News

UAH Ungkap Jejak Melayu di Pulau Rempang dari Arsip Belanda

Sebuah penemuan mengejutkan datang dari Ustaz Adi Hidayat (UAH) yang diungkapkan dalam program khusus di akun YouTube resminya yang berjudul “Aqsa al-Qur’an Sunah Solution Special.” pada Jumat (6/10/2023) Lewat serangkaian perjalanan ilmiahnya ke Belanda, UAH membawa pulang berbagai temuan penting—salah satunya adalah jejak Melayu di Pulau Rempang, bagian dari Kepulauan Riau, yang terdokumentasi dalam catatan sejarah Belanda.

“Alhamdulillah, di antara hal yang kami dapatkan, ada sesuatu yang sangat menarik,” kata Ustaz Adi. “Kami berkunjung ke Leiden University, dan dari orang Belanda sendiri, kami mendapatkan catatan-catatan yang terkait dengan Rempang,” sambung Alumni Kuliyya Dakwah Islamiyyah Libya tersebut.

UAH, yang dikenal luas sebagai salah satu ulama muda intelektual di Indonesia, mengemukakan bahwa temuan ini bisa menjadi bukti otentik terkait dengan asal-usul dan interaksi budaya antar suku yang ada di Nusantara, termasuk Melayu dan Bugis. Dokumen-dokumen ini dianggapnya sebagai pengetahuan yang memberikan semangat bagi generasi saat ini.

“Dari data jadi informasi, jadi knowledge pengetahuan yang memberikan semangat bagi generasi kita di masa kini untuk mengisi kemerdekaan dengan semangat yang sama atau lebih dari para pejuang kita di masa lalu,” ujarnya.

Catatan Belanda yang Mengonfirmasi Jejak Melayu di Rempang

Catatan yang ditemukan di Leiden University adalah bagian dari serangkaian publikasi tahun 1854, yang berkaitan dengan antropologi budaya dan etnologi. Wakil Ketua I Majelis Tabligh PP Muhammadiyah tersebut menjelaskan, dokumen ini menyediakan wawasan tentang interaksi antar suku-suku di Nusantara pada masa itu.

“Catatan ini menunjukkan bahwa sudah ada ya suku-suku selain anak benua, ada di sana juga ada turunan dari Melayu yang terkait dengan melayunya Bugis,” ungkap Ustaz Adi.

Menurutnya, temuan ini tidak hanya penting dari segi sejarah dan akademis, tetapi juga sebagai penguatan identitas dan semangat nasionalisme. Ia memandang bahwa temuan ini bisa membantu kita memahami lebih dalam lagi tentang perjuangan-perjuangan di masa lalu yang telah membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia.

“Jadi bagaimana dengan kita, teman-teman? Diaspora itu, para ilmuwan kita, bagaimana kita bisa membingkai kembali perjuangan di masa lalu yang dokumentasinya itu dibawa sebagai informasi dan pengetahuan,” pesannya.

Temuan Ini Sebagai Penguatan Identitas Bangsa

Ustaz Adi Hidayat turut mengajak semua pihak untuk tidak hanya memahami sejarah sebagai catatan masa lalu, tetapi juga sebagai pedoman dalam menavigasi masa kini dan masa depan.

“Sejarah bukan hanya cerita lalu yang ditulis di buku. Sejarah adalah mata air, tempat kita bisa menengok ke belakang, memetik hikmah, dan melanjutkan langkah. Kita adalah bagian dari sejarah itu sendiri, jadi mari kita berkontribusi dengan sebaik-baiknya untuk masa depan yang lebih cerah,” tutup UAH.

Dalam konteks relokasi Rempang, Ustaz Adi Hidayat juga menyuarakan pendapatnya. Diketahui Rempang Eco City akan menjadi lokasi pabrik yang dioperasikan oleh produsen kaca China, Xinyi Glass Holdings Ltd, yang telah berkomitmen untuk membangun pabrik pengolahan pasir kuarsa senilai US$11,5 miliar di taman tersebut.

Dalam masalah terjadi karena masyarakat menolak untuk di relokasi. Bentrokan pun terjadi antara aparat dan pengunjuk rasa di depan Kantor BP Batam

“Dalam setiap kebijakan publik, seharusnya kita selalu mengutamakan kemaslahatan umum, tanpa mengorbankan hak-hak individu. Sebuah proses relokasi harus dilakukan dengan penuh keadilan dan empati,” tutur Ustaz Adi Hidayat 

Dengan adanya temuan ini, kita diajak untuk lebih memahami sejarah kita, membuka mata terhadap fakta-fakta yang selama ini terlupakan atau bahkan tidak diketahui. Tidak hanya itu, temuan ini juga menjadi tautan sejarah yang bisa menjembatani antara masa lalu dan masa kini, serta menjadi inspirasi untuk masa depan.

Back to top button