News

Suara Pemilih Muda Kerap Diabaikan, Imbas Parpol Dikuasai Generai Tua

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi menilai kurangnya partisipasi anak muda dalam dunia politik lantaran suara pemilih muda yang sering kali terabaikan.

Menurutnya, peran anak muda hanya dijadikan sebagai alat mobilisasi elektoral. “Tetapi partai politik seringkali dikuasai oleh generasi tua,” kata Burhanuddin dalam rilis survei Indikator Politik Indonesia secara virtual, Jakarta, Minggu (23/7/2023).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, proporsi pemilih muda ada sebanyak 107 juta dari 240 juta pemilih, atau sekitar 53 persen sampai 55 persen. Argumentasi statistik ini, jelas Burhan, menunjukkan betapa pentingnya peran pemilih muda, yaitu berusia dibawah 40 tahun.

“Generasi Z itu, mereka yang lahir di atas tahun 1997 sampai 2012, pemilihnya menurut BPS sekitar 27persen sementara untuk generasi milenial 25 persen,” ungkap Burhanuddin.

Besarnya peran generasi muda ini justru dinilainya tidak dimanfaatkan dengan baik karena gerontokrasi atau pembentukan aturan yang hanya dikomandoi oleh kelompok generasi tua, acap kali mengabaikan aspirasi dari generasi muda. Akibatnya, mereka merasa kurang terkoneksi dengan para pengambil kebijakan dalam partai politik.

Kejadian ini juga tidak menutup kemungkinan jika generasi muda yang memiliki sikap dan pemikiran kritis tersebut akan menarik diri dari urusan partisipasi elektoral, sebab mereka merasa tidak terwakili dalam pengambilan keputusan yang penting baik di sistem politik maupun kepartaiannya.

“Jadi meskipun kritis, kita temukan data partisipasi generasi muda, generasi z dan milenial dalam pencoblosan di hari pemilu itu seringkali lebih rendah dibanding generasi tua,” ujar Burhanuddin.

Lahirnya sikap kurang aktif dalam keterlibatan generasi muda tentu akan berdampak di masa mendatang ketika mereka beranjak tua. Menurut Burhanuddin, kondisi ini akan menjadi masalah ketika sejak muda mereka tidak partisipatif dalam pemilihan elektoral maka akan akan berlanjut ketika mereka bertambah dewasa. “Jadi bukan berarti mereka pasif ya, mereka kurang tertarik dengan politik justru karena sikap kritis mereka,” ungkapnya.

Back to top button