Market

Sulitnya Gali Lubang Tutup Utang PGE

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (Persero/PGE) bakal menerbitkan surat utang hijau (green bonds), diprediksi sulit laku. Lantaran, tingginya risiko. Padahal, dana green bonds itu dialokasikan untuk pembayaran utang yang sebentar lagi jatuh tempo.

Seperti disampaikan analis PT Kanaka Hita Solvera, Raditya Krisna Pradana, setidaknya ada dua risiko yang akan dihadapi PGE dalam aksi korporasi kali ini. Pertama, perseroan menghadapi ketidakpastian apakah obligasi yang ditawarkan berhasil diserap semua, atau tidak.

Pasalnya, kata Raditya, jumlah kebutuhan dana yang ingin diperoleh dari penerbitan obligasi ini cukup besar, yakni senilai US$400 juta, atau sekitar Rp6 triliun. Belum lagi dana tersebut harus didapatkan dalam waktu yang singkat. “Dibilang singkat karena akan digunakan sebagai refinancing utang yang akan jatuh tempo pada Juni tahun ini, hanya sekitar satu bulan,” kata Aditya, Jakarta, Senin (1/5/2023).

Kedua, lanjut Raditya, PGE akan sulit mendapatkan kupon (imbal hasil) obligasi yang lebih rendah dibandingkan dengan bunga pinjaman sebelumnya. Mengingat, kondisi ekonomi global saat ini, penuh dengan tantangan likuiditas.

Jika dihitung, mengacu pada LIBOR rate 3 bulan 2021, hanya sekitar 0,16 persen dan ditambah marjin terbesar pada perjanjian fasilitas per 23 Juni 2021, sebesar 0,7 persen. Maka, bunga pinjaman PGE saat itu tidak lebih dari 3 persen. Sedangkan bunga kupon green bonds yang akan dirilis PGEO mencapai 5,15 persen per tahun.

Beban bunga yang dikenakan atas perjanjian pada saat itu, adalah LIBOR 3 bulan ditambah marjin dan dibayarkan pada akhir periode bunga, di mana marjin untuk bulan 1-12 sekitar 0,5 persen (offshore) dan 0,6 persen untuk onshore. sementara marjin untuk bulan 19-24 sekitar 0,6-0,7 persen. “Apabila kupon obligasi yang akan dipakai untuk bayar utang itu lebih besar dari bunga utangnya sendiri, bisa dibilang PGEO rugi dalam penerbitan global bonds ini,” ungkapnya.

Dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), emiten bersandi PGEO mengumumkan rencana penerbitan green bonds di luar wilayah Indonesia sebesar US$400 juta atau sekitar Rp6 triliun. Kupon dalam obligasi ini sebesar 5,15% per tahun yang jatuh tempo pada 2028.

Perseroan memang tengah mengejar dana jumbo untuk membayar sisa utang sekitar Rp6 triliun dalam fasilitas kredit berupa bridge loan yang akan segera jatuh tempo dalam waktu dekat ini. Fasilitas kredit ini dirilis pada Juni 2021 dengan PT Bank Mandiri (Persero/BMRI) Tbk sebagai facility agent.

Back to top button