Kanal

Sopir Istimewa Zulhas di Al Ula

Mobilnya mewah, Lexus LX570S. Harganya di Indonesia mencapai lebih dari Rp3 miliar. Namun yang luar biasa, tentu saja pengemudinya. Dia adalah Majid bin Abdullah Al Qasabi, Menteri Perdagangan Kerajaan Arab Saudi.

Hari itu, di akhir Januari 2023, dia rela mengemudikan sendiri mobil mewah itu, demi tamunya – yang juga disebutnya istimewa. “Ini tamu spesial, sebagai penghormatan dan rasa bahagia atas kedatangan saudara dan sahabat,” kata Majid. “Saya akan menyetir sendiri ke Al Ula.”

Begitulah sambutan hangat dari tuan rumah pada rekan sejawatnya, Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Zulhas. Seketika setelah tiba di Madinah dari perjalanan dari Jeddah, dengan menumpang pesawat pribadi milik Majid, Zulhas – langsung disambut dengan hangat. Setelah berbincang-bincang, termasuk berfoto bersama, keduanya masuk ke mobil berwarna abu-abu itu. Seperti janjinya, Majid pun yang menjadi sopirnya.

Di masa lalu, Al Ula – yang menjadi tujuan perjalanan merupakan jalur perdagangan yang menghubungkan Negeri Arab hingga ke Syam, saat ini mencakup Suriah, Palestina, Jordania hingga Lebanon. Kini, Pangeran Muhammad Bin Salman (MBS) – pemimpin negeri itu yang banyak melakukan terobosan, berharap wilayah Al Ula bisa berkembang menjadi daerah pariwisata.

Walhasil, pertemuan ini tidak sembarangan. “Ini pertemuan bersejarah yang sangat penting untuk Arab Saudi dan Indonesia. Untuk pertama kalinya, kami menjamu pejabat setingkat menteri di Al Ula,” ujar Majid.

Sejarah memang tercatat di Al Ula. Dalam perbincangan bilateral kedua negara yang berlangsung selama tiga jam, kedua pihak menegaskan komitmen untuk meningkatkan kerja sama perdagangan.

Menurut Syeikh Majid, hal ini merupakan perintah dari Pangeran MBS yang menginginkan agar hubungan dagang dengan Indonesia ditingkatkan. “Selama ini kami cukup malu kerja sama dengan Indonesia belum maksimal. Akan kami perbaiki ke depan,” ungkap Majid.

Dari Arab Saudi, Zulhas berhasil membawa pulang kerja sama bernilai lebih dari 155,7 juta dolar AS atau Rp2,3 triliun. Rinciannya, Indonesia akan mengekspor berbagai komoditas ke Arab Saudi. Selain itu, dari penandatanganan delapan kerja sama, terdapat dua nota kesepakatan yang dikhususkan untuk pemenuhan kebutuhan jemaah haji dan umrah.

Awal yang baik tentu saja. Kesepakatan dagang ini tak lain, seperti disebutkan Syeikh Majid, merupakan langkah baru yang akan memperbaiki dan meningkatkan kerja sama dagang kedua negara.

Total perdagangan kedua negara sendiri terus menunjukkan kemajuan. Pada Januari-November 2022 total perdagangan Indonesia-Arab Saudi mencapai 7 miliar dolar AS. Sebelumnya, di periode yang sama, mencapai 5,5 miliar dolar AS.

Tentu saja, semua keberhasilan itu bukan tanpa sebab. Semua itu tak lepas dari gaya  Zulhas yang luwes dan bersahabat. Pendekatan ini berhasil membangun relasi yang hangat dengan para petinggi, bangsawan, dan menteri Arab Saudi. Satu yang kasat mata ya itu tadi, Mendag Arab Saudi yang mau mengantarkan dirinya ke Al Ula. Zulhas sendiri merasa tersanjung mendapatkan penghormatan yang luar biasa itu.

Ini adalah buah kerja yang luar biasa. Zulhas punya jurus dalam melakukan perdagangan dengan negara-negara sahabat. Satu yang tak bisa dipungkiri adalah latar belakangnya, sebagai salesman – termasuk pengalamannya menjajakan ensiklopedia, panci, dan alat-alat rumah tangga. Dari masa lalunya itu pula, Zulhas beroleh keahlian untuk menaklukkan calon pelanggan.

“Setelah dipersilakan masuk oleh tuan rumah, langkah selanjutnya yang paling krusial  adalah melancarkan teknik persuasi dengan lancar, layaknya pembicaraan normal dan natural,” kata Zulhas tentang pengalamannya menjadi salesman dalam biografinya,  Menjadi Matahari.

