Market

10 Juta Gen Z Menganggur Jadi Bagai Bom Waktu untuk Prabowo-Gibran


Temuan Badan Pusat Statistik (BPS) tentang hampir 10 juta penduduk usia muda (15-24 tahun) alias Gen Z berstatus pengangguran menjadi tantangan berat Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka yang telah ditetapkan sebagai presiden dan wakil presiden terpilih 2024-2029. 

Wakil Ketua Komisi IX DPR, Kurniasih Mufidayati mengungkapkan fenomena 10 juta Gen Z menganggur, menjadi ancaman serius bagi bonus demografi, khususnya menuju Indonesia Emas 2045.

“Bonus demografi jika tidak diiringi dengan hadirnya kesempatan kerja yang besar bagi generasi muda, sama dengan bom waktu yang siap meledak setiap saat,” kata Kurniasih, Jakarta, dikutip Jumat (24/5/2024)

Menurut BPS, Gen Z yang menganggur atau tanpa kegiatan (not in employment, education, and training/NEET). Jika dirincikan, anak muda yang paling banyak NEET justru ada di daerah perkotaan, yakni sebanyak 5,2 juta orang dan 4,6 juta di pedesaan.

“Angka 10 juta pengangguran Gen Z sudah jadi tanda-tanda jika bonus demografis kita tidak terkelola dengan baik. Kita sudah menyadari hadirnya bonus demografi, maka di hulu pentingnya pendidikan skill dan di hilir pentingnya terbukanya luas kesempatan kerja,” kata Kurniasih.

Anggota Fraksi PKS DPR ini, mengungkapkan, Gen Z semakin terhimpit karena dari sisi pendidikan tinggi kini semakin mahal dengan adanya kenaikan UKT. Sementara dari kesempatan kerja mensyaratkan sudah berpengalaman dan adanya batas usia.

“Generasi muda hari ini tidak bisa disamakan dengan generasi sebelumnya. Ada treatment khusus, terutama dari sisi pendidikan maupun dunia kerja. Harus dipermudah hadirnya lembaga pendidikan dengan skill yang saat ini sedang dibutuhkan, plus berikanlah kesempatan seluas-luasnya dari pemberi kerja,” kata Anggota DPR RI Dapil DKI Jakarta II ini.

Kurniasih juga menyoroti hari ini tren angkatan kerja justru didominasi oleh pekerja informal. Hal ini membuktikan jika adanya angkatan pencari kerja yang membludak namun kesempatan kerja di sektor formal tidak memadai.

“Baru saja viral pencari kerja untuk sebuah warung makan biasa antreannya membludak seperti halnya antrean kerja di pabrik. Ini memprihatinkan karena banyak anak kerja ini tak dapat kesempatan kerja formal sehingga lowongan apapun akan dijalani termasuk sektor informal. Padahal perlindungan pekerja di sektor informal masih sangat lemah,” ucap Kurniasih.

 

Back to top button