News

Sudah Saatnya Serius Mengantisipasi Dampak Gempa Bumi

Seorang ibu sambil memangku dua anaknya yang masih balita menangis di pinggir jalan desa di depan rumahnya yang hancur terkena gempa dengan magnitudo 5,6 di Cianjur, Jawa Barat, Senin (21/11/2022). Kembali gempa terjadi dan lagi-lagi menimbulkan banyak korban. Alarm bahaya sudah sering berbunyi sehingga sudah waktunya Indonesia serius mempersiapkan antisipasi dampak gempa.

Tak hanya gambar ibu dengan dua anak itu yang memilukan, dalam tayangan video di televisi dan media sosial, terlihat banyak korban bergeletakan di jalanan. Sementara di rumah sakit dan layanan kesehatan di Cianjur, terlihat pasien dengan tubuh luka berdatangan sedangkan pasien yang sudah ada segera dibawa keluar untuk menghindari gempa susulan.

Akibat musibah gempa bumi ini, bangsa Indonesia kembali berduka. Setidaknya 162 orang tewas dalam gempa bumi yang berpusat di daratan Cianjur, sekitar 75 kilometer sebelah tenggara Jakarta, dengan kedalaman 10 kilometer. Meskipun getaran gempa terasa sampai ke Jabodetabek, laporan mengatakan Jawa Barat adalah yang terparah dilanda gempa, dengan lebih dari 350 orang terluka.

Gambaran penyintas gempa dalam setiap peristiwa nyaris sama. Banyak korban luka, akibat tertimpa rumah, atau gedung dan harta benda yang ikut hancur. Lagi-lagi gempa datang tiba-tiba, tak ada yang bisa memprediksikan kapan gempa bumi akan datang.

Indonesia mengangkangi apa yang disebut ‘Cincin Api Pasifik’, zona yang sangat aktif secara seismik, di mana lempeng-lempeng berbeda di kerak bumi bertemu dan menciptakan sejumlah besar gempa bumi dan gunung berapi. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat ada 295 sesar aktif mengelilingi Indonesia. Sesar aktif itu berada sepanjang selatan pulau Jawa, Sumatera, NTT hingga naik ke atas laut banda.

Sementara itu, di Jawa Barat sendiri tercatat ada enam patahan atau sesar aktif yang hingga kini diprediksi masih terus bergerak. Keenam sesar atau patahan itu adalah Sesar Lembang, Sesar Cimandiri, Sesar Baribis, Sesar Garsela, Sesar Cipamingkis, dan Sesar Citarik. Lempengan sesar yang menimbulkan gempa di Cianjur termasuk dalam Sesar Cimandiri.

Karena dikeliling sesar aktif, Indonesia sangat rentan terguncang gempa. Kalimantan yang katanya paling bebas dari gempa juga masih bisa terkena guncangan. Gempa ini terus terjadi sepanjang tahun dalam intensitas guncangan yang bervariasi.

Ketua BMKG Dwikorita Karnawati, dalam sebuah wawancara di televisi sesaat setelah gempa di Cianjur, mengatakan Indonesia memang sangat rentan terhadap gempa. Sepanjang tahun bisa terjadi guncangan gempa hingga 7.000 kali bahkan bisa mencapai 11.000 kali. Guncangannya meskipun lebih banyak yang kecil-kecil di bawah magnitudo 5.0, tapi juga terkadang muncul gempa di atas magnitudo 5.0 seperti yang terjadi di Cianjur ini.

Antisipasi tak maksimal

Gempa besar di atas magnitudo 5.0 yang banyak menimbulkan jiwa dan kerugian fisik sudah berkali-kali terjadi. Tetapi setiap kejadian masih tidak maksimal dalam upaya bagaimana mengantisipasi dampak gempa dengan mengenal kondisi lingkungan, menyelamatkan diri, upaya evakuasi hingga penanganan kesehatannya yang lebih baik.

Memang sudah ada undang-undang yang mengatur tentang kebencanaan yakni UU No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Kegiatan Penanggulangan Bencana ini mencakup serangkaian kegiatan baik sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana yang dilakukan untuk mencegah, mengurangi, menghindari dan memulihkan diri dari dampak bencana.

Hanya saja tampaknya peraturan ini lebih berfokus pada penangangan pascabencana. Itu pun dalam pelaksanaanya masih belum sempurna. Di sisi lain, pemahaman masyarakat tentang risiko, kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap bencana masih minim.

Pemerintah baik di pusat maupun di daerah sebenarnya sudah tahu dan sadar bahaya lempengan sesar yang berpotensi gempa di daerahnya. Berbeda dengan di tingkatan masyarakat yang masih minim sosialisasi. Padahal kesadaran dan pemahaman masyarakat ini penting sebagai antisipasi awal terhadap potensi kerusakan akibat gempa.

Salah satunya adalah peta tentang daerah lempengan sesar rawan gempa yang belum tersosialisasikan dengan baik. Ini penting, dengan mengetahui daerah rawan gempa dalam hal ini mereka yang tinggal di lempengan sesar, bisa menghindari tinggal di kawasan ini. Kalaupun tidak bisa menghindar untuk hidup di daerah ini, tentu dengan sadar bencana, akan lebih antisipatif terhadap kemungkinan terjadinya gempa.

“Sosialisasi kepada masyarakat itu penting, berdosa para akhli jika membiarkan masyarakat membangun rumah atau pemukiman kemudian terkena gempa,” ujar Dr. Surono, atau bisa dipanggil Mbah Rono, ahli geofisika Indonesia dalam sebuah wawancara di televisi, Senin.

