News

Ganjar Unggah Video Kegelisahan, Gibran: Yang Nyinyir Panik Takut Kalah

Bacawapres Koalisi Indonesia Maju (KIM) Gibran Rakabuming seakan memberikan tanggapan untuk kegelisahan bacapres Ganjar Pranowo yang disampaikan politikus berambut putih itu di akun Instagramnya.

Gibran meminta para pendukungnya untuk diam bila ada yang memfitnah atau melontarkan pernyataan negatif. Hal ini disampaikan saat memberi arahan konsolidasi di Provinsi Lampung di Graha Wangsa, Lampung, Sabtu (11/11/2023).

Wali Kota Solo itu meminta agar semua fitnah yang dilontarkan itu untuk dibalas dengan senyuman. “Bapak Ibu, saya ulangi, jika ada yang nyinyir, jika ada yang fitnah, jika ada yang ber-statement negatif, diamkan saja. Senyumin saja,” kata Gibran, dikutip Minggu (12/11/2023).

Menurutnya, pihak yang terus memfitnah justru sedang menunjukkan bahwa mereka dilanda kepanikan. “Itu nanti angka-angka yang akan membuktikan. Kalau mereka nyinyir terus, tidak berhenti fitnah, itu artinya mereka panik. Mereka takut kalah,” kata putra sulung Presiden Jokowi itu.

Dalam acara itu, dia juga menyinggung wacana keberlanjutan yang terus digaungkan. “Saya yakin, sekali lagi dengan konsistensi dan keberlanjutkan, ini jadi modal kuat kita untuk menuju Indonesia maju,” imbuhnya.

Sebelumnya, Ganjar Pranowo menyoroti kondisi politik saat ini setelah keluarnya putusan Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) yang menyatakan Anwar Usman melanggar etik berat sehingga dicopot dari Ketua MK. Ganjar mempertanyakan mengapa putusan dari sebuah protes dengan pelanggaran etik berat bisa lolos begitu saja.

“Saya tercenung memantau perkembangan akhir-akhir ini tentang kondisi politik setelah putusan MKMK. Saya mencoba diam sejenak, saya merenungkan bangsa ini ke depan. Saya mencermati kembali kata demi kata, kalimat demi kalimat dari putusan itu yang menjadi pertimbangan dan dasar Majelis Kehormatan MK,” kata Ganjar melalui rekaman video yang diunggah di Instagramnya seperti dilihat, Sabtu (11/11/2023).

“Dari situ saya semakin gelisah dan terusik mengapa sebuah keputusan dari sebuah protes dengan pelanggaran etik berat dapat begitu saja lolos, apa ada pertanggungjawabannya kepada negara,” lanjutnya.

Ganjar juga mempertanyakan mengapa putusan tersebut masih dijadikan landasan hukum dalam bernegara. Menurutnya, hal itu seperti cahaya yang menyilaukan dan menyakitkan mata.

“Mengapa keputusan dengan masalah etik, di mana etik menjadi landasan dari hukum, masih dijadikan rujukan dalam kita bernegara. Mengapa hukum tampak begitu menyilaukan dan menyakitkan mata sehingga kita rakyat sulit sekali memahami cahayanya,” ujarnya.

Back to top button