itu menghentakkan Megawati.

“Sehingga di kantor Partai ini menjadi saksi pada 27 Juli 1996 terjadi serangan brutal dengan menggunakan berbagai elemen kekuasaan negara. Dan kantor Partai ini berhasil diluluhlantakkan tetapi yang namanya semangat perjuangan itu tidak pernah bisa dihancurkan,” jelas Hasto.

Oleh karena itu, kata dia menegaskan, Kudatuli bukan hanya tonggak sejarah yang sangat penting bagi PDIP, tetapi juga membangunkan suatu harapan dan mengingatkan bahwa kekuasaan tidak bisa dibangun dengan cara-cara otoriter.

“Yang namanya pemimpin itu tidak bisa hadir tanpa langkah yang membangun peradaban, pemimpin tidak bisa hadir ketika tangannya berlumuran darah. Pemimpin tidak bisa hadir ketika memiliki rekam jejak yang digelapkan oleh nilai-nilai kemanusiaan yang membutakan hati nuraninya itu,” ujar Hasto menambahkan.

Sebagai informasi, tragedi Kudatuli merupakan peristiwa penyerangan dan pengambilan paksa kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, pada 27 Juli 1996. Penyerbuan dilakukan oleh massa pendukung Soerjadi serta dibantu oleh aparat.

Back to top button