Teknologi untuk memprediksikan gempa bumi atau bahkan mengelak dari musibah ini, lanjut Mbah Rono, sampai saat ini belum ada. Yang bisa dilakukan adalah membantu menghindar dari kerusakan fisik dan mencegah korban jiwa. Salah satu upayanya adalah masyarakat dan pemerintah dengan teknologi yang ada harus berusaha menyesuaikan kemauan kita dengan kemauan alam. Misalnya saja jika suatu daerah seperti di Jawa Barat sangat rentan gempa bumi, tentu harus disiapkan infrastruktur yang tahan gempa.

“Sosialisasikan dengan gencar membangun rumah tahan gempa. Dengan konstruksi bangunan yang ada sekarang sangat rentan dan tidak saling terkait secara struktur. Sehingga begitu terguncang gempa, konstruksi yang ada malah seperti memperbesar guncangan, bukan meredam guncangan. Korban yang timbul saat ini adalah gara-gara salah letak dan salah infrastruktur,” jelas Mbah Rono.

Bangunan yang ramah gempa bisa dimulai dari pembangunan proyek pemerintah seperti gedung perkantoran, sekolah, masjid atau tempat berkumpulnya manusia baru kemudian rumah-rumah warga. “Mungkin bangunannya rusak, tapi bisa memberikan kesempatan bagi siapa saja yang ada di dalamnya bisa menyelamatkan diri,” ucap mantan Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral itu.

Apa yang harus Anda lakukan ketika gempa bumi?

Antisipasi ketika terjadi bencana sebenarnya sudah ada pedomannya. BMKG sudah mengeluarkan panduan bagi siapapun saat terjadi gempa bumi. Hanya saja sosialisasinya masih belum serius dilakukan termasuk oleh instansi pemerintah sendiri.

Panduan itu mencakup sebelum gempa bumi, ketika terjadi gempa bumi dan setelah terjadinya gempa bumi. Misalnya memastikan bahwa struktur dan letak rumah Anda terhindar dari bahaya yang disebabkan oleh gempabumi. Juga mengevaluasi dan merenovasi ulang struktur bangunan Anda agar terhindar dari bahaya gempabumi.

Anda juga harus mengenali, letak pintu, lift serta tangga darurat, apabila terjadi gempabumi untuk mengetahui tempat paling aman untuk berlindung. Belajarlah melakukan P3K, penggunaan alat pemadam kebakaran serta mencatat nomor telepon penting jika terjadi bencana gempa bumi.

Persiapan lainnya misalnya perabotan (lemari, cabinet, dll) diatur menempel pada dinding (dipaku, diikat, dll) untuk menghindari jatuh, roboh, bergeser pada saat terjadi gempa bumi. Simpan bahan yang mudah terbakar pada tempat yang tidak mudah pecah agar terhindar dari kebakaran. Juga selalu mematikan air, gas dan listrik apabila tidak sedang digunakan.

Penyebab celaka yang paling banyak pada saat gempa bumi adalah akibat kejatuhan material. Atur benda yang berat sedapat mungkin berada pada bagian bawah. Cek kestabilan benda yang tergantung yang dapat jatuh pada saat gempabumi terjadi (misalnya lampu dll). Siapkan peralatan kotak Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K), senter/lampu baterai, radio, makanan suplemen dan air.

Pedoman lain yang juga harus dipahami adalah tindakan saat terjadi bencana. Misalnya ketika Anda berada di dalam bangunan, lindungi badan dan kepala Ada dari reruntuhan bangunan dengan bersembunyi di bawah meja dan lain-lain. Cari tempat yang paling aman dari reruntuhan dan goncangan atau lari ke luar apabila masih dapat dilakukan.

Jika berada di luar bangunan atau area terbuka, hindari dari bangunan yang ada di sekitar Anda seperti gedung, tiang listrik, pohon, dan sebagainya. Perhatikan tempat Anda berpijak, hindari apabila terjadi rekahan tanah. Sementara jika Anda sedang mengendarai mobil, keluar, turun dan menjauh dari mobil hindari jika terjadi pergeseran atau kebakaran.

Sementara pedoman setelah terjadi gempa, jika Anda berada di dalam bangunan, keluar dengan tertib, jangan menggunakan tangga berjalan atau lift, gunakan tangga biasa. Periksa apa ada yang terluka, lakukan P3K. Telepon atau mintalah pertolongan apabila terjadi luka parah pada Anda atau sekitar Anda.

Periksa lingkungan sekitar, apakah terjadi kebakaran, kebocoran gas, hubungan arus pendek listrik serta aliran pipa air. Periksa apabila ada hal-hal yang membahayakan misalnya mematikan listrik atau tidak menyalakan api.

Jangan memasuki bangunan yang sudah terkena gempa karena kemungkinan masih terdapat reruntuhan. Jangan pula berjalan-jalan di daerah sekitar gempa mengingat kemungkinan terjadi bahaya gempat susulan. Jangan panik dan jangan lupa selalu berdo’a kepada Tuhan YME demi keamanan dan keselamatan kita semuanya.

Mengingat posisi Indonesia yang terdiri dari banyak lempengan sesar rawan gempa bumi, antisipasi dampak gempa bumi tak bisa lagi main-main tetapi harus sangat serius dilakukan agar tidak banyak berjatuhan korban jiwa. Sosialisasi tentang kebencanaan, mulai dari peta rawan gempa, penerapan teknologi bangunan tahan gempa hingga pedoman menghadapi bencana bagi masyarakat sudah menjadi keharusan.

Alam memang punya kehendak yang tidak bisa kita lawan tetapi paling tidak dengan antisipasi yang serius dan tepat sejak saat ini bisa mengurangi korban baik fisik maupun jiwa. Sehingga tak perlu ada lagi lebih banyak tangisan seperti yang terjadi di Cianjur ini. [ikh]

Back to top button