Market

Rute Bertumpuk, Picu Rencana Merger PT Garuda, Citilink dan Pelita Air

Meskipun sudah mulai sedikit ada gambaran, rencana merger tiga BUMN penerbangan secara teknis belum bergerak. Gambaran awal, PT Garuda, PT Citilink dan Pelita Air akan berbagi jalur untuk menekan biaya logistik ketiganya.

Pemicu merger ketiganya setelah mengevaluasi proses merger Pelindo yang lancar di tahun 2021 lalu. Dengan merger BUMN pelabuhan ini dapat menekan biaya logistik.

Staf Khusus III Menteri BUMN Arya Sinulingga meyakini, aksi merger Garuda Indonesia, Citilink dan Pelita Air bakal menekan ongkos logistik (logistic cost). Sebab, penggabungan ketiganya bakal memperbanyak jumlah pesawat dan rute penerbangan di bawah payung milik negara ini.

“Iya, dengan sendirinya (biaya logistik turun). Kan dengan manajemen seperti itu dia bisa ngatur semuanya. Biar simpel, BUMN ini jangan kebanyakan alur-alur. Jadi satu industri aja deh yang nanganin. Kan itu juga bukan kecil, itu besar juga, sayang aja kalau enggak satu,” jelasnya seperti dikutip saat berada di Kementerian BUMN Jakarta, Rabu (23/8/2023).

Walaupun Citilink sebenarnya sudah menjadi bagian dari Garuda Indonesia Group, dengan komposisi kepemilikan saham 67 persen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan 33 persen PT Aerowisata.

Untuk Pelita Air yang merupakan anak usaha PT Pertamina, Arya menambahkan, Garuda Indonesia masih harus bernegosiasi dahulu dengan induk usahanya. Termasuk untuk pembagian rute penerbangan.

“Tinggal nego Garuda dan pemilik Pelita hitung-hitungannya gimana. Kalau gini kan nanti antar mereka jalur-jalurnya bisa diatur. Kalau enggak sekarang kan jalurnya numpuk-numpuk antar Garuda, Pelita dan Citilink. Nanti dilihat cocoknya gimana,” ungkapnya.

Namun begitu, hingga saat ini Kementerian BUMN belum memastikan bagaimana proses inbreng antara ketiga maskapai yang dikelola pemerintah ini

“Belum tahu. Apakah inbreng-nya ke Garuda, apakah ke Citilink, kan kita enggak tahu. Apakah dia seperti subholding, kan kita enggak tahu juga. Masih dikaji,” lanjut dia.

Artinya proses merger Garuda Indonesia, Citilink dan Pelita Air belum bergerak. Walaupun harapannya dapat terealisasi sesegera mungkin.

“Kami kan selalu pinginnya cepat, biar selesai kerjaannya. Ngurusin perusahaan enggak segampang itu, harus dihitung semua konsekuensi hukumnya, dan lain-lain. Yang pasti kami akan setiap langkah prioritas karyawan pasti dipikirkan yang terbaik,” tuturnya.

“Pokoknya untuk satu industri, satu pengelolaan. Sekarang kita udah punya tiga, ada Garuda, Citilink, Pelita Air. Jadi cukup satu manajemen lah untuk mengelola semua, walaupun nanti terbagi-bagi,” jelas Arya.

Back to top button