Hangout

Ternyata Ini 7 Faktor yang Mempengaruhi Minat Baca Pada Anak

Membaca buku adalah kegiatan baik yang jarang diminati semua kalangan, baik itu orang dewasa maupun anak-anak.

Di Indonesia jumlah orang yang senang membaca sangat minim. Bahkan UNESCO-pun berhasil menunjukkan data bahwa hanya sebesar 0.001% atau hanya 1 dari 1.000 orang Indonesia yang hobi membaca.

Mungkin anda suka

Lantas, bagaimana cara memperbaiki minat baca dan belajar di Indonesia dan faktor apa saja yang bisa menumbuhkan minat baca di masyarakat Indonesia?  

Ada banyak faktor yang mempengaruhi minat baca di masyarakat, salah satunya adalah:

1. Faktor Lingkungan

Faktor linkungan yang buruk mempengaruhi minat baca
Photo: Getty Images

Faktor pertama yang mempengaruhi minat baca yang minim di masyarakat adalah lingkungan. Anak-anak yang hidup di lingkungan baik akan mendapat dorongan positif di lingkup sosialnya.

Berbeda dengan anak-anak yang kurang beruntung, mereka mungkin akan mendapat dorongan yang negatif sosialnya.

Misalnya, anak yang rajin membaca buku di sekolah menjadi bahan olok-olokan, seperti kutu buku atau “sok” rajin. 

Tidak hanya persentase minat baca saja yang buruk, hasil survei Programme for International Student Assessment (PISA) 2018 yang dilakukan oleh OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) juga menunjukkan kemampuan pelajar Indonesia buruk dalam hal membaca, matematika, dan sains.

Ironisnya, hasil tes PISA yang diberikan kepada 12.098 peserta yang tersebar di 399 sekolah di Indonesia, hanya sebanyak 30% siswa yang memenuhi kompetensi membaca minimal.

Mirisnya, selain faktor lingkungan sosial, ternyata kualitas perpustakaan di sekolah juga dinilai sangat buruk. Bahkan Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), Ubaid Matraji juga berpendapat bahwa semua perpustakaan di sekolah-sekolah mayoritasnya buruk.

Bisa dibilang, perpustakaan sekolah hanya digunakan sebagai “hiasan” untuk memenuhi akreditasi dari Kemendikbud saja.

Semoga saja di masa mendatang masalah kualitas perpustakaan ada perbaikan sehingga minat membaca pada anak-anak membaik.

2. Perkembangan Teknologi

Teknologi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi minat baca pada anak
Photo: Getty Images

Orang tua zaman dulu pasti paham sulitnya mendapatkan buku. Terlebih lagi harga buku fisik pada saat itu relatif mahal dan tidak lengkap.

Sekarang semua orang bisa membeli buku dengan cara yang lebih mudah, bisa melalui Amazon, Tokopedia, Toko Buku Online, Google Play dan semacamnya.

Terlebih lagi sekarang sudah ada buku dalam bentuk PDF atau ePub yang lebih mudah diakses di gadget.

File dokumen itu sangat membantu, tapi ternyata kehadiran ebook ini tidak terlalu diminati masyarakat. Mereka cenderung mengunduh buku tanpa dibaca dan akhirnya menganggur begitu saja.

Salah satu faktor kecenderungan malas membaca ebook ini disebabkan karena anak-anak lebih mengenal gadget untuk bermain game dan scrolling media sosial saja.

Hal ini semakin diperparah dengan adanya ChatGPT yang di mana anak-anak bisa mencari jawaban dari soal-soal pelajaran dengan sangat mudah. Mereka hanya perlu memasukkan pertanyaan saja, ChatGPT akan meringkas semua informasi yang dibutuhkan oleh mereka.

3. Copy Paste

Mengandalkan copy paste
Photo: Getty Images

Untuk beberapa pekerjaan, fitur copy paste sangat memudahkan mereka. Tapi sayangnya, fitur ini disalahgunakan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan sebuah tugas, seperti essay, tugas harian, bahkan makalah.

