News

Survei Sebut Rival Utama Erdogan Berpotensi Menangi Pilpres Turki

Sebuah survei jelang pemilihan presiden Turki hari ini (14/5/2023) menyebut bahwa capres petahana, Recep Tayyip Erdogan, kalah suara dari pesaing utamanya, Kemal Kilicdaroglu.

Dalam survei KONDA Research and Consultancy yang dirilis pada Kamis (11/5/2023), Erdogan hanya meraup 43,7 persen suara. Sementara pesaing utamanya dari partai oposisi meraih 49,3 persen suara.

Hasil ini membuat posisi Erdogan sementara kekurangan suara mayoritas yang dibutuhkan untuk memenangkan putaran pertama pilpres, dan kemungkinan akan membawa Turki berlanjut ke putaran kedua pada 28 Mei 2023.

Kilicdaroglu disebut-sebut memiliki peluang mengalahkan Erdogan, terutama karena ekonom senior itu didukung oleh koalisi besar yang terdiri dari enam partai Turki.

Dipimpin oleh partai oposisi utama Republican People’s Party atau CHP dan sayap kanan Partai Iyi, koalisi tersebut mencakup spektrum partai yang luas termasuk Democracy and Progress (DEVA) Party dan Gelecek Party yang dipimpin oleh dua mantan sekutu Erdogan, Ali Babacan dan Ahmed Davutoglu.

Kilicdaroglu yang mewakili koalisi besar National Alliance ini menjanjikan perubahan besar, setelah 20 tahun masa kepemimpinan Erdogan dan Justice and Development Party (Partai AK).

Mengutip Al Jazeera, Kilicdaroglu berjanji untuk membangun rumah bagi para korban gempa Februari secara gratis, dan melarang penjualan properti kepada orang asing sampai krisis perumahan di Turki terselesaikan bagi warganya.

Dari segi ekonomi, capres berusia 74 tahun itu berjanji untuk mengembalikan kebijakan ekonomi yang lebih tradisional dan menurunkan inflasi, serta mengecam kebijakan suku bunga rendah yang selama ini diusung Erdogan.

Beberapa waktu lalu, Kilicdaroglu mengatakan akan berupaya mendapatkan kembali kepercayaan investor asing di Turki, dan mengubah negara itu menjadi negara manufaktur dengan produk bernilai tinggi.

Nation Alliance juga berupaya menghapus sistem presidensial eksekutif yang diperkenalkan oleh Erdogan melalui referendum pada 2017 dan mengembalikan sistem parlementer yang kuat untuk memerintah Turki.

Pengamat politik dari Universitas Kadir Has Istanbul, Soli Ozel, mengatakan perbedaan kontras antara Kilicdaroglu dan Erdogan sangat jelas.

“Kilicdaroglu adalah sosok yang tidak dikenal karena kepribadiannya yang karismatik, tapi dia pekerja keras. Dia juga berjanji kepada Turki tentang masa depan yang lebih tenang, dan berjanji untuk memberantas korupsi,” ungkap Ozel, seperti dikutip dari NPR.

Terkait masalah internasional, para analis mengatakan AS dan negara-negara Eropa kemungkinan akan menganggap Kilicdaroglu sebagai mitra yang lebih ‘mudah untuk ditangani’.

Sementara itu dari sisi koalisi, pengamat menilai koalisi bersatu yang mengusung Kilicdaroglu ini sebagai ‘peristiwa luar biasa’ dalam sejarah politik Turki.

“Satu kegagalan besar mengapa oposisi tidak dapat menggeser Erdogan di masa lalu adalah kegagalan untuk bertindak satu suara. Kali ini, oposisi telah mampu membentuk koalisi besar yang mencakup enam partai politik,” kata Ozel.

Back to top button