Market

Undang China Kembangkan Padi ke Indonesia, Luhut Anggap Enteng Pakar Dalam Negeri


Guru Besar IPB University Dwi Andreas Santosa mengaku heran dengan rencana pemerintah mengundang China untuk mengembangkan tanaman padi di Indonesia. Padahal, ahli pertanian padi dalam negeri lebih mumpuni ketimbang dari luar.

“Kita enggak tahu, kerja sama pengembangan padi dengan China itu, bagian mananya. Apakah teknologi pangan, pembangunan infrastruktur padi, atau terkait investasi pembangunan sistem pengairan. Tapi, menurut saya soal benih sih. China kan pertanian padinya hibrida,” kata Andreas saat dihubungi Inilah.com, Jakarta, Rabu (24/4/2024).

Selanjutnya Andreas menduga, bentuk kerja sama pengembangan padi dengan China, terkait benih padi hibrida. Sejatinya, kerja sama ini pernah dilakukan pada 2007-2010. Kala itu, benih padi hibrida asal China diuji-coba di Indonesia. “Hasilnya tidak maksimal. Rendah sekali. Jadi boleh dibilang gagal. Nah apakah kegagalan ini bakal diulangi. Atau kerja sama bentuk lainnya, saya enggak paham,” ungkapnya.

Dia pun mengkritisi lahan sejuta hektare di Kalimantan Tengah (Kalteng)  yang disiapkan untuk proyek Ini. Bisa dipastikan, proyek tersebut berada di lahan gambut. Di mana, lahan gambut tidak cocok untuk tanaman padi.

“Dan celakanya, kenapa tidak diserahkan kepada para pakar gambut yang kita punya. IPB punya penetian di lahan gambut Sumatra. Demikian pula UGM, pernah teliti gambut di Kalimantan. Saya kira kita punya pakar yang lebih mumpuni,” tandasnya.

Pada Minggu (21/4/2024), melalui akun instagram @luhut.pandjaitan di Jakarta, Menko Luhut membeberkan ketertarikan China mengembangkan padi di Indonesia. Rencana kerja sama kedua negara, telah disepakati dalam Pertemuan ke-4 High Level Dialogue and Cooperation Mechanism (HDCM) RI-Republik Rakyat China (RRC) di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Kita minta mereka memberikan teknologi padi mereka, di mana mereka sudah sukses swasembada dan mereka bersedia,” kata Luhut.

Luhut menjelaskan, kerja sama ini dilakukan secara bertahap, targetnya hingga sejuta hektare lahan di Kalimantan Tengah. Saat ini, pemerintah masih mencari mitra lokal, dengan offtaker atau pemasok kebutuhan industri ataupun pasar, yakni Perum Bulog.

“Kita berharap 6 bulan dari sekarang, mungkin kita sudah mulai dengan proyek ini. Tinggal kita ajak anak-anak muda Indonesia, untuk ikut di situ,” jelas Luhut.

“Jadi kalau program ini jalan, kita sebenarnya minta 4-5 ton saja. Kalau kita punya di Pulang Pisau, Kalteng itu 400.000 hektare sudah hampir 2 juta (ton). Bisa kita teruskan dengan (bertanam) yang lain. Iya sudah selesai masalah kita untuk ketahanan pangan untuk padi dan beras. Kita akan menjadi lumbung pangan nanti ke depannya,” kata Luhut.

Back to top button