News

JK Sebut Ketokohan Jadi Penentu Kemenangan di Pilpres 2024

Mantan Ketua Umum Partai Golkar periode 2004-2009 Jusuf Kalla (JK) ikut mengomentari soal bergabungnya sejumlah parpol mendukung Prabowo Subianto di Pilpres 2024.

Sebab dengan bergabungnya PAN dan Golkar dengan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) membuat koalisi itu menjadi gemuk. Sebab KKIR itu sudah tergabung Gerindra dan PKB.

Menurut JK banyaknya parpol yang berkoalisi mendukung capres tidak bisa menjamin kemenangan. Sebab kemenangan capres pada Pilpres ditentukan pada ketokohon dari calon tersebut.

“Yang penting itu tokohnya. Jadi tidak simetris banyaknya partai berkoalisi itu,” ujar JK di Kawasan Mampang, Jakarta Selatan, Senin (14/8/2023).

Lebih lanjut, JK menilai sosok cawapres pendamping juga ikut menjadi penentu kemenangan pada kontestasi Pilpres. Sehingga seorang capres harus bijak dalam memilik pendampingnya di Pilpres 2024.

Salah satu pertimbangan penentuan cawapres di antaranya adalah elektabilitas dan peran pendamping dalam membantu kinerja presiden.

“Begitupun calon wakil presidennya, atau pendampingnya. Fungsi wapres itu dua, pertama meningkatkan elektoral dan kalau menang membantu presiden dalam menjalankan tugas pemerintahan,” tuturnya.

Sementara itu, JK juga menilai gemuknya partai koalisi yang mendukung Prabowo Subianto tak menjamin pemenangan kontestasi pilpres mendatang. JK menjelaskan bahwa penentu pemenangan ada di tangan rakyat.

“Yang memilih kan rakyat, partai yang mengusulkan. Terserah rakyat bagaimana, rakyat ada yang ikut partainya, ada juga yang tidak. Selama ini kan begitu,” jelas JK.

JK pun memberi contoh saat Pemilu 2009 di mana dirinya berpasangan dengan Wiranto. Kala itu, ia didukung oleh dua partai masing-masing, yaitu Partai Golkar dan Hanura dan diperkirakan mendapat suara lebih dari 20 persen.

“Pengalaman saya dengan pak Wiranto dulu, kalau dihitung-hitung jumlah suara itu lebih 20 persen. Tapi hanya dapat suara 14 persen, tidak simetris, tergantung, kalau sudah masuk ke pemilu itu, orang tidak lagi melihat partainya. Orang melihat orangnya,” paparnya.

Back to top button