News

Sebanyak 1,5 Juta Pemilih Milenial Diprediksi Memilih PAN

Peneliti Senior Trust Indonesia Ahmad Fadhli memprediksi Partai Amanat Nasional (PAN) akan mampu menggaet 1.582.914 pemilih milenial pada pemilu mendatang. Angka itu, sambung dia, merupakan 2,3 persen dari 34,1 persen dari pemilih keseluruhan, yang datang dari rentang usia 24-39 tahun.

“Jadi kalau dikatakan PAN sudah berhasil menggaet suara milenial, iya betul,” kata Fadhli saat dihubungi Inilah.com di Jakarta, Senin (10/7/2023).

Selain dari generasi milenial, Fadhli juga menyebut generasi X yang berusia 40 sampai 55 tahun dan baby boomer yang berusia diatas 56 tahun, termasuk dalam kelompok usia yang diprediksi berpeluang memilih PAN.

Untuk itu, Fadhil menegaskan PAN jangan hanya berfokus pada generasi milenial dan melupakan generasi X dan generasi Z. Sebanyak 22,85 persen suara dari generasi Z dan 28,7 persen dari generasi X jika digabungkan hasilnya bisa mencapai 50 persen. “Jadi kalau dia fokus pada milenial ya tetap saja dia tidak akan optimal dalam meraih elektoral,” ujar Fadhli.

Lebih lanjut, Fadhli mengingatkan PAN untuk tetap meningkatkan elektoralnya karena masih banyak kelompok usia yang harus dikejar, bukan hanya generasi milenial saja. Dari data yang diluncurkan oleh KPU, ada sebanyak 28,7 persen generasi X dengan rentang usia 40 sampai 55 tahun, 22,85 persen generasi Z yang berusia di bawah 23 tahun.

“Artinya takdir pemenangan itu tidak hanya berdasarkan rentan usia tapi juga target pemenangan bagaimana persiapkan strategi kampanye untuk dari berbagai usia,” ucap Fadhli.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menilai bahwa PAN mampu meraih suara milenial pada Pemilu 2024, lantaran partai pimpinan Zulkifli Hasan (Zulhas) ini memiliki potensi, sumber daya serta kesempatan.

Adi menjelaskan untuk memperoleh suara milenial dapat dilakukan dengan meninggalkan metode kampanye yang kolot dan menggantinya dengan cara yang lebih asyik, ramah dan dekat dengan kelompok milenial.

Menurutnya, kelompok milenial lebih menyukai model kampanye yang persuasif, model pendekatannya menjadikan anak muda sebagai partner dalam berpolitik, bukan sebagai objek semata. “Narasi politik yang dibangun juga sesuai dengan bahasa milenial,” kata Adi saat dihubungi Inilah.com di Jakarta, Senin (10/7/2023)

Adi menilai, narasi yang digunakan oleh PAN untuk memperbanyak suara milenial tidak kaku dan tabu. Hal ini lantaran kalangan milenial tidak suka dengan menggunakan istilah kuno. Salah satu cara yang dinilainya baik, adalah giat konser Birukan Langit Indonesia Stage (BLIS). “Saya kira PAN cukup potensial, PAN punya resource, punya potensi (dan) punya kesempatan,” ucap Adi.

Ia juga menyebut bahwa kader-kader PAN juga banyak yang dari kalangan artis sehingga dapat mempermudah kalangan milenial untuk memilih partai ini dalam pemilu mendatang. Bergabungnya kader-kader tokoh muda dan artis ini dapat menjadi pemantik dan daya tarik PAN bagi kalangan milenial.

Back to top button