Market

Rupiah Jatuh, Prabowo Dorong Kemandirian Pangan dan Energi

Pelemahan rupiah yang sempat menjauh dari level Rp15.500 per dolar AS, telah memicu kenaikan barang-barang yang masih harus impor. Kondisi inilah yang memicu masalah karena daya beli masyarakat menurun. Apa jurus Capres Prabowo Subianto mengatasi kondisi ini?

Dalam pandangan Calon Presiden yang diusung Koalisi Indonesia Maju atau KIM ini, sudah saatnya mengurangi ketergantungan terhadap impor. Seperti impor bahan pupuk untuk petani dan impor energi.

Tetapi Capres Prabowo memiliki strategi untuk membuat pupuk murah dan kebutuhan energi yang 100 persen bisa dipenuhi dari bahan-bahan dalam negeri.

Ternyata saat ini, Ketum Partai Gerindra ini sudah memiliki pilot project di beberapa tempat untuk menerapkan program pupuk organik bagi pertanian. Hasilnya pun sudah terukur dan memberikan manfaat maksimal dalam meningkatkan produksi pangan.

“Kita sedang kembangkan di beberapa tempat, masih pilot project dengan mengembangkan sawah dengan pupuk organik dan pestisida organik yang inputnya dari Rp15 juta per hektare, kita bisa turunkan menjadi Rp 5 juta per hektare,” katanya dalam kesempatan pemaparan visi dan misi capres yang diselenggarakan Indef, 8 November 2023 lalu.

Dengan mengembangkan pupuk organik dan pestisida atau obat-obatan organik maka akan mengurangi dampak kenaikan harga yang disebabkan pelemahan rupiah. Khususnya untuk barang-barang yang harus diimpor terus.

“Jadi petani-petani kita tidak perlu takut beli pupuk atau pestisida (dengan harga mahal), karena mereka bisa bikin sendiri dan keuntungan mereka akan naik 300 persen. Ini akan ada revolusi hijau kedua di bangsa Indonesia. Ini sudah diterapkan di beberapa negara, jadi kita sangat optimis,” jelasnya.

Dengan kemandirian ekonomi dalam negeri maka tidak akan terlalu kesulitan bila rupiah dalam tekanan. Apalagi di akhir bulan Oktober 2023 lalu, rupiah sempat menyentuh Rp 15.995 per dolar AS.

Menurut Prabowo, dengan kemandirian pangan sebagai hasil dari pupuk organik dan obat-obat pertanian organik maka akan mengalami ketahanan pangan. “Kalau pangan kita berlimpah-limpah dan kita juga tidak impor energi,” tegasnya.

Dia pun bercerita tentang pandangan pakar energi dari Brazil yang berkunjung ke Indonesia. Menurut Prabowo, pakar tersebut mengingatkan bahwa Indonesia sebagai negara satu-satunya yang dapat memenuhi kebutuhan energi 100 persen. Jadi tanpa harus mengimpor dengan mengembangkan energi hijau.

“Sekitar dua bulan lalu, datang pakar energi dari Brazil, dia menyampaikan kepada tokoh-tokoh kita. Dia bilang Indonesia is only country, Indonesia adalah negra yang satu-satunya, yang kebutuhan energinya 100 persen bisa dihasilkan dari bio dan 100 persen dari dalam negeri,” jelasnya.

Untuk solar, lanjut Prabowo bisa dihasilkan 100 persen dari sawit maupun singkong dan sebagainya. Bensin bisa menggunakan 100 persen dari tebu. We are the only country in the World. “Jadi nanti bakan bakar kita green, BBN kita terbarukan. Karena tiap tahun panen dan tidak akan habis-habis.”

“We are verry confident, masa depan kita cerah. Karena itu kita ingin menjadi presiden Republik Indonesia. Kalau masa depan suram ngapain jadi presiden, kan gitu,” paparnya. 

Back to top button