Mereka hanya perlu memasukkan kata kunci di mesin pencari dan mencari situs-situs yang memberikan informasi yang dibutuhkan.

Setelah menemukannya, mereka akan menyalin dan menautkan ulang di dokumen tugas mereka. Sangat efektif dan cepat, tapi mereka tidak membaca isi artikel secara keseluruhan atau mencari informasi lebih lanjut.

Dampaknya, kebiasaan duplikasi ini menurunkan minat baca di kalangan masyarakat Indonesia.

4. Fasilitas dan Sarana Kurang Memadai

Fasilitas kurang memadai
Photo: Getty Images

Fasilitas dan Sarana membaca di Indonesia kurang memadai. Bahkan bisa dibilang jumlah perpustakaan nasional Indonesia sangat sedikit dan hanya tersedia di kota-kota besar saja.

Selain perpustakaan, sarana membaca seperti komunitas membaca, cafe yang nyaman untuk membaca juga masih sangat minim.

5. Keterampilan Literasi Orang Tua

Literasi orang tua menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi minat baca
Photo: Getty Images

Faktor yang mempengaruhi minat baca selanjutnya adalah keterampilan literasi orang tua. Orang tua yang memiliki masalah pendidikan di masa lalu akan berdampak pada generasi seterusnya.

Jika orang tua sendiri buat huruf, buta angka, dan sulit belajar, bagaimana cara mereka memberikan dukungan dan memotivasi anak-anaknya untuk membaca?

Sedangkan orang tua yang memiliki latar belakang pendidikan yang baik, mereka mampu mendorong minat baca kepada anak-anak mereka.

Tidak perlu ditekan terlalu keras, mereka hanya perlu menunjukkan kebiasaan membaca buku di waktu senggang.

Kalau kata orang tua zaman dulu, anak-anak itu mengikuti perilaku orang tua. Ada juga pepatah yang mengatakan bahwa role model pertama anak adalah orang tua.

Jadi jika orang tua gemar membaca, secara otomatis anak-anak akan bergerak mengikuti kebiasaan orang tua mereka untuk aktif membaca.

6. Keterbatasan Buku

Buku yang tersedia di Indonesia sangat minim
Photo: Getty Images

Salah satu cara untuk menumbuhkan minat baca pada anak adalah membeli buku bacaan anak-anak.

Sama seperti lagu anak-anak, buku khusus anak pun terbilang sangat sedikit dan cenderung mahal karena menggunakan kertas dengan kualitas yang tinggi.

Alhasil, orang tua akan berpikir dua kali lipat untuk membelikan buku cerita anak-anak tanpa memikirkan dampak negatif terhadap buah hati mereka.

7. Kurang Motivasi

Anak kurang motivasi untuk membaca
Photo: Getty Images

Salah satu alasan kenapa anak-anak lebih menyukai bermain game adalah motivasi. Game pada umumnya memberikan banyak hadiah untuk para pemainnya yang berhasil menyelesaikan suatu misi.

Bahkan hadiah yang diberikan game bisa berupa skins mahal atau diamond yang bisa mereka gunakan untuk membeli peralatan lainnya di game tersebut.

Berkat misi itu, anak-anak jadi termotivasi dan semangat menyelesaikan satu buah misi di dalam game.

Berbeda dengan buku, buku tidak memiliki misi yang harus dicapai oleh anak-anak. 

Bahkan mendengar kata “baca buku” saja kepala mereka sudah pusing dan mumet, karena sejak kecil mereka selalu “dipaksa” untuk membaca bukan diajarkan untuk mencintai membaca.

Solusinya, orang tua bisa mengajak anak membaca buku bersama-sama. Biar kegiatan membaca lebih menyenangkan, cobalah tantang anak-anak untuk menyelesaikan 5 buku kesukaan mereka dan ceritakan ulang kepada kalian.

Jika berhasil, berikanlah hadiah menarik untuk mereka. Contoh, pakaian, buku gambar, mainan interaktif, dan semacamnya.

Back to top button