Market

Fenomena Jukir Liar Pertanda Pemerintah Gagal Lahirkan Lapangan Kerja yang Layak


Pengamat kebijakan publik dari UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat menilai, munculnya juru parkir (jukir) liar harus musababnya. Intinya, pemerintah gagal memberikan lapangan kerja yang layak bagi rakyatnya.

Selanjutnya, Matnur, sapaan akrabnya, mengatakan, tidak seluruh juru parkir (jukir) liar adalah kriminal atau penipu. Semuanya muncul karena masalah ekonomi. Karena pemerintah gagal memberikan lapangan kerja yang layak.

“Banyak dari mereka terpaksa, tidak punya pilihan lain. Justru keberadaan mereka untuk menghindari tindak kriminal lain. Misalnya, juru parkir seperti Matsuri dikutip dari media, kerja selama 10 tahun tanpa pernah memaksa warga untuk bayar parkir lebih dari yang mereka mampu,” papar Matnur, Jakarta, Jumat (17/5/2024).

Kisah Matsuri, kata dia, jukir liar itu justru menjaga keamanan kendaraan pelanggan, terutama di daerah rawan pencurian. Kisah ini menunjukkan bahwa juru parkir liar juga memberikan kontribusi positif bagi keamanan lokal.

“Oleh karena itu, penertiban juru parkir liar harus dilakukan dengan memperhatikan solusi ekonomi yang berkelanjutan,” paparnya.

Dalam hal ini, kata dia, pemerintah seyogyanya memberikan pelatihan keterampilan, menyediakan program pekerjaan alternatif, dan melibatkan pengelola mini market serta perusahaan swasta dalam program Corporate Social Responsibility (CSR) untuk mendukung jukir terdampak.

Dia mengatakan, penertiban jukir liar tidak seharusnya dijadikan kesempatan bagi pemerintah daerah untuk mengeruk Pendapatan Asli Daerah (PAD), tanpa memikirkan nasib mereka.

Bisa jadi benar, pendapatan dari parkir liar di Jakarta mencapai Rp460 miliar per tahun, seperti dipaparkan salah satu NGO Transportasi. Uang tersebut, jika dikelola dengan baik, bisa dimanfaatkan untuk membiayai banyak program sosial dan infrastruktur.

“Jangan sampai, menertibkan juru parkir liar tanpa memberikan solusi bagi mereka yang kehilangan pekerjaan. Itu hanya akan menambah masalah sosial baru,” ungkapnya.

Memberikan pelatihan keterampilan yang sesuai dengan kondisi fisik dan kemampuan jukir, menurut Nur Hidayat, seperti keterampilan teknis ringan, kerajinan tangan, atau pekerjaan administratif, bisa menjadi langkah awal.

“Menyediakan bantuan modal usaha untuk memulai bisnis kecil atau usaha rumahan juga dapat menjadi solusi jangka panjang yang membantu mereka mandiri secara ekonomi,” ungkapnya.
 

Back to top button