News

Kremlin Dibombardir! Rusia Sebut Ukraina Coba Bunuh Putin Pakai Drone

Rusia menuduh Ukraina mencoba membunuh Presiden Vladimir Putin dengan melancarkan serangan drone ke Kremlin pada hari Rabu (3/5/2023) waktu setempat. Namun, seorang pejabat senior dari pemerintahan Ukraina membantah tuduhan tersebut, yang dianggap sebagai salah satu tudingan paling serius yang pernah dilontarkan Moskow kepada Kyiv dalam lebih dari 14 bulan konflik.

Kantor berita internasional, Reuters mewartakan, Kremlin menyatakan bahwa dua drone tanpa awak sempat mengarah ke kompleks mereka, tetapi berkat tindakan cepat dari pihak militer dan layanan khusus menggunakan sistem perang radar, kedua drone tersebut berhasil dinonaktifkan. Rusia menganggap tindakan ini sebagai upaya terorisme yang direncanakan dan percobaan pembunuhan terhadap presiden mereka.

Namun, di balik konflik politik dan militer yang memanas antara Rusia dan Ukraina, serangan drone tersebut menyoroti peranan teknologi dalam konflik modern. Dalam wawancara dengan seorang ahli teknologi militer, Dr. Ivan Petrov, ia menyatakan bahwa, “Dalam konflik modern, teknologi seperti drone semakin memainkan peran penting dalam mengumpulkan intelijen, melancarkan serangan, dan bahkan mengubah cara kita memahami perang.”

“Drone telah menjadi bagian penting dari gudang senjata modern, dan kejadian di Kremlin menunjukkan betapa teknologi ini dapat digunakan dalam berbagai skenario serangan,” lanjut Dr. Petrov.

Sementara itu, Mykhailo Podolyak, penasihat presiden Ukraina, membantah keterlibatan Ukraina dalam serangan drone tersebut. Dalam pernyataan yang dikirimkan kepada Reuters, ia mengatakan, “Ukraina tidak terkait dengan serangan drone ke Kremlin. Kami tidak menyerang Kremlin karena, pertama-tama, hal itu tidak menyelesaikan tugas militer apa pun,” katanya.

“Menurut pendapat saya, sangat jelas bahwa baik ‘laporan tentang serangan ke Kremlin’ maupun penangkapan yang diduga dilakukan terhadap sabotir Ukraina di Krimea… menunjukkan persiapan provokasi teroris berskala besar oleh Rusia dalam beberapa hari mendatang,” tambah Podolyak.

Back to top button