News

Undang-Undang Cipta Kerja Optimalkan Bonus Demografi

Pengamat Ketenagakerjaan Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Tadjuddin Noer Effendi menilai kehadiran UU Cipta Kerja mampu mengoptimalkan pemanfaatan bonus demografi. Pasalnya, jika bonus demografi dimanfaatkan dengan maksimal maka bisa mendorong Indonesia maju.

“Saat ini, kita menghadapi bonus demografi. Artinya bonus demografi adalah jumlah penduduk usia produktif kita itu kira-kira mencapai 60% itu luar biasa,” ujar Tadjuddin dikutip dari tayangan podcast di Jakarta, Kamis (25/5/2023).

Tadjuddin menekankan, pemanfaatan bonus demografi yang tidak maksimal maka bisa membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia ‘jalan di tempat’ atau bahkan mengalami kemunduran.

“Ini kesempatan, kalau tidak diambil kesempatan ini kita akan bertahan atau bakal mundur,” tegas dia.

Lebih lanjut Tajuddin menilai kehadiran UU Cipta Kerja justru bisa menjadi angin segar agar pemanfaatan bonus demografi bisa optimal.  Hal tersebut didasari karena aturan tersebut memberikan kemudahan untuk berinvestasi di Indonesia.

Menurutnya, kemudahan tersebut akan menghadirkan efek domino yang positif. Sebab, selain mampu menarik investasi, Undang-Undang Cipta Kerja bisa mendorong pertumbuhan ekonomi lebih cepat hingga penyerapan tenaga kerja yang lebih banyak.

“Kalau kita baca, Undang-Undang Cipta Kerja ini merupakan ekosistem investasi. Investasi yang diharapkan menciptakan lapangan kerja yang ujungnya itu pertumbuhan ekonomi,” terang Tadjuddin.

Kemudahan investasi tersebut, menurutnya, tidak terlepas dari sejumlah regulasi yang disederhanakan. Serta mengurangi ketergantungan pada ekspor sumber daya bahan mentah yang kerap menjadi tumpuan untuk pertumbuhan ekonomi.

“Di Undang-Undang Cipta Kerja ini kita dipermudah (izinnya). Dengan demikian akan ada investasi, investasi akan tercipta peluang kerja, peluang kerja pertumbuhan ekonomi. Tidak seperti pertumbuhan ekonomi kita dulu itu bertumpu pada ekspor sumber daya itu tidak akan bertahan,” jelasnya.

Dia pun turut memuji upaya Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang berani untuk menyetop ekspor sumber daya alam berbahan mentah. Menurutnya, langkah tersebut mampu mendukung hilirisasi industri.

“Baru sekitar lima tahun ini, Presiden Jokowi berani melakukan stop ekspor. Akan kami olah sendiri, siapa yang mau masuk ke mari harus dirikan industri hilirisasi, kalau kita manfaatkan itu mungkin industri kita sudah berkembang, mungkin kita lebih maju dari negara lain. Karena kita punya semua bahan mentah,” ungkap Tadjuddin.

Back to top button