News

Timnas AMIN: Gunakan Pilihan Kata yang Mudah Dimengerti Publik pada Debat Selanjutnya


Tim Nasional (Timnas) Pemenangan Anies-Muhaimin (AMIN) menekankan pentingnya calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) menggunakan diksi atau pilihan kata yang lebih sederhana dan lebih mudah dimengerti masyarakat dalam debat capres-cawapres selanjutnya.

“Kami berharap pesan yang disampaikan itu sampai kepada masyarakat dengan cara apa, ya salah satunya memakai kata yang umum dan tidak rumit,” kata Juru Bicara Timnas AMIN, Zuhad Aji Firmantoro di Jakarta, Sabtu (30/12/2023).

Ia menegaskan dalam debat capres-cawapres jangan menggunakan bahasa intelektual atau istilah yang mungkin sulit dipahami masyarakat umum. “Pilih diksi yang sederhana dan akrab di telinga masyarakat. Yang penting adalah pesan bisa sampai, jadi itu yang paling utama,” ujar Zuhad.
 
Menurutnya Zuhad, capres dan cawapres yang diusungnya akan menggunakan pilihan kata yang lebih sederhana dan lebih mudah dimengerti masyarakat.

Lebih lanjut, dia menjelaskan semua gagasan atau visi dan misi perubahan dari Anies-Muhaimin sangatlah bermanfaat untuk masyarakat meskipun banyak yang masih belum dipahami secara utuh oleh masyarakat.

Zuhad menambahkan bahwa hasil dua debat sebelumnya terbukti mampu mendongkrak elektabilitas Anies-Muhaimin dengan tren angka yang terus naik berdasarkan hasil sejumlah lembaga survei. Karena itu, Timnas AMIN akan melakukan evaluasi dan proyeksi untuk mencapai hasil yang lebih baik.

Sebelumnya, pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Lingkar Madani (LIMA) Indonesia Ray Rangkuti menanggapi cara bertanya cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka dalam debat cawapres yang lalu terkait Carbon Capture Storage dan SGIE. Ia menilai langkah Gibran telah mengurangi kualitas debat Pilpres 2024.

“Pertanyaan tricky model Gibran akan dapat mengurangi bobot etik dan kualitas debat penting seperti cawapres ini. Akhirnya yang muncul bukan pemahaman dan kekuatan argumen, tapi olok-olok,” kata Ray dalam keterangannya kepada Inilah.com di Jakarta, Selasa (26/12/2023).

Ia mengamati cara debat yang dilakukan oleh Gibran hanya bertujuan akan satu hal, yakni memenangkan debat saja bukan mengedukasi publik. “Bukan dimaksudkan menjelaskan yang samar, memberi argumentasi yang meragukan, dan melogiskan yang dianggap berlebihan,” tegas Ray.

Ray menekankan cara debat seperti Gibran itu sangat mudah dilakukan oleh siapapun. Sebab, seseorang tak perlu mempunyai pengetahuan secara khusus untuk dapat melakukannya.

“Cak Imin dan Mahfud juga bisa melakuķannya. Misalnya menanyakan pasal yang mengatur tentang hilirisasi. Tetapi Cak Imin dan Pak Mahfud tidak memilih cara itu karena cara itu sebenarnya tricky dan kekanak-kanakan. Pun juga menunjukan ketiadaan etik dalam debat,” jelas Ray.

Faktanya, kata Ray, Gibran tidak menguasai tema akan apa yang ia tanyakan ke cawapres atau kandidat debat lainnya. “Bahkan keseleo lidah kala menyebut istilahnya dan melirik catatan kala menyebut kepanjangannya. Satu sikap yang menunjukan ketidak kedewasaan,” tuturnya.

 

 

 

Back to top button