News

Musim Lebaran 2024, Momen Berkah bagi Pembuat Kulit Ketupat


Di sudut Jakarta Barat, tepatnya di sepanjang jalan dekat Pasar Palmerah, sekelompok orang berkumpul, duduk bersila dengan tumpukan daun kelapa di sisi mereka. Tangan mereka lincah merajut, satu persatu membentuk anyaman kulit ketupat yang nantinya akan menghiasi meja makan saat Lebaran tiba. Ini adalah musim penuh berkah bagi mereka, para pembuat kulit ketupat, yang datang dari berbagai penjuru untuk menjajakan hasil rajutan mereka.

Salah satu di antara mereka adalah Suminta, pria asal Serang, Banten, yang telah memilih menginap di pinggir jalan dekat Pasar Pisang supaya bisa berjualan sehari penuh hingga malam takbiran.

 “Rajut-merajut kulit ketupat ini saya pelajari dari orang tua di desa. Memang, ini pekerjaan musiman, tapi cukup untuk membantu ekonomi keluarga,” ungkap Suminta saat berbincang dengan Kantor berita Antara.

Musim Lebaran tidak hanya menjadi momen kebersamaan bagi banyak orang, tetapi juga saat yang tepat bagi para pedagang musiman seperti Suminta untuk mencari penghasilan tambahan. 

Dengan modal Rp3.000.000, ia mampu mengangkut ribuan helai daun kelapa untuk dijadikan kulit ketupat yang akan dijual kembali. Di tangan mereka, daun kelapa hijau yang sederhana berubah menjadi wadah lontong yang khas, menggugah selera dan mengisi meja makan di hari yang fitri.

Sementara itu, Aceng, pedagang lainnya, mengaku banyak belajar membuat kulit ketupat dari orang Bali. Sejak 2016, ia telah menjual kulit ketupat dan dekorasi janur, dan kini bisa meraup penghasilan hingga Rp500.000 per hari. “Ini bukan hanya tentang berjualan, tapi juga melestarikan tradisi,” kata Aceng dengan bangga.

Pasar Takjil Benhil, tempat mereka berdagang, kini telah menjadi destinasi wajib bagi warga Jakarta yang mencari takjil dan perlengkapan Lebaran. 

Dari kulit ketupat dengan harga Rp7.000 hingga Rp10.000 per 10 buah, hingga janur yang dipasok langsung dari Banten, semuanya tersedia di sini, menawarkan kenyamanan bagi mereka yang bersiap untuk hari raya.

Namun, musim Lebaran tahun ini berbeda dari sebelumnya, terutama setelah pandemi COVID-19. Pembatasan yang diberlakukan pemerintah sempat mempersulit barang dagangan bisa masuk, sehingga harga janur dan kulit ketupat melonjak. “Pas COVID-19, kami terpaksa jual sampai Rp30 ribu per 10 biji kulit ketupat,” kenang Ahmad, salah satu pedagang.

Kini, dengan situasi yang mulai membaik, Suminta, Ahmad, dan Aceng berharap bisa membawa pulang penghasilan yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. 

“Semoga uangnya cukup buat Lebaran, mau saya pakai beli daging, bikin rendang,” harap Aceng sambil tersenyum.

Di balik tiap lipatan kulit ketupat, tersimpan cerita perjuangan, harapan, dan keberkahan. Bagi Suminta, Ahmad, dan Aceng, musim Lebaran bukan hanya tentang merayakan kemenangan, tapi juga momen untuk berkumpul, berbagi, dan merajut asa untuk hari esok yang lebih baik.

Back to top button