 Pembicaraan yang mengalir adalah kunci keberhasilannya dalam membujuk calon pembeli produk yang dijualnya. Satu hal itu yang terus dipegangnya tak terkecuali saat menjalani tugas sebagai menteri perdagangan di kabinet Jokowi-Mahruf Amin.

 Zulhas menyatakan landasan dari semua jenis kerja sama adalah hubungan orang ke orang. Dari jalinan relasi personal itu terciptalah jembatan yang memungkinkan terbangunnya hubungan yang lebih mendalam.

Terlebih di masa sekarang, dunia tengah menghadapi tantangan berat. Di tengah upaya memulihkan diri dari pandemi Covid-19, dunia menghadapi konflik geopolitik yang telah menciptakan krisis energi dan pangan global, inflasi, dan perlambatan ekonomi. ”Menghadapi situasi itu, penguatan kerja sama internasional menjadi kunci utama untuk membangun kemitraan bisnis yang berkelanjutan dan berkeadilan,” ujarnya.

Dunia memang sedang berubah. Covid 19 memang tak lagi dinyatakan pandemi, namun dunia tengah menghadapi banyak persoalan susulan. Akibat terjadinya perang Rusia-Ukraina dan sisi lain di konflik ekonomi juga terjadi antara Amerika Serikat dan China, memunculkan ancaman fragmentasi dalam berbagai bidang. Pembatasan perdagangan, hambatan penyebaran teknologi, pembatasan lintas sektor yang memicu berkurangnya aliran modal, dan penurunan kerja sama internasional.

Walhasil, dalam skenario terbatas, fragmentasi perdagangan global bisa menyebabkan 0,2 persen dari produk domestik bruto (PDB) global hilang. Dalam skenario parah, dunia akan kehilangan 7 persen PDB. Tentu saja mengerikan.

Namun berdiam diri dan mengutuk saja tidak akan menyelesaikan persoalan. Untuk itu, Zulhas pun membuka komunikasi dengan negara-negara tetangga untuk menjawab semua persoalan yang ada. Sekali lagi, pendekatan yang diusung oleh Zulhas dalam kerangka persahabatan di antara masing-masing negara.

Salah satunya dalam masalah komoditas sawit dan karet – yang juga tak lepas dari tantangan juga dinamika perdagangan global. Bersama  Menteri Pertanian dan Komoditas Malaysia yang juga Deputi Perdana Menteri,  Dato’ Sri Haji Fadillah bin Haji Yusof, Zulhas duduk bersama.

Intinya, mereka bertemu untuk membahas peningkatan berbagai peluang kerja sama yang masih bisa dijajaki lebih jauh. “Kami membahas sikap Indonesia dan Malaysia dalam menghadapi tantangan global menyangkut komoditas unggulan yang sama-sama dimiliki kedua negara,” ujarnya.

Untuk masalah komoditas karet, Zulhas menyampaikan tentang manfaat organisasi internasional yang menaungi komoditas karet dan menyambut baik usulan Malaysia untuk bekerja sama menangani hama penyakit tanam karet yang menurunkan produktivitas di tingkat petani.

Pembicaraan juga menyangkut sengketa sawit, Indonesia dan Malaysia dapat bekerja sama untuk mengambil sikap atas kebijakan deforestasi Uni Eropa. Upaya bersama ini dapat kontribusi mengamankan akses pasar sawit dan produk lainnya yang terdampak oleh kebijakan Uni Eropa.

Kebersamaan menjadi panglima. Zulhas tentu masih ingat dengan mimpi di saat kecil. Bersama teman-temannya saat itu –yang bermimpi menginjakkan kaki di Gunung Anak Krakatau yang selalu menggodanya. Zulhas dan anak-anak di Kerta Jaman hanya bisa menyaksikan keindahan gunung di tengah Selat Sunda itu. “Apa bedanya kami dengan anak yang tinggal di Pulau Kalimantan atau Sulawesi yang jauh dari Anak Krakatau, kalau begitu?” katanya dalam buku Menjadi Matahari.

Setelah menempuh perjalanan panjang  — dengan kendaraan roda empat lalu naik perahu nelayan menuju Pulau Sebesi dan mendayung perahu, mereka pun tiba di Kawasan Cagar Alam Gunung Anak Krakatau. Di sana, anak-anak itu berangkulan membentuk lingkaran. Saat itu, ilmu besar didapatkan Zulhas bahwa persahabatan adalah sebuah kunci untuk mencapai mimpi, meski harus menempuh jalan yang terjal.

Pelajaran itu pula yang menjadi nakhoda saat menjalani tugas negara saat ini. Kebersamaan dan mengedepankan persahabatan adalah kuncinya. Sikap hormat dan persahabatannya dengan Syekh Majid, hanya satu buah yang teramat manis.

Back